Pengarang: Gemala Hanafiah
Penerbit: Gagasmedia
Tahun Terbit: 2014
Halaman: 273
Harga: Rp. 53.000 (di Bukabuku lagi ada promo Imlek)
Ocean Melody merupakan sebuah buku non-fiksi inspirational mengenai perjalanan seorang Gemala Hanafiah--atau Al--mulai saat mengenal selancar atau surfing sampai akhirnya menjadi seorang surfer profesional. Selain cerita, ada pula tips surfing yang akan memudahkanmu mengerti istilah-istilah buku ini dan berguna kalau kamu tertarik belajar surfing dan ilustrasi-ilustrasi lucu juga, yang bakal membantu kamu menikmati buku ini, seandainya kamu ragu baca buku ini karena takut bingung sendiri--seperti yang saya rasakan sebelum mulai baca buku ini :)
Surfing juga mempertemukan Al dengan pekerjaan sebagai host acara petualangan di sebuah stasiun TV nasional. Dengan menjadi host, Al dapat menjelajahi Indonesia dan mencari ombak-ombak seksi yang terletak di daerah-daerah yang sulit diakses oleh masyarakat umum. Dari Nias sampai Rote, Al menjajal ombaknya. Menjadi seorang surfer di Indonesia tidak semudah yang dibayangkan. Walau Indonesia memiliki ombak-ombak kelas dunia yang diincar surfer-surfer luar negeri, akses menuju ke sana sangat terbatas, begitu pula penginapan yang layak. Malah ada satu tempat di mana masyarakat lokal justru tidak boleh menikmati ombaknya karena hanya tamu di suatu resort-lah yang bisa menikmatinya dan tarif resort itu sangat mahal dan hanya terjangkau oleh bule-bule. Di buku ini, Al menceritakan pengalamannnya dalam menuju titik-titik selancar tersebut. Namun demikian, segalanya terbayar ketika ombak yang cantik telah ada di depan mata dan berhasil ditunggangi.
Selain bicara soal tempat-tempat selancar dan berbagi tips, Al juga berbagi kisah pertemanannya dengan surfer wanita Indonesia lainnya, yang kerap ia temui di kompetisi dan berujung pertemanan yang seru. Ada Yasnyiar Gea alias Bonne, surfer asal Nias, ada pula Salini Rengganis, surfer muda asal Pacitan, dan juga banyak lagi. Banyak juga pelajaran yang Al petik selama surfing, bahwa surfing adalah pelajaran yang tak akan ada habisnya; setiap ombak yang akan ditunggangi harus terlebih dahulu dipelajari, baik oleh pemula maupun pro sekali pun. Selain itu, kejujuran dan mengerti batas kemampuan diri sendiri merupakan pengaman yang paling mujarab dalam melakukan olahraga ini.
Namun demikian, saya merasa penulisan buku ini kurang terstruktur. Saya memaklumi sih, karena ini kan buku pertama Al, dan saya menghargai juga semangatnya untuk memperkenalkan dunia surfing dan Indonesia sebagai one of the best surfing spot in the world--yang tentu bagus banget, tapi ada baiknya jika tiap bab disusun berdasarkan kronologi dan ada keterangan bulan dan tahun. Karena sepertinya alurnya maju-mundur. Selain itu, perlu juga diperjelas tema tiap bab, misalnya "kerja keras membuahkan hasil", "asyiknya jadi host acara petualangan", "surfer-surfer cewek di Indonesia" dan lain sebagainya karena saya beberapa kali bertanya, "sebenarnya apa sih maksud Al menceritakan hal ini?" Misalnya saja, ketika bercerita mengenai kemenangan pertamanya dalam kompetisi, saya malah menangkap kalau Al bisa menang bukan karena kemampuannya yang meningkat melainkan karena kebetulan ombaknya cocok dan lawannya kurang ganas. Cerita kemenangan Al di kompetisi selanjutnya--yang mungkin lebih karena skill bukannya luck semata--justru tidak diceritakan. Lalu mengenai kisah jalan-jalan dalam rangka liputan yang terasa malah bikin ribet dan nggak maksimal. Yang saya dapat tangkap dengan jelas adalah pesan bahwa masyarakat Indonesia seharusnya lebih menghargai kekayaan alam negara mereka, terutama laut. Untuk bagian ini, miris juga rasanya melihat betapa Malaysia dan Thailand yang ombaknya tidak seberapa dibanding Indonesia justru lebih maksimal mengelola wisata ini. Di Indonesia, malah ada tempat yang terkenal dengan kebiasaan "ketok harga" warga lokalnya yang membuat pengunjung tidak nyaman.
Selain itu, banyak pula kesalahan penulisan dan cetakan. Misalnya saja, nama Yasnyiar Gea yang ditulis Yansyiar Ghea, lalu Lhoknga yang tertulis Lokhnga. Lalu ini:
Mengesampingkan beberapa kekurangan tadi, adanya buku ini tentu patut diapresiasi, karena membuka mata kita dan memberikan pengetahuan baru mengenai surfing dan kekayaan Indonesia. Semoga semakin banyak buku-buku non-fiksi yang dikemas se-fun ini dan semakin banyak yang bisa memilih buku semacam ini sebagai bacaan pengisi waktu senggang, selain novel. Dan oiya, cover-nya cantik bangeeettt!!!!!
Buat yang penasaran pengen melihat aksi Gemala Hanafiah di depan kamera, ini ada video yang saya ambil dari account youtube-nya:
Diikutsertakan dalam Baca Bareng BBI Februari 2015 tema PROFESI.
Melihat covernya sama sekali nggak kepikiran kalau buku ini tentang cewek surfer.
BalasHapusKelihatannya seru. :D
Covernya cantik ya ^^ tapi ia malah gak kepikiran ini buku tentang cewek surfer >.< kupikir buku romance bersetting pantai.
BalasHapus