Jumat, 27 Desember 2013

My Partner

Judul: My Partner
Pengarang: Retni SB
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2012
Halaman: 281
Harga: Rp. 43.000 (diskon jadi Rp. 36.550 di bukabuku.com)


Tita sedang dilanda kemalangan bertubi-tubi. Kasus korupsi yang menimpa papanya membuat keluarga Tita tercerai berai. Papa harus dipenjara selama 6 tahun, Mama menderita depresi dan harus dirawat di Cibubur. Adik semata wayang Tita, Nena, harus mengungsi ke Cirebon bersama Nenek dan melanjutkan sekolah di sana karena tak kuat menanggung malu di Jakarta. Tinggal Tita yang tertinggal di Jakarta dan mencoba untuk kuat demi mencegah keluarganya tercerai berai.

Serta merta keluarga Tita jatuh miskin. Denda 110 miliar rupiah yang harus dibayar Papa ditambah lagi tabungan yang diblokir membuat Tita harus pindah ke kos-kosan yang sederhana. Rumah disita, mobil disita. Belum lagi hutang renovasi rumah sebesar 97 juta rupiah yang harus dilunasi kepada Jodik, si arsitek jutek!

Untungnya, Tita masih punya Om Anton, adik Papa yang selalu membantu, juga Butet dan Sani, dua sahabatnya yang selalu cablak dan ceria, membuat Tita kadang bisa sedikit melupakan bebannya. Lalu ada pula Jodik. Lho kok si arsitek jutek itu disebut-sebut juga sih? Iya, karena Jodik tiba-tiba malah menawarkan Tita untuk bekerja padanya. Lumayan, mengingat selama ini Tita belum menerima panggilan sama sekali atas lamaran kerja yang dikirimkannya, walau ternyata kantor Jodik sangat jauh dari bayangan Tita.

Sayang, hubungan kerja Jodik-Tita tidak harmonis. Cowok bermulut silet ini benar-benar mengesalkan Tita. Untung di saat yang tepat, Tita bertemu dengan Dido, anak mantan bos Papa. Seharusnya, Tita sih kesal dengan Dido karena Papa kan masuk penjara sebagai tumbal ayah Dido. Namun, Dido begitu baik dan menawarkan Tita kerja di perusahaan developer miliknya yang mentereng, juga dengan iming-iming gaji yang besar. Jika mau membayar lunas hutang ke Jodik dan membantu pengobatan Mama, bekerja dengan Dido tentu pilihan yang lebih tepat.

Di saat Tita merasa hidupnya sudah kunjung membaik, lagi-lagi ia ditimpa kesialan. Ada saja cobaan yang datang. Namun, akhirnya Tita dapat melihat, siapa sebenarnya kawan sejatinya.

Apa yang akan terjadi dengan hidup Tita selanjutnya?

Saya salut dengan keberanian penulis untuk menulis cerita seperti ini. Bukan karena mengangkat soal korupsi, namun karena berani memilih plot di mana sampai akhir pun sebenarnya keadilan tidak pernah diterima oleh keluarga Tita. Jadi, di novel ini, sejak awal pembaca sudah dibawa untuk melihat bahwa ayah Tita sebenarnya adalah korban kesalahan penjatuhan vonis oleh Majelis Hakim. Ayah Tita sebenarnya hanya kambing hitam perusahaan, yang sebenarnya tidak memakan uang perusahaan, namun harus dijebloskan ke penjara demi menyelamatkan si pelaku korupsi sebenarnya yang tentu lebih berduit dan lebih bisa menyuap kanan-kiri. Hal ini bisa terlihat dari kesulitan yang diderita Tita tatkala satu persatu harta keluarga disita untuk menutup denda karena ternyata keluarganya memang tidak memiliki uang sebanyak itu. Keluarga Tita hanya keluarga yang berkecukupan, bukan keluarga yang hidup mewah. Saya terpaksa membocorkan ending sedikit, namun saya rasa tidak apa-apa karena sebenarnya bukan ini inti ceritanya. Bahkan sampai akhir cerita pun ayah Tita tetap harus menjalani hidup di penjara, tanpa ada rehabilitasi. Artinya, sampai akhir cerita pun ayah Tita masih dianggap bersalah di mata negara. Buat saya, ini menarik karena biasanya di cerita-cerita, yang baik selalu menang kan?

