Pengarang: Mandewi, Gafur, Puguh, Pringadi
Penerbit: exchange
Tahun terbit: 2015
Halaman: 332
Harga: Rp. 59.500 (di bukabuku Rp. 47.600)
Gayatri:
Mata laki-laki di sekitarku jauh berbeda dengan matamu. Aku menggumamkan kalimat itu sembari memakai sepatu hak tinggiku. Sekali lagi menghadap cermin dan menarik bagian bawah kemejaku untuk merapikannya.
Arga:
Mencintai? Ringan kedengarannya, tapi berat sekali untuk diucapkan. Aku berdiri memandangi sekitar. Bayangan purnama terlihat berkilauan di lautan di depanku. Cantik. Cahayanya yang keperakan mengingatkanku pada matanya yang berbinar.
Gafur:
Ketika aku terbangun dan dia sudah tak ada di sampingku, aku semakin merasakan bahwa hidup adalah perkara mengatasi kekecewaan-kekecewaan.
Pring:
Ayah sudah sarapan? Pesan itu membuat aku bimbang, mengapa perasaan-perasaan manusia begitu mudah berubah?
Novel 4 Musim Cinta bercerita mengenai kehidupan empat orang pegawai Departemen Keuangan, tepatnya dari Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Satu wanita dan empat pria; berbeda karakteristik, berbeda impian. Pekerjaan yang menuntut mereka untuk berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya membuat kehidupan mereka sepi. Namun, kecintaan keempatnya dengan sastra mempertemukan mereka dalam sebuah acara kepenulisan yang diadakan kantor mereka. Interaksi keempatnya berlanjut baik lewat komunikasi elektronik maupun pertemuan singkat mereka di sela-sela tugas kantor. Benih-benih asmara, persaingan, bahkan permusuhan pun mulai bermunculan.
*******
Ada dua alasan saya menikmati sebuah novel. Pertama, karena alurnya yang intens dan tidak tertebak. Kedua, karena saya menikmati jalan pikiran tokoh utama atau para tokoh utamanya. Novel 4 Musim Cinta ini termasuk kategori yang kedua. Alurnya sebenarnya sederhana dan tidak menyajikan sesuatu yang baru; dekat dengan keseharian. Namun membaca dan mengenal karakter Gayatri, Arga, Gafur, dan Pring, mengikuti keseharian mereka dan juga konflik batin yang mereka rasakan terasa mengasyikkan. Tidak selalu saya setuju dengan jalan pikiran dan keputusan yang mereka ambil, namun saya bisa mengerti dan memakluminya.
Novel 4 Musim Cinta secara garis besar bercerita mengenai kehidupan empat pegawai negeri yang dituntut untuk berpindah-pindah tempat tinggal mengikuti penugasan mereka. Pring, Gayatri, Arga, dan Gafur ditempatkan di empat tempat berbeda, namun memiliki masalah yang sama: kesepian. Tidak mudah menjadi akrab dengan orang lain jika hidupmu selalu berpindah-pindah. Ketika suatu hari dipertemukan di acara kepenulisan yang diadakan kantor, dengan cepat keempatnya menjadi akrab.
Gayatri lalu akrab dengan Pring karena sama-sama menggemari puisi. Pring yang puitis membuat Gayatri jatuh hati, walau ia masih terbayang-bayang mantan kekasihnya. Sayang, Pring tidaklah seperti bayangan Gayatri. Gafur jatuh cinta dengan barista teman Gayatri, Dira. Sayang, Dira tidak berniat menjalin hubungan serius dengan Gafur. Dan Arga... begitu susah mencari pasangan sampai akhirnya ia bertemu sosok perempuan idamannya.
Menarik mengikuti perjalanan keempat tokoh ini karena setiap tokoh terasa begitu hidup. Jalan pikiran mereka dan cara pandang mereka terhadap hal-hal yang mereka hadapi, filosofi hidup mereka, diceritakan dengan sangat jelas dan menarik. Banyak kalimat "quotable" di novel ini.
Tokoh favorit saya di novel ini adalah Dira, si sosok yang hanya diceritakan dari sudut pandang para tokoh utama. Dira tidak memiliki kesempatan untuk mengutarakan pemikirannya, namun justru paling bersinar. Perempuan dengan masa lalu kelam sehingga menolak untuk menikah dan hidup di bawah pria. Perempuan yang selalu rendah diri karena masa lalu dan tingkat pendidikannya, namun justru memiliki pemikiran paling brilian. Saya rasa akan menarik jika Dira dibuatkan satu novel sendiri :)
Yang paling tidak saya sukai? Pring. Karena apa? Saya tidak bisa bilang karena pasti akan membocorkan rahasia. Yang pasti sih saya kesal dengan tingkahnya.
Sungguh menyenangkan membaca novel ini dan mengenal para tokohnya. Saya sempat bertanya-tanya juga, sejauh mana para penulis memasukkan pengalaman pribadi mereka ke dalam novel ini. Keempat penulis adalah pegawai Departemen Keuangan dan memang dipertemukan dalam acara kepenulisan yang diadakan Departemen Keuangan, sama seperti keempat tokoh. Namun, apakah konfliknya nyata atau rekaan semata? Nah, saya rasa lebih baik pertanyaan itu tetap saya simpan sendiri . Hehe.
Sebagai penutup, saya mau berbagi beberapa kalimat "quotable" dari buku ini:
Aku tahu bagaimana rupa harapan, tetapi kadang aku memilih menutup mata. Yang membuat hidup menjadi lebih hidup bukanlah harapan, melainkan kepandaian kita menutup mata pada hal-hal yang mampu menghalangi tujuan kita. Harapan tidak sama dengan tujuan. Harapan membuat kita hidup dalam khayal, terlalu banyak memakan mimpi dan membuat manja. Harapan ibarat bantal empuk yang menggoda kita untuk tidur terus-terusan. Hidup macam apa itu? Sedangkan tujuan adalah pagar agar kita tetap fokus, tidak tergoda hal-hal di luar pagar. Membangun pagar adalah salah satu upaya menutup mata terhadap hal yang berpotensi menjadi penghambat. Hidup menjadi lebih hidup ketika kita tahu tujuan kita dan jalan yang harus ditempuh untuk sampai di sana. -- Halaman 13.
Hal paling indah dari waktu adalah kenangan. -- Halaman 103.
Jangan pernah kau lupa mimpimu. Jangan pernah. Sama seperti kau tidak pernah lupa bahwa pada suatu malam, purnama masih akan bersinar terang. --Halaman.169.
Silakan mengikuti kisah 4 Musim Cinta.
Kamu mengingatkanku pada waktu aku nulis review duluuuuuu... Nulisnya paling suka bahas karakter ;)
BalasHapus