Sabtu, 14 April 2012

Rumah Cokelat

Repost dari blog lama..
Saat ini, Reading in the Morning mengadakan giveaway dengan hadiah 2 buku ini untuk 2 orang pemenang. 
Klik disini untuk ikutan giveaway-nya. 
 


Judul Buku : Rumah Cokelat
Penulis : Sitta Karina
Tahun terbit: 2012
Penerbit : buah hati
Tebal : 226 halaman
Harga: Rp. 38.000 (di bukabuku.com diskon jadi Rp. 32.300)


Sitta Karina adalah salah satu pengarang favorit saya dan lama banget saya harus nunggu sampai karya terbarunya terbit. Nggak heran, begitu baca kabar di Twitter kalau Rumah Cokelat telah terbit, saya langsung membelinya tanpa mikir apakah tema ceritanya akan cocok dengan saya atau tidak.

Rumah Cokelat bercerita tentang Hannah Andhito, seorang ibu muda dengan satu anak berusia 20 bulan bernama Razsya, yang selain bekerja juga masih menumpang tinggal dengan ibunya. Karena kesibukannya, Hannah kerap meninggalkan Razsya di bawah pengasuhan Upik, si pembantu yang telaten, dan Eyang Yanni, ibu Hannah. Namun, Hannah bukannya ingin lepas tangan dengan perkembangan Razsya. Di tengah pekerjaan yang membludak dan emosi yang tinggi akibat cape kerja, macet, dan kesibukan lainnya, upaya Hannah untuk membuat Razsya mengenalnya bukan hanya sekedar sebagai ibu yang suka membelikan mainan malah lebih sering berakhir cekcok dengan Eyang Yanni, dan menjauhkannya dari Razsya.
Beruntung, Hannah punya Wigra, si suami yang pengertian dan suportif. Bersama Wigra, Hannah berusaha untuk menjadi ibu yang ideal bagi Razsya, walau itu berarti harus mengorbankan karier dan me-time-nya.


Sebuah kisah yang simpel tanpa konflik yang dramatis namun sangat realistis dan sarat makna. Walau saya belum berkeluarga, saya kerap kali mendengar curhatan teman sekantor yang sudah berkeluarga yang mengalami problema sama persis dengan yang dihadapi Hannah. Beban kerja ditambah kemacetan Jakarta yang semakin parah dari tahun ke tahun membuat keluarga muda jaman sekarang tidak punya pilihan: hanya mampu memiliki tempat tinggal di pinggir Jakarta (baik itu rumah sendiri atau serumah dengan orang tua/mertua) dengan konsekuensi waktu banyak terbuang di jalan dan ketika sampai rumah, tidak ada waktu dan tenaga yang tersisa untuk bermain bersama anak. Pilihan agar ibu stop bekerja juga bukannya mudah karena jaman sekarang, segala hal serba mahal. Apakah gaji suami seorang cukup untuk menutup semua kebutuhan sekaligus saving? Itu baru hal-hal yang berkaitan dengan masalah ekonomi. Belum lagi yang berkaitan dengan masalah sosial. Bagaimana waktu untuk pribadi sebagai seorang manusia yang juga harus bersosialisasi dengan kawan sebaya? Masalah tersebut juga dihadapi oleh Hannah dan sempat membuat dunianya jungkir balik. Beruntung Hannah berhasil menahan segala ego dirinya dan memutuskan untuk mencoba belajar untuk melalui setiap masalah yang dihadapi demi prioritas utamanya, Razsya, sang anak. Percekcokan dengan suami, ibu, dan juga teman-teman yang sepertinya tidak bisa mengerti Hannah dilalui dengan kepala dingin hingga akhirnya Hannah berhasil mendapatkan apa yang ia cita-citakan: kedekatan hubungan Hannah dengan Razsya.

Novel ini bercerita tentang sebuah proses, tentang belajar berkorban, tentang mengubah prioritas, dan tentang menghilangkan keegoisan, demi hal penting bernama keluarga (pasangan dan anak). Melalui novel mungil ini kita diingatkan bahwa segala masalah pasti ada jalan keluarnya. Kita hanya perlu fokus pada apa yang menjadi gol kita sejak semula sehingga bisa melewati segala rintangan yang muncul. Seringkali perceraian terjadi hanya karena pasangan tidak ingat mengenai gol mereka semula sehingga ego dan emosi akhirnya mempengaruhi otak mereka dalam mengambil keputusan yang keliru. Novel ini sungguh merupakan inspirasi, baik untuk orang tua maupun untuk orang-orang yang kelak akan menjadi orang tua seperti saya. Such a nice story to tell.

