Rabu, 16 Juli 2014

Dear Prudence

Judul: Dear Prudence
Pengarang: Dannie Faizal (@danniefaizal)
Penerbit: Bentang Belia
Tahun Terbit: 2014
Halaman: 248
Harga: Rp. 44.000 (Rp. 37.400 di Bukabuku.com)


Dear Prudence berkisah mengenai perjalanan cinta seorang mahasiswa bernama Irvine Suherman. Sejak awal mula masuk kuliah DKV, dia sudah kepincut dengan cewek manis yang mengatainya mirip Klingon (klik). Prudence namanya. Sayang sepertinya takdir tidak kunjung membuat Irvine mendapatkan Prue. Prue tidak pernah menganggap Irvine lebih dari sekedar teman. Irvine pun pasrah hanya dianggap teman walau sebenarnya dalam hati berharap lebih. Ia tidak berani mengungkapkan perasaannya pada Prue.

Waktu berlalu, sampai beberapa tahun kemudian, Irvine masih pasrah di zona pertemanannya dengan Prue dan lebih memilih untuk menjadi teman yang asyik bagi Prue. Irvine selalu berusaha ada untuk Prue; kapan saja Prue memanggilnya dan mengajaknya pergi, Irvine selalu siap siaga. Tak terkecuali ketika ia tengah dikejar deadline pekerjaan magangnya, yang berakibat ia dimusuhi rekan-rekan sekantornya. Perasaannya pada Prue hanya ia ungkapkan dalam tulisan di blog, sama dengan segala kisah yang terjadi dalam hidup Irvine.

Suatu hari, setelah tamasya bareng ke Kawah Putih, Prue seperti menghilang. Segala komunikasi yang Irvine lakukan tidak pernah mendapatkan balasan dari Prue. Sampai akhirnya, seseorang dari perusahaan penerbitan buku membaca kisah Irvine di blog dan tertarik untuk membukukannya. Kini Irvine memiliki kesempatan untuk menyampaikan perasaannya kepada Prue.

Akankah Irvine berhasil menyampaikan perasaan terpendamnya kepada Prue?



Dikasih tanda tangan!! Aww makasih banget!!

Satu yang mau saya bilang setelah selesai baca buku ini: IRVINE LO SERIUS DEH NYEBELIN BANGET JADI ORANG. Hahaha... Beneran, selama baca buku ini, saya tak henti-hentinya geleng-geleng kepala membaca tingkah Irvine. Sebenarnya, karena latar belakang pendidikan dan pekerjaan Irvine ini ternyata sama (atau paling nggak, terinspirasi deh) dengan pengarangnya, sempat terlintas di benak juga: jangan-jangan Irvine ini gambaran pengarangnya sendiri. Nah loh! Wah kacau banget lo kalo sampe beneran lo kayak Irvine! (sok akrab sama pengarangnya, trus dikeplak pake buku Dear Prudence) Tapi nggak lah ya.. Saya percaya mas Dannie yang udah berbaik hati ngasih saya novel ini lengkap dengan tanda tangannya pasti jauh lebih baik dari Irvine (ceritanya ngerayu. Huweheheh...)

Kalau dilihat dari ringkasan cerita yang saya buat di atas, akan terkesan kalau kisah buku ini tuh romantis dan mengharu biru gitu--ya ga sih? Tapi sebenernya sih nggak. Yang saya ceritakan itu nggak seberapa dari isi bukunya kok. Jadi jangan dianggap spoiler ya.. Tema besarnya memang tentang hubungan Irvine-Prudence, namun cerita nggak selalu berkutat di hal itu. Selama kurun waktu sekian tahun pengejaran Irvine ke Prudence, banyak hal yang terjadi dalam hidup Irvine; ya kuliahnya, ya magangnya, ya urusan keluarganya, sampai akhirnya tiba di bagian klimaks dan tiba saatnya menjawab pertanyaan utama tadi: Si Irvine akhirnya jadian nggak sih sama Prudence? Nah, proses menuju klimaks ini justru yang menarik.

