Pengarang: Susane Colasanti
Tahun Terbit: 2009 (Indonesia: 2011)
Jumlah Halaman: 406
Penerbit: Elex Media Komputindo
Harga: Rp.54.800
Berkisah mengenai seorang gadis bernama Marisa yang baru saja pulih dari depresi yang dideritanya. Kini, ia tengah menata kembali hidupnya.
Ketika Derek, cowok yang sudah lama ditaksirnya, akhirnya putus dari kekasihnya, Sierra, dan mulai mendekati Marisa, hati Marisa sangat berbunga-bunga. Apalagi ketika akhirnya Derek mengajaknya jadian. Sayang, kebahagiaan Marisa sepertinya tidak didukung oleh kebahagiaan orang-orang di sekitarnya. Sahabat dekatnya, Sterling, merasa dicuekkan oleh Marisa. Ia kini lebih banyak mencoba mencari pacar lewat internet. Nash, si kutu buku, teman Marisa sedari kecil, kini seperti memiliki kehidupan sendiri setelah berpacaran dengan salah satu teman sekelas mereka. Ayah dan ibu Marisa diam-diam sedang cekcok dan berakhir dengan perceraian. Dan ternyata, berpacaran dengan Derek tidak seindah yang Marisa bayangkan. Sierra masih selalu hadir menghantui hubungan Marisa dan Derek.
Marisa berada di ambang depresi. Ia ingin melawan itu. Ia tidak ingin kembali terpuruk ke kubangan yang sama dengan yang pernah dialaminya sebelumnya. Namun, ia tidak tahu kepada siapa ia harus bersandar. Lalu suatu hari, Marisa mulai mendengarkan siaran radio misterius Dirk si Bengal, yang populer di kalangan siswa-siswi di sekolah. Lewat siaran Dirk, Marisa memperoleh kekuatan untuk memperjuangkan kebahagiaannya.
Pada akhirnya, berhasilkah Marisa melalui masa-masa kelam hidupnya? Apakah Marisa akan berhasil menemukan cintanya?
Ini adalah novel Susane Colasanti pertama yang saya baca. Saya mengetahui mengenai Susane Colasanti dari Goodreads sebelumnya. Novel terbarunya, Keep Holding On, mendapatkan review positif cukup banyak. Pada satu kesempatan, Elex Media melalui twitter memberi tahu saya kalau novel-novel Susane Colasanti sebenarnya sudah cukup banyak yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Maka, saya pun mencarinya. Kebetulan, judul ini yang terbeli.
Novel ini cukup tebal untuk ukuran teenlit. Jumlah halamannya mencapai 400-an. Namun demikian, pada awalnya saya cukup semangat untuk membacanya karena saya sangat tertarik membaca sinopsis cerita. Sayang, setelah beberapa saat membaca, saya merasa bosan dengan gaya penceritaannya. Mengambil sudut pandang tokoh utama alias Marisa, penuturan ceritanya terasa monoton dan kurang berwarna. Mungkin karena memang sifat Marisa yang kalem sehingga cerita-cerita yang keluar dari mulutnya (atau tulisannya) terasa kurang seru.
Konflik yang diangkat dalam cerita ini pun lumayan pasaran. Ada cerita mengenai cinta pertama yang ternyata tidak sesuai harapan, hubungan persahabatan yang mulai renggang karena munculnya orang baru di hidup si tokoh utama, perceraian orang tua, dan..depresi. Mengenai yang terakhir ini, sepertinya dari awal sampai akhir tidak dijelaskan alasan Marisa mengalami depresi sebelumnya. Hanya dikatakan berkali-kali bahwa Marisa tidak ingin berada di posisi yang sama sekali lagi, namun tidak dijelaskan penyebab depresi itu kenapa. Cukup aneh mengingat pada saat Marisa diserang depresi sebelumnya kondisi kedua orang tuanya harmonis, pertemanannya dengan Sterling pun tidak masalah. Jadi, kenapa ia bisa depresi? Dengan konflik yang pasaran seperti ini, seharusnya novel ini masih bisa memiliki daya tarik apabila konflik yang banyak dan standar itu diolah dengan baik. Sayangnya, semuanya terasa mengambang dan kurang seru. Mungkin yang menjadi "penyelamat" novel ini adalah tampilnya Dirk si Bengal, dengan segala saran-sarannya atas permasalahan remaja, yang terdengar sangat remaja tapi juga masuk di akal. Saya suka bagian Dirk menyemangati Marisa, yang mengirimkan surat kepada Dirk dengan nama samaran, agar tidak putus asa.