Mengenai fisik buku, saya sangat menyukai cover, kertas dan spasi tulisan. Semuanya sangat memanjakan mata saya. Kesalahan penulisan juga tidak terlalu banyak. Hanya dua, sepanjang hitungan saya, yaitu di halaman 93, pada kalimat: "disini, kerja pun kembali ke jaman penjajahan Jepang. Kerja rodi." Kerja paksa jaman penjajahan Jepang adalah romusha, bukan rodi. Lalu pada halaman 105 pada kalimat: "Dan yang lebih menjengkelkan adalah salah satu istri brand manager B&H, Mbak Puti, ada yang seenaknya menggelar dagangan cupcake di situ". Yang menjual cupcake jelas-jelas Mbak Puti, kenapa diikuti "ada yang" seakan-akan Hannah tidak mengenal siapa yang menjual cupcake? Namun hal ini tidak termasuk parah dibanding banyak novel Indonesia lain yang pernah saya baca. Gaya penulisan Sitta Karina masih khas, mencerminkan tokoh-tokoh yang modern dan smart dan penuh bahasa Inggris bertebaran dimana-mana. Sesuatu yang saya suka sejak dulu.

Beberapa quote favorit saya dalam novel ini adalah:
Kalau hidup sesingkat itu, hmmm, sepertinya semakin bertambah alasan kita untuk menjalani hidup dengan baik dan benar. Kita nggak bisa kembali ke masa lalu; nggak bisa menghapus kesalahan yang pernah kita perbuat, juga nggak bisa mengulang kebahagiaan kecil yang dulu malah kita remehkan. (halaman 124)
dan
Hannah hanya menginginkan sesuatu yang pantas - pantas harganya, pantas kualitasnya. Seringkali barang-barang yang dijual kini asal dikasih label mahal walau ongkos produksinya tidak sebesar itu. Ia berpendapat tidak selalu barang mahal itu bagus kualitasnya. (halaman 155)
Sekian review dari saya. How I love this little novel. Pantes aja banyak banget yang rekomendasiin di twitter. Terima kasih mbak Sitta Karina atas karyanya yang very inspiring.



6 komentar:

  1. suka sama quotenya...kita nggak bisa kembali ke masa lalu. Ceritanya juga gak dibuat-buat, kejadian yang klise tapi memang kenyataannya seperti itu. A recommended novel, nih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. yep yep. saya merekomendasikannya. makanya jadi giveaway deh. hehe

      Hapus
  2. Memang kayaknya bagus ini buku. Reviewnya mantab2 semua. Semoga besok menang >.<

    BalasHapus
  3. Hmm.. Saat ini yang saya pikirkan adalah, saya mampu menjadi working mom, yang dapat membagi waktu ideal antara urusan keluarga dan pekerjaan. Mungkin saya bisa berpikiran seperti ini karena nenek saya dan ibu saya bisa membuktikan itu. Tapi setelah membaca review ini, banyak sekali juga ya kemungkinan yang dapat terjadi. Saya baru sadar, saya belum mengetahui apa saja kerikil yang mungkin ditemui dalam menjalankannya. Wah jadi pingin baca buku ini buat bekal nanti saat sudah berkeluarga..

    BalasHapus
  4. yepp, saya suka momlit ini juga..working mom, it's not easy at all..pfiuh..

    BalasHapus
  5. akkkk ak penggemar beratnya Sitta Karina, jadi inget dulu nyari bukunya bahkan sampe ke Jogja karena di Solo nggak ada, untung sekarang ada olshop, bersyukur banget :) Begitu tahu dia ngluncurin buku baru ak langsung ke tobuk buat ngecek ada apa nggak, dan begitu ada langsung ak beli dan sampe rumah nggak perlu waktu lama langsung ambls tuh buku :)) Sitta Karina adalah penulis indonesia paling favorit, sedang nunggu buku lainnya dan tentu saja kisah para keluarga Hanafiah *Reno mana Reno* :)

    BalasHapus

Berikan pendapatmu mengenai post yang kamu baca di sini