Minggu, 23 Desember 2012

Satu Hari Berani

Judul: Satu Hari Berani dan Cerita-cerita Lain
Pengarang: Sitta Karina
Tahun Terbit: 2008
Jumlah Halaman: 176
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp. 29.000


Satu Hari Berani adalah buku kumpulan cerpen Sitta Karina yang sebelumnya pernah dimuat di berbagai majalah, misalnya Cosmogirl, Hai!, dan Spice. Total ada 18 cerita pendek yang berkisah seputar kehidupan remaja usia SMA sampai kuliah.

Menurut saya, seluruh cerita di buku ini Sitta Karina banget alias berasa sekali ciri khasnya. Mungkin buat teman-teman yang belum pernah atau baru sekali-dua kali membaca karya-karya Sitta Karina hal ini tidak akan terasa. Yang saya maksud ciri khas Sitta Karina adalah cara bertuturnya yang terkesan smart, modern, namun juga sarat balutan tradisi. Seperti istilah yang digunakan Sitta Karina sendiri dalam salah satu cerpennya yang berjudul Clark Kent, Sitta Karina menurut saya adalah seorang penulis yang kontradiktif. Di satu sisi, tokoh-tokoh rekaannya, walau masih berusia muda, sangat berwawasan luas. Mereka melek teknologi dan istilah-istilah bahasa Inggris selalu menyelip di sana-sini. Namun di lain pihak, mereka juga peduli pada masyarakat sekitar dan tidak lupa pada akar tradisi dan kebudayaan mereka, yaitu Indonesia. Nah, cerita-cerita di buku ini juga menunjukkan ciri khas kontradiktif tersebut.

Beberapa cerita yang menjadi favorit saya antara lain:
  1. Matahari yang Tidak Terik. Lewat cerita ini, Sitta Karina berpesan bahwa ternyata menjadi Manusia Indonesia Seutuhnya tidak hanya bisa ditempuh dengan belajar giat. Saya suka sekali cerita ini karena lewat suatu adegan simpel yang bisa terjadi setiap hari, Sitta Karina bisa menitipkan pesan yang teramat dalam.
  2. Tink-a-Bell. Cerita ini mengajarkan untuk tidak terlalu cepat menilai orang dari apa yang kita lihat. Suka dengan endingnya, dan suka juga karena tokoh prianya adalah Nara Hanafiah, si bad boy dari serial Hanafiah yang saya sangat tunggu-tunggu kisahnya.
  3. Kisah Kisa. Cerita Kisa yang ingin sekali menjadi cerpenis terkenal seperti kakaknya sampai mau berbuat curang demi ambisinya. Saya suka cerita ini karena saya nggak nyangka banget dengan ending-nya.
  4. Clark Kent. Di cerita ini, Syarin akhirnya bisa memilih siapa yang akan menjadi cowoknya berkat sebakul jamu gendong. Lucu.
Sayang, beberapa cerita (termasuk Tink-a-Bell) menggunakan tokoh-tokoh yang telah ada dalam novel-novel Sitta Karina yang telah terbit sebelumnya. Misalnya Nara, Reno, Harsya, dan Diaz Hanafiah dari serial Hanafiah, lalu Seira, Adry dan Lilla dari serial Magical Seira, dan ada pula tokoh-tokoh dari Stila-Aria dan Kencana. Di beberapa cerita, memang ceritanya masih bisa dimengerti dan berdiri sendiri. Namun ada pula yang membuat bingung pembaca yang belum pernah membaca serial-serial tersebut. Misalnya di cerita La Vida. Untuk yang sudah membaca serial Hanafiah mungkin bisa mengerti ugal-ugalannya Reno dan ketenangan Diaz meng-cover perbuatan asal sepupunya itu. Namun, untuk yang belum membacanya, "Siapa sih Reno? Kok bisa seenaknya banget?" Mungkin itu yang terlintas di pikiran ketika  membaca cerita ini. Lalu pada cerita Talisman, apa maksudnya Seira jadi ksatria putri dimensi Madriva? Mengingat cerita-cerita ini diterbitkan secara terpisah di majalah-majalah, mungkin pada saat pembaca majalah yang buta dengan buku-buku Sitta Karina membaca cerita tersebut, mereka akan bertanya-tanya dan bingung.

Bukannya saya melarang Sitta Karina atau pengarang manapun untuk membuat cerita pendek berdasarkan tokoh-tokoh dalam novel mereka sebelumnya. Namun akan lebih baik kalau cerita-cerita semacam itu dibukukan dalam satu buku tersendiri, atau sekedar dipublikasikan di blog pengarang. Banyak pengarang telah melakukan ini. Misalnya saja, Lauren Oliver yang menerbitkan Hana dan Annabel sebagai cerita tambahan dari trilogi Delirium. Atau Takeshi Maekawa yang membuat Tekken Chinmi Gaiden sebagai kisah off the record serial Kung Fu Boy. Jika untuk dipublikasikan di majalah, akan lebih baik kalau satu cerita pendek bisa berdiri sendiri.

Di luar kritik saya, yang saya harapkan membangun, saya menyukai buku ini. Kisah-kisahnya sangat membuka mata dan seru banget.

Recommended untuk pembaca usia remaja. Banyak pelajaran yang bisa kalian dapat dari buku ini.

Review ini saya ikutsertakan dalam 2012 End of Year Book Contest yang diadakan blog Sinopsis Untukmu. Unsur yang terpenuhi adalah adanya huruf "a" pada judul dan warna kuning pada cover buku. Jika teman-teman tertarik ikutan, silahkan klik banner di bawah ini:
Photobucket

6 komentar:

  1. Jadi kepengin baca buku-bukunya Sitta Karina.. >,<

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pas banget nih, sekalian ikut Challenge-nya Sulis aja: http://kubikelromance.blogspot.com/2012/12/sitta-karinas-book-reading-challenge.html

      Hapus
  2. Mba Nana ikutan Sitta Karina Reading Challenge yg dibuat mba Sulis itu ga?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pengen, tapi di blog ini aja udah ada 3 review bukunya. Masa musti repost?
      Ntar lah liat.

      Hapus
  3. Setuju sama saranmu, Na. Pengen sih koleksi cerita2 Hanafiah nya Sitta Karina dengan lengkap, tapi ngerasa males kalau harus kumpulin semua cerpennya yg terserak di mana -mana itu. Untuk kumcer gini aku masih baca (walo modal rental doang), tapi untuk yang Gogirl itu aku nyerah deh.

    But I guess it can't be helped ya. Karya Sitta yg paling menjual emang Hanafiah sih. Asal diiming-imingin ada cerita tentang Hanafiah, pasti banyak yg tertarik beli.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga yang Dunia Mara cuma dapet 2 episode. Abis itu ga beli Gogirl lagi. Abis isi majalahnya nggak sesuai seleraku sih. ABG benerrr.. *ingetumur*

      Hapus

Berikan pendapatmu mengenai post yang kamu baca di sini