Mengenai penerjemahannya, saya menikmati bagaimana penerjemah memilih untuk menyelipkan bahasa sehari-hari remaja di dalam novel ini untuk membuat novel ini lebih terasa suasana remajanya. Menurut saya terjemahannya cukup baik dan typo error-nya tidak terlalu banyak. Saya memberi buku ini rating 3 bintang di Goodreads. Aslinya sih hanya 2 bintang untuk cerita. Namun karena saya menyukai terjemahannya, saya menambahkan 1 bintang. Baru kali ini saya rasa saya menambahkan bintang karena kualitas terjemahannya. Sebelumnya, justru kualitas terjemahan lebih sering menjadi faktor pengurang bintang untuk novel terjemahan yang saya baca.
Kesimpulannya, kesan pertama saya terhadap tulisan Susane Colasanti mungkin kurang baik. Namun bukan berarti saya menutup diri dari karya-karyanya yang lain. Di lain waktu saya ingin membaca karya-karya Susane Colasanti yang lain, terutama Keep Holding On. Saya merekomendasikan buku ini untuk dibaca pembaca usia SMP-SMA, yang mungkin masih mengalami gejolak emosi seperti yang dirasakan Marisa. Menurut saya, nasihat-nasihat Dirk cukup "dalam" dan patut diikuti.
Jadi pengen baca bukunya x) Susane Colosanti itu juga yang nulis Something Like Fate ya?
BalasHapusIya, bener Aul. Something Like Fate juga udah diterjemahin ke Indo. kalo nggak salah ada 4 judul deh yang udah diterbitin disini, cuma nggak terlalu booming.
Hapusbelum pernah baca bukunya, keep holding on kayak judul lagu :))
BalasHapusAda ya lagu judulnya Keep Holding On? ahahaha aku nda tauu
HapusAKu blm pernah denger Susan Colosanti. Eh, namanya kok Indonesia sekali ya.
BalasHapusMirip-mirip Susi Susanti ya Ky? *ngaco*
Hapuskeren ceritanya.
BalasHapusteenlit kok tapi penuh intrik cinta yang kompleks ya ?
nggak kompleks sih sebenernya. Khas remaja kok
Hapusaku belum pernah baca bukunya. Kalu diliat dari sinopsisnya sih emang menarik jadi pengen beli dan baca, eh tapi pas baca review-nya mba Nana yang bilang konfliknya terlalu mainstream, rasa-rasanya cari pinjaman ke teman aja sudah cukup kayaknya, nggak usah beli :D
BalasHapushehe. Iya minjem aja kayaknya. Abis ceritanya emang nggak menawarkan sesuatu yang baru. Sayang banget.
HapusTapi di Goodreads Mbak Nana cuman kasih dua bintang ya~
BalasHapus-,-
Iya. Karena menurutku konfliknya gitu-gitu aja dan karakternya Marisa kurang rame. Pengen baca yang lebih seru lagi.
Hapuswah, karena saya udah kuliah, kyaknya buku ini kurang cocok buat saya :p
BalasHapusAku udah kerja. ahhahaha.. Sebenernya buku-buku tentang kehidupan remaja rame juga lho ceritanya. Malah biasanya banyak pelajaran yang bisa diambil karena mereka kan baru mencari jati diri, jadi suka banyak kesalahan-kesalahan yang "ajaib". Tapi novel ini menurutku nggak spesial2 amat juga, entah karena umur udah kejauhan atau emang ceritanya yang kurang menarik. hehe.
HapusSama nih kayak Hanako, saya udah kuliah :))
BalasHapussaya udah kerja. Udah lulus kuliah 2 kali pula. Wakakakakakkk... -_-
Hapusentah kenapa saya kurang tertarik novel yang cover-nya foto orang. haha, subyektif sekali..tapi sudah berniat pengen mengubah kebiasaan ini :D
BalasHapusEntah mengapa suka sama buku yang dikasih rating rendah,bikin penasaran kenapa orang bisa kasih rating rendah,tapi kayaknya Susane colasanti bukunya susah dicari ya...
BalasHapusKayaknya cocok buat aku XD
BalasHapus