Minggu, 15 April 2012

Catching Fire

Judul buku: Catching Fire (trilogi The Hunger Games #2)
Pengarang: Suzanne Collins
Tahun terbit: 2009 (Indonesia 2010)
Jumlah halaman: 420 halaman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama


Katniss dan Peeta berhasil memenangkan The Hunger Games ke-74 dan hidup mereka kini terjamin. Tidak ada lagi rumah reyot dan kekurangan makanan di Distrik 12. Katniss dan Peeta beserta keluarga mereka pindah ke Desa Pemenang. Namun ternyata cara Katniss meloloskan Peeta di akhir The Hunger Games ke-74 membuat Presiden Snow, kepala negara Panem, berang. Segala tindakan Katniss dicurigai. Penjagaan di Distrik 12 diperketat. Pagar kawat yang membatasi Distrik 12 dengan hutan yang sudah lama tidak dialiri listrik kini kembali dialiri listrik. Berdasarkan informasi yang diperoleh Katniss secara sembunyi-sembunyi, ternyata pemberontakan memang benar tengah terjadi di sejumlah distrik dan mereka menjadikan mockingjay, burung yang menjadi pin Katniss, dan Katniss sendiri sebagai simbol pemberontakan mereka. Hidup Katniss kembali dalam bahaya, terutama ketika dalam Quarter Quell ke-3 atau The Hunger Games ke-75 (Quarter Quell adalah sebutan untuk The Hunger Games spesial yang diadakan setiap 25 tahun), Katniss diharuskan mengikuti permainan mematikan itu sekali lagi, melawan para pemenang The Hunger Games terdahulu.
Betul kata-kata yang terdapat di back cover novel ini bahwa "Collins berhasil menulis buku kedua yang lebih bagus daripada buku pertama." - The New York Times. Membaca buku ini benar-benar terasa ketegangannya dari awal sampai akhir. Tidak ada kesempatan sedikitpun untuk santai karena memang seluruh buku sangat mencekam. Bahkan adegan Katniss-Gale dan Katniss-Peeta pun (yep, seperti buku-buku fantasi remaja lainnya, buku ini juga mempunyai kisah cinta segitiga antara tokoh-tokohnya. Klise banget ya) selalu dibayang-bayangi ketakutan. Bahkan adegan pameran kostum peserta The Hunger Games pun dibayang-bayangi pesan terselubung terkait pemberontakan. Pembaca terus dibawa untuk bertanya-tanya bagaimana nasib Katniss beserta orang-orang yang dicintainya selanjutnya? Bagaimana Quarter Quelle akan berjalan ditengah pemberontakan antar distrik yang tengah terjadi? Bagaimana akhir kisah ini? Bocoran nih: ending buku ini benar-benar mengambang dan membuat penasaran. Saya menyarankan untuk membeli boxset trilogi ini aja langsung, biar bisa langsung lanjuuttt....

Secara keseluruhan, saya lebih menikmati buku ini daripada buku pendahulunya. Dan saya sangat bersimpati pada Katniss yang harus menjadi pion, baik dalam The Hunger Games maupun dalam skenario pemberontakan terhadap Capitol. Ia hanya seorang gadis biasa yang menginginkan keamanan untuk keluarganya namun terpaksa menjadi panutan orang banyak. Ia seperti dipaksa untuk menjadi pahlawan yang dielu-elukan. Dan Peeta.. Untuk tokoh yang satu ini, saya benar-benar merasa dia tidak cocok berada di dunia sejahat Panem. Yang ia lihat dan pedulikan hanya Katniss. Ia seorang romantis sejati. Seandainya Peeta tidak harus mengikuti The Hunger Games.. Sayang, tokoh Gale masih kurang banyak nongol nih sampai buku kedua. Saya rasa yang sangat berpotensi untuk menjadi pahlawan di serial ini adalah Gale karena sifatnya yang sangat heroik dan kemampuan berburunya. Namun, saya tidak yakin juga kemana penulis akan membawa tokoh ini. Mungkin jawabannya akan saya temukan di buku ketiga, Mockingjay.

Recommended buat pecinta dystopia dan pecinta cinta segitiga. Hehe. Musti tahan darah tapinya... Soalnya banyak banget adegan adegan sadis di buku ini (walau menurut saya masih kurang. Ah saya memang pecinta kekerasan *lho?*)

5 komentar:

  1. kalau saya, masih lebih suka Peeta :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku nggak terlalu suka Peeta. abis kayaknya dramatis banget orangnya, apalagi dia beberapa kali bohong di depan publik. hehe.

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. belum baca bukunya~
    setelah nonton THG #1 + baca ripiu ini jadi pengen...fufufu.. :3

    BalasHapus
  4. seri Hunger Games paling favorit, paling suka arenanya dan tentu saja para kontestannya yg jenius semua, suka Finnick :))

    BalasHapus

Berikan pendapatmu mengenai post yang kamu baca di sini