Kamis, 25 September 2014

Dari Kirara untuk Seekor Gagak

Judul: Dari Kirara untuk Seekor Gagak
Pengarang: Erni Aladjai
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2014
Halaman: 192
Harga: Rp. 45.000



Mae adalah seorang pelajar Indonesia yang sedang studi di Universitas Hokkaido, Sapporo, Jepang. Selama menjalani masa studinya yang sepi di negeri orang, ia menjalin persahabatan dengan kakek tua tetangga apartemennya, Kakek Yoshinaga. Mae senang menghabiskan waktu dengan membantu Kakek Yoshinaga membaca surat dan membersihkan apartemen Kakek Yoshinaga. Sayang, Kakek Yoshinaga kemudian ditemukan meninggal dunia di kamar mandi apartemennya.

Sepeninggal Kakek Yoshinaga, apartemen Kakek Yoshinaga ditinggali seorang lelaki muda misterius yang selalu berpakaian hitam-hitam--seperti gagak. Mae, yang penasaran, kemudian mengajak berkenalan lelaki itu, hanya untuk ditepis dengan kasar. Suatu insiden kemudian justru mendekatkan si lelaki misterius dengan Mae.

Ken, nama pemuda itu, sejak kecil menyimpan dendam mendalam kepada lelaki yang membunuh ibunya. Ia pindah ke apartemen Kakek Yoshinaga untuk mematangkan rencananya membalas dendam atas kematian ibunya. Segala rencana telah dibuat selama bertahun-tahun dan kini saat untuk mewujudkannya kian dekat. Namun, Ken malah bertemu Mae, si Kirara yang bisa berlaku manis, namun juga berkata keras kepadanya. Dan terutama, Mae kembali menghangatkan hati Ken yang telah lama membeku karena dendam.

Bagaimana kisah Mae dan Ken selanjutnya? Berhasilkah Ken membalaskan dendam ibunya?

Pertama-tama, saya sejujurnya merasa terkejut dengan jenis cerita yang dipilih Erni Aladjai dalam buku terbarunya ini. Bukan sastra yang mengeksplor isu sosial-budaya seperti novelnya yang terdahulu, Kei, dan kumpulan cerpennya, Ning di Bawah Gerhana, Dari Kirara untuk Seekor Gagak justru mengambil kategori new adult yang kaya balutan romance, thriller, namun ringan dibaca. Dan sejujurnya (lagi), saya heran dengan kategori dari penerbit yang memasukkan buku ini ke dalam kategori sastra karena menurut saya lebih cocok ke new adult, sehingga akan lebih tepat jika ditulis sebagai Novel saja, berhubung sampai saat ini sepertinya penerbit belum punya label untuk novel-novel new adult. Namun demikian, saya cukup menikmati membaca novel ini. Maklum, buku-buku young adult dan new adult merupakan buku-buku yang paling sesuai dengan selera saya.

 
Dua tokoh utama, Mae dan Ken, sama-sama dua orang yang kesepian dan memiliki hidup yang suram. Mae yang yatim piatu sebenarnya memiliki keluarga yang hangat, tapi karena studinya di Jepang, ia harus mengalami hidup sebatang kara. Kepergian Kakek Yoshinaga, satu-satunya orang yang dekat dengan Mae, menimbulkan kekosongan di hatinya. Ken sebaliknya. Hubungannya dengan ayahnya tidak pernah hangat semenjak kematian Ibu Ken. Ayahnya terlalu sibuk bekerja dan juga memandang rendah Ken tanpa mengerti apa isi pikiran si anak. Interaksi Mae dan Ken terasa canggung dan salah karena tentu kepribadian Ken yang rusak bukanlah sesuatu yang mudah dihadapi. Emosi Ken pun kerap meledak-ledak. Namun demikian, lewat ketidaksempurnaan keduanya, ada rasa saling membutuhkan dan saling melengkapi yang buat saya cukup manis.

Penggambaran suasana Jepang juga berhasil dikerjakan Erni dengan baik, karena sepanjang membaca buku ini, saya dapat membayangkan setting kota di Jepang berdasarkan ingatan saya pada film-film Jepang yang pernah saya tonton (karena saya belum pernah ke Jepang). Percakapan keduanya yang dibuat formal pun membantu membangun suasana bahwa setting memang di luar Indonesia.

Untuk plotnya sendiri, saya sejujurnya merasa seperti terburu-buru. Entah apakah karena ada batasan halaman dari penerbit atau alasan lain. Hal ini menyebabkan penyelesaian konflik menjadi seperti digampangkan. Apabila halaman buku ini lebih banyak dan ada kesempatan bagi pengarang untuk lebih mengeksplorasi "petualangan" Ken, tentu hal ini akan lebih baik karena akan lebih terasa menegangkannya. 

Sebagai penutup, jika teman-teman menyukai novel yang agak "gelap" namun tidak kehilangan unsur romance-nya, dan apabila teman-teman menggemari film-film Jepang, teman-teman bisa mencoba membaca buku ini. Tema yang diangkat cukup unik dan rasanya masih belum banyak diangkat oleh pengarang-pengarang lain.

3 komentar:

  1. wah, lebih kental romancenya, jadi pengin baca, dulu cukup puas dengan Kei, pengin nyoba karya penulis yang lain :)

    BalasHapus
  2. Aku pernah baca novel ini dari pinjaman teman tapi memang benar semenjak aku baca novel ini aku jadi suka baca novel2 ber genre menantang ini apalagi tentang cerita kisah cinta ken dan mae yang sangat romantis lhaa membuat aku ketagihan membacanya berulang-ulang. Semangat!!!

    BalasHapus

Berikan pendapatmu mengenai post yang kamu baca di sini

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...