Cerita ini justru menitikberatkan pada bagaimana Tita kemudian menanggapi dan menjalani hidup yang sudah tidak adil ini. Sepanjang cerita, pembaca akan diajak menikmati perkembangan karakter Tita seiring dengan cobaan yang silih berganti menghadangnya. Tita di awal cerita adalah Tita yang manja dan cepat menilai orang dari bungkus luarnya. Namun kejadian demi kejadian membuatnya belajar untuk tidak mudah menilai hanya dari luarnya dan juga mengajarinya untuk tetap bersyukur atas apa yang ia miliki.

Terkesan cukup serius ya? Namun mbak Retni SB berhasil mengemasnya dengan asyik kok. Cerita My Partner tidak seperti drama sinetron yang setiap episodenya diwarnai air mata. Gaya bertuturnya lincah. Interaksi para tokohnya sangat hidup. Alurnya juga tidak membosankan. Dan yang paling utama, semua terasa nyata, dekat dengan kehidupan sehari-hari. Tokoh Tita bukanlah tipe orang yang serba sempurna. Ia memiliki kekurangan juga dan di beberapa bagian saya cukup kesal padanya. Namun, seiring bertambahnya halaman yang telah saya baca, saya bisa merasakan perkembangan pada dirinya. Pada akhirnya, saya tidak hanya terhibur namun juga merasa mendapatkan "sesuatu" dari kisah ini. Seperti sudah saya bilang di awal, kisah ini bukanlah kisah di mana si baik pada akhirnya selalu menang, namun lebih ke si baik selalu merasa menang pada akhirnya dalam kondisi apapun.

Kekurangan yang cukup mengganjal yang saya temui ada dua. Pertama, pada penggunaan istilah "rehab" yang saya rasa kurang tepat. Jadi ada bagian di mana Tita berkata bahwa rumahnya direhab, padahal maksudnya direnovasi atau kalau mau disingkat ya direnov. Direhab kesannya seperti pasien kecanduan obat. Yang kedua, ketika ayah Tita mendapatkan handphone dari Jodik. Menurut saya itu hal yang aneh karena baik tahanan maupun narapidana seharusnya tidak mendapatkan handphone, kecuali narapidana yang "membayar lebih". Mengingat bahwa ayah Tita bukanlah orang yang mampu dan mau "membayar lebih", tentu terasa janggal kalau ia bisa memegang handphone di dalam penjara. Lagipula, apakah tidak akan direbut narapidana lainnya? Bahkan waktu saya berkunjung ke salah satu lapas, Indomie saja mereka bisa berebut kok!

Secara keseluruhan, My Partner merupakan novel yang menarik untuk dibaca. Ringan, menghibur, namun juga sarat pembelajaran.

2 komentar:

  1. Masalah HP aku juga merasa agak ganjil sih. Tapi aku suka dengan gaya penceritaan Mbak Retni dan bukunya juga bersih dari adegan-adegan grepe-grepe-an.

    BalasHapus
  2. Pas di awal menyebutkan bahwa Papanya Tita kena kasus korupsi, jadi inget salah satu buku yang Ayah-nya juga kena hal yang sama, Picture Perfect :D

    "Di saat Tita merasa hidupnya sudah kunjung membaik, lagi-lagi ia ditimpa kesialan. Ada saja cobaan yang datang. Namun, akhirnya Tita dapat melihat, siapa sebenarnya kawan sejatinya." Kalau yang kayak gini tuh, emang kerasa bener-bener banget siapa orang yang benar-benar setia di saat hidup lagi di bawah tuh. Well, baca reviewnya memang menarik, apalagi pas kalimat "Artinya, sampai akhir cerita pun ayah Tita masih dianggap bersalah di mata negara. Buat saya, ini menarik karena biasanya di cerita-cerita, yang baik selalu menang kan?" Keren juga tuh, ingin sekali suatu saat ada cerita dimana jangan kebaikan terus yang menang, whahahaha xD

    BalasHapus

Berikan pendapatmu mengenai post yang kamu baca di sini