Pengarang: Nonier
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2016
Halaman: 263
Harga: Rp. 54.000 (Bukabuku Rp. 43.200)
Laras sedang pusing dengan hidupnya. Setelah ayahnya bunuh diri karena terlilit utang yang cukup besar, Laras yang masih kuliah terpaksa bekerja banting tulang demi menghidupi ibunya yang sakit-sakitan dan adiknya yang masih SMA di Temanggung. Ketika Laras sedang membaca surat ayahnya di atap gedung tempat pengacara ayahnya berkantor, Radit, seorang pembuat film dokumenter yang kebetulan juga sedang berada di atap gedung, salah mengira Laras ingin bunuh diri. Ia pun menyelamatkan Laras. Sebenarnya, Laras hanya kurang sehat, bukannya ingin bunuh diri. Laras lalu pingsan dan ditolong Radit.
Pertemuan Laras dengan Radit selanjutnya terjadi tanpa direncana dan berturut-turut, seakan mereka berjodoh. Bahkan, ketika Laras mendapatkan tugas penelitian ke Taman Nasional Gunung Leuser pun Radit ada di sana untuk membuat film dokumenter. Lewat kebersamaan mereka di tempat terpencil itu, tanpa disadari, cinta tumbuh di hati Laras pada Radit yang dewasa dan perhatian pada Laras. Padahal saat itu Radit sudah punya pacar, Linda, yang sedang kuliah di Amsterdam, dan Laras sangat anti merusak hubungan orang.
Laras merasa cemburu setiap mendengar Radit yang suaranya selalu berubah manis ketika kekasihnya menelepon. Namun ia segera mengontrol diri dan mencoba menghapus perasaannya pada Radit. Sebenarnya, ada dua pria lagi di stasiun riset yang jelas-jelas menunjukkan ketertarikannya kepada Laras: Denny, teman kuliahnya, dan Bang Zay, petugas taman nasional yang sampai rela membeli durian setelah tahu kalau Laras penggemar durian. Keduanya mengetahui kondisi keluarga Laras dan siap membantu Laras meringankan beban finansial keluarganya. Akan lebih mudah seandainya Laras bisa jatuh cinta pada salah satunya.
Haruskah Laras melupakan Radit dan melabuhkan hatinya kepada lelaki lain? Haruskah Laras juga mengorbankan perasaannya demi keluarganya?
Sebenarnya saya sedikit gemas juga sih dengan Laras ini. Habis, perilaku tertutupnya itu kebangetan. Mbok ya sadar ya, punya teman perhatian dan siap menolong. (lha jadi emosi, Na?) Mungkin saya mirip Dini, sahabat Laras, dalam memandang Laras. Dini ini sebenarnya sahabat yang baik dan perhatian, tapi mulutnya cablak banget dan dia bahkan tidak akan sungkan meledek Laras dengan topik yang sensitif jika ia merasa perlu memecut Laras atau memaksa Laras membuka diri. Beruntunglah Laras punya teman seperti Dini di sisinya--walau suka ganggu, tapi perhatian.
Selain kisahnya, yang menurut saya patut digarisbawahi adalah kemampuan deskripsi setting lokasi dari penulis, yaitu Taman Nasional Gunung Leuser. Taman Nasional yang jadi populer sejak kedatangan Leonardo diCaprio dan Adrien Brody ini rupanya juga pernah didatangi penulis. Pantas saja penggambarannya bisa detail banget. Dan kalau saya tidak salah tebak, beberapa tokohnya pun merupakan orang di dunia nyata. Kalau kalian baca buku ini, akan terasa sekali sejuknya suasana di dalam hutan dengan primata-primata yang saling menyapa dan juga mencekamnya keadaan di stasiun riset ketika terjadi banjir.
Overall, ini merupakan perkenalan yang baik saya dengan karya Nonier. Semoga di masa depan bisa membaca karya-karyanya yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berikan pendapatmu mengenai post yang kamu baca di sini