Dear Prudence disampaikan menggunakan sudut pandang orang pertama alias Irvine langsung yang menceritakan kisahnya kepada kita, pembaca. Jadi, apapun yang ia alami, kita akan langsung tahu bagaimana perasaannya dan jalan pikirannya. Dan berdasarkan apa yang ia rasa dan pikirkan, Irvine itu beneran pribadi yang kacau banget. Jangan harapkan tokoh utama yang serba sempurna: ganteng, baik hati, pintar, berduit. Irvine justru kebalikannya: nggak ganteng-ganteng amat (nggak tega bilang jelek), licik, sok pintar, belagu, nggak bertanggung jawab, ketinggian bermimpi, candaannya garing, dan lain sebagainya. Lha terus, ceritanya nggak asyik dong kalo tokoh utamanya aja udah begitu banget? Justru sebaliknya, di situ letak keasyikan membaca kisah Dear Prudence. Bayangin aja, dengan segabrek tingkah Irvine, di hadapan Prudence justru Irvine malah takut untuk mengungkapkan perasaannya, takut mengambil resiko kehilangan Prue untuk selamanya apabila ternyata Prue menolak dia. Dan di hadapan Prue, muncul sosok Irvine yang lain: yang setia, yang seru, dan baik hati. Bikin gregetan gak sih?

Membaca sepak terjang Irvine di buku Dear Prudence ini menghibur, namun juga ada nilai moral yang bisa kita ambil. Dan sifat Irvine yang nyebelin itu, justru terasa sangat manusiawi. Tokoh Irvine sangat apa adanya dan memang tidak diharapkan untuk disukai pembaca, namun justru lewat perjalanan hidupnya yang merupakan kombinasi antara beruntung dan apes, ia malah menjadi tokoh yang menarik. Saya ingat dengan film Korea, My Sassy Girl (yang mau nonton filmnya bisa klik), yang tokoh utama prianya juga menyebalkan namun justru akhirnya bisa menimbulkan simpati. Nah, kira-kira begitulah gambaran saya tentang Irvine.

Ya, saya sangat menikmati kisah Irvine yang kacau banget ini. Namun demikian, ada sedikit kritik mengenai plotnya. Menurut saya, akan lebih baik kalau ada keterangan waktunya. Bisa spesifik menyebutkan tahun atau hanya keterangan berupa, misalnya, Irvine semester berapa, Irvine umur berapa, dan sejenisnya, karena ada plot yang maju-mundur. Selain itu, jika porsi kisah dunia kerja Irvine dikurangi dan porsi kisah Irvine-Prudence ditambah, atau jika keterlibatan Prudence dalam hidup Irvine ditambah, chemistry Irvine-Prudence akan dapat lebih terasa. Daan.. yang terakhir, ini pertanyaan penasaran aja sih: Irvine kuliah di Trisakti tahun berapa ya, kok Lebak Bulus-Grogol masih naik kopaja 86 bukannya Transjakarta?

Sebagai penutup, kalau teman-teman mencari bacaan yang ringan--ada cinta-cintaannya tapi tetap bisa ketawa ngikik pas baca, buku Dear Prudence ini bisa dibaca.

Buku ini diberikan oleh pengarang kepada saya melalui Blogger Buku Indonesia (BBI) untuk dibaca dan di-review. Walau gratis, bukan berarti review-nya hasil pesanan lho yaa.. Terima kasih kepada Mas Dannie atas bukunya. Ditunggu karya-karya selanjutnya yang sama "bocor"-nya.

3 komentar:

  1. Wihh, dunia kerja Irvine apa, sih? Pengin dapet ilmu tentang pekerjaan lain di luar pekerjaanku, hehehe.

    Aku selalu tertarik baca kisah romance yang memberikan porsi latar belakang tokohnya secara utuh, termasuk pekerjaannya, karena jadi lebih real (kalau buatku, sih). Masak iya 24 jam cinta-cintaan melulu, kan? Hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pada dasarnya dia anak DKV. Kerjanya ganti-ganti sih, tapi masih tetap berhubungan dengan desain. Iya, asyiknya justru di kisahnya di dunia kerja. Geblek abis deh si Irvine.

      Hapus

Berikan pendapatmu mengenai post yang kamu baca di sini

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...