Jumat, 30 November 2012

Posting Bareng BBI: Gadis Pakarena

Judul:  Gadis Pakarena
Pengarang: Khrisna Pabichara
Tahun Terbit: 2012
Jumlah Halaman: 180
Penerbit: Dolphin
Harga: Rp. 45.000


Sekali lagi, saya memilih untuk membaca buku kumpulan cerpen. Kali ini adalah salah satu nominator 10 besar Khatulistiwa Literary Award (KLA) 2012. List lengkap beserta pemenang KLA 2012 dapat dilihat disini. Posting ini juga menjadi posting saya untuk disertakan dalam acara Posting Bareng Blogger Buku Indonesia (BBI) bulan November 2012.

Buku Gadis Pakarena berisi 14 kisah pendek dengan latar belakang kehidupan masyarakat dan kebudayaan Makassar. Melalui buku ini, pembaca diajak untuk mengenal kebudayaan Makassar beserta istilah-istilahnya. Menyenangkan untuk saya, karena terus terang budaya Makassar adalah sesuatu yang masih asing bagi saya. Pengetahuan saya tentang Makassar memang hanya sebatas Konro Bakar dan Coto Makassar.
Beberapa hal tentang Makassar yang saya pelajari dari buku tipis ini, misalnya mengenai klasifikasi penduduk menjadi golongan ata, daeng, dan karaeng dimana satu sama lain dilarang untuk menikah, lalu mengenai silariang atau kawin lari yang bisa berakibat hilangnya nyawa dari pelakunya untuk menebus aib keluarga yang ditinggalkan. Silariang ini biasa terjadi karena dua orang yang berbeda kelas tadi jatuh cinta. Karena dilarang, maka mereka melakukan silariang. Jika mereka ditemukan oleh keluarga si wanita atau keluarga pria yang ditinggalkan si wanita, maka mereka bisa dibunuh di tempat dengan badik. Ada juga yang bersifat mistik seperti kulau bassi atau jimat yang dapat membuat seseorang kuat dan kebal terhadap apapun namun berakibat orang tersebut menjadi lekas emosi (semacam cincin-nya Frodo di Lord of the Ring. Ternyata di Indonesia juga ada. Hihi) dan dotti, sejenis pelet penakluk perempuan. Selain itu, dapat juga terlihat mengenai posisi wanita dalam kebudayaan Makassar yang dianggap lebih rendah dan sering direndahkan oleh pria. Sebenarnya, untuk hal ini sih hampir serupa dengan apa yang terjadi di suku-suku lain di Indonesia, dimana sebelum menikah, wanita adalah milik ayahnya, sedangkan sesudah menikah menjadi milik suaminya.

Cerita-cerita yang diangkat oleh Khrisna Pabichara dalam buku ini bukanlah cerita yang ceria, melainkan cukup tragis dan tidak berakhir bahagia. Beberapa cerita justru membuat saya mengerutkan kening karena terasa tidak masuk akal dan rasanya saya ingin cerita tersebut berakhir berbeda. Namun, beberapa berhasil menjadi favorit saya, di antaranya: Haji Baso (cerita ke-6), Silariang (cerita ke-7), dan Riwayat Tiga Layar (cerita ke-13). Silahkan baca sendiri ceritanya jika penasaran tentang apa cerita tersebut. Saya nggak mau cerita, karena ini kan cerita pendek, jadi takut spoiler.

Kutipan favorit saya adalah dari cerita Riwayat Tiga Layar:
"Kalau jatuh berdiri lagi, kalau rubuh bangun lagi. Tak perlu terluka karena jatuh, tak usah berduka karena rubuh. Gagal adalah gerbang tak terkunci. Dan mencoba adalah pekerjaan tak kenal usai."
Walau sebenarnya saya bertanya-tanya, kenapa Gadis Pakarena yang dipilih menjadi judul buku, karena ceritanya yang tidak berkesan mendalam buat saya, saya menyukai buku ini karena cerita-ceritanya yang unik dan menambah wawasan. Saya akan merekomendasikan buku ini untuk pembaca yang ingin mengenal kebudayaan Indonesia terutama kebudayaan Makassar.

15 komentar:

  1. oalaaah ternyata kumcer ya na? kirain tuh novel hehe..aku sempet penasaran banget sama buku ini karna judulnya yang catchy =) mungkin itu alesannya dipilih jd judul buku, meski ceritanya justru kurang berkesan yah...

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha iya. aku juga baru tau setelah beli bukunya kalo ini ternyata kumcer.
      Aku terus terang nggak ngerti cerita Gadis Pakarena. Tapi yang lain seru ceritanya.

      Hapus
  2. ternyata kumcer, bukan tipe saya nih >.<

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha. Iya kumcer. Tapi ada 4 cerita pendek yang nyambung lho di buku ini. Kumcer tuh endingnya suka ngambang ya. Kependekan sih.

      Hapus
  3. lebih ke perkenalan budaya ya berarti, lumayan menarik sih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Cerita-ceritanya, kalau pakai logika kita sebagai orang kota, bakal terasa aneh, lebay, dan cenderung nggak manusiawi. Namun kalau melihat dari budaya daerahnya, yaah.. Memang begitulah adanya. Ehehe.. Jadi belajar banyak sih dari buku ini.
      Sayang aku nggak bisa kupas satu-satu ceritanya karena pendek-pendek banget..

      Hapus
  4. Koreksi mbak, bukan Cotto, tapi Coto :)

    Masih masuk wishlist nih. Penasaran banget karena saya asalnya dari Sulawesi juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ya? ahahaha... Diedit deh.
      Wih mbak Desty kalo orang Sulawesi berarti musti baca nih. Soalnya kental banget unsur budayanya.

      Hapus
  5. weh ternyata cukup berat nih, tentang adat dan kebudayaan Makasar, tapi bisa untuk nambah pengetahuan juga, aku juga g terlalu familier dengan kebudayaan di luar Jawa :)

    BalasHapus
  6. Aku juga orang Sulawesi, kayaknya menarik ya. Cuma betah ngga ya kalo ceritanya tragic2...

    Eh, judul Pakarena kok mirip Macarena ya? Hihi... Judul lagu Spain itu yak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mwahaha.. sama kaya temen sekantorku. Dia pas ngeliat buku Gadis Pakarena tergeletak di mejaku dia langsung joget Macarena. Whii ayo yang orang Sulawesi baca bukunya... Hihihi

      Hapus
  7. Hampir saja saya protes pas bilangnya kedudukan perempuan di adat Makassar lebih rendah dari laki-laki ._. Baru ingat saya orang Bugis bukan Makassar u.u baru ngeh bedanya dua suku itu kalau begitu~ wajib baca nih soalnya saya penggemar kumcer ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tapi dua2nya sama2 patrilineal kan? Aku bingung sih sebenernya sama suku Bugis dan Makassar itu, soalnya sama-sama dari Sulawesi Selatan dan biasa orang nyebutnya Bugis-Makassar. Jadi beda atau sama? Hehe. Tapi yang pasti di buku ini nggak disebut-sebut kata Bugis.

      Hapus
  8. Ohh, ternyata bagus ya kumcer ini. Berarti saya tidak salah pas milih buku ini kemarin :))

    Dari materinya, tampaknya oke juga untuk diolah menjadi karya yang baru :D

    BalasHapus

Berikan pendapatmu mengenai post yang kamu baca di sini

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...