Pengarang: Inung Setyami dkk.
Penerbit: visimedia
Tahun terbit: 2014
Halaman: 160
Harga: Rp. 36.000 (Bukabuku Rp. 28.800)
Mereka Menggugat! berisi 7 cerpen bertemakan hukum di Indonesia. Ada kisah mengenai misteri potongan paha bertato bunga, tentang warga desa yang harus kehilangan tanahnya karena suatu bencana, tentang perjuangan hakim-hakim di daerah terpencil untuk mendapatkan hak atas kesejahteraan, kisah peradilan pidana yang runcing ke bawah dan tumpul ke atas, dan sebagainya.
Menarik, karena terus terang saja, fiksi bertema hukum di Indonesia belum terlalu banyak. Padahal tema ini sebenarnya sangat menarik untuk digali, apalagi dengan kondisi Indonesia saat ini, di mana aparat hukum sudah mulai transparan dan mengizinkan masyarakat untuk berpartisipasi mengawasi proses hukum dan juga ketertarikan masyarakat terhadap persoalan hukum yang kian meningkat. Lihat saja proses persidangan sengketa pemilu di Mahkamah Konstitusi kemarin. Siapa sih yang tidak menonton atau sekedar membaca berita mengenai persidangan tersebut? Oleh karena itu, tentu saja keberadaan buku ini patut diacungi jempol dan semoga di kemudian hari buku-buku fiksi bergenre hukum dapat lebih banyak.
Secara umum, kisah-kisah yang diangkat cukup menarik. Dan sesuai label based on true story yang tertera di sampul buku, memang terlihat beberapa cerita memang terinspirasi dari kasus yang terjadi di dunia nyata, walau tokoh-tokohnya saya tidak yakin benar-benar ada--yang menyebabkan saya dari tadi menyebut buku ini sebagai fiksi.
Dua kisah terakhir adalah yang sangat mengecewakan buat saya. Hukumlah dengan Proses Hukum! terasa kehilangan fokus cerita. Sementara cerita diawali dengan perdebatan kritis dua mahasiswa hukum akan isu-isu hukum yang sedang panas, cerita malah diakhiri dengan kasus pencurian sandal di masjid. Dengan prosedur peradilan pidana yang salah pula! Bagaimana bisa hakim yang telah menjatuhkan vonis baru didebat oleh Pembela? Yang ada setelah vonis ya banding ke Pengadilan Tinggi (baca prosedur acara pidana selengkapnya di sini). Cerita terakhir, Menangkap Pencuri Tembakau Mole, lebih terasa seperti cerita detektif ketimbang hukum dan sejujurnya saya kurang mengerti jalan ceritanya.
Mengenai kemasan buku, tulisan yang terlalu kecil dengan spasi terlalu besar menurut saya pribadi agak mengganggu. Ada baiknya jika tulisan diperbesar dan spasi diperkecil. Ada juga kesalahan pengetikan huruf pertama di cerita Tamu-Tamu Penipu dan Menangkap Pencuri Tembakau Mole di mana kata "Aku" tertulis "Mku" dan "Hei" tertulis "Mei". Ada apa dengan huruf M? Namun demikian, penggunaan ilustrasi dan juga kutipan di setiap awal cerita sangat menarik dan bagus.
Sebagai penutup, keberadaan buku-buku fiksi bertema hukum seperti ini patut dihargai dan tentu diharapkan agar di kemudian hari penerbit akan lebih banyak menerbitkan buku-buku bertema hukum, politik, sosial masyarakat dan sebagainya yang selama ini kurang populer di masyarakat. Keberadaan buku-buku seperti ini dapat mengedukasi masyarakat dengan cara yang lebih menyenangkan karena tidak membosankan dan ada unsur hiburannya juga, ketimbang hanya membaca koran dan menonton berita di televisi. Penyeleksian cerita masih perlu dilakukan lebih ketat dan perlu di-cross check lagi mengenai kebenaran prosedur supaya kualitas buku dapat menjadi lebih baik di kemudian hari.
Terima kasih kepada penerbit karena telah memberikan saya kesempatan untuk membaca dan me-review buku ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan pendapatmu mengenai post yang kamu baca di sini