Minggu, 09 Maret 2014

London: Angel

Judul: London: Angel
Pengarang: Windry Ramadhina
Penerbit: Gagasmedia
Tahun terbit: 2013
Harga: Rp. 52.000 (disc 25% jadi Rp. 39.000 di bukabuku.com)


Gilang pergi ke London, Inggris, untuk mengungkapkan perasaannya kepada Ning, sahabat sejak kecil yang diam-diam dicintainya. Ning saat ini bekerja sebagai kurator seni di Tate Modern. Sayang, sesampainya di London, apartemen Ning malah kosong. Menurut tetangga Ning, gadis itu sedang pergi ke luar kota. Gilang awalnya bingung, karena ia hanya punya waktu satu minggu untuk bertemu Ning. Haruskah uang dan waktunya sia-sia? Namun kemudian, ia memutuskan untuk menikmati London.

Perjalanan Gilang membuatnya bertemu dengan sejumlah orang, antara lain pemilik penginapan Madge tempatnya menginap, Madame Ellis; pemilik toko buku seberang penginapan yang canggung, Mister Lowesley; penumpang pesawat yang mengingatkan Gilang akan tokoh V dalam V for Vendetta; wanita jutek dan penggila buku, Ayu; dan... Goldilocks.

Goldilocks adalah seorang perempuan misterius berambut pirang yang membawa payung merah dan hanya muncul ketika hujan turun. Gilang pertama kali bertemu Goldilocks ketika akan menaiki London Eye, kincir angin raksasa yang menjadi icon baru kota London. Setelah itu, Gilang berkali-kali bertemu Goldilocks lagi dalam cara yang misterius. Menurut kepercayaan setempat, gadis yang muncul ketika hujan dan menghilang setelah hujan berhenti adalah malaikat. Apakah Goldilocks adalah malaikat yang datang untuk Gilang?

Ketika pada akhirnya Gilang berhasil bertemu Ning, Gilang malah mendapati dirinya ragu untuk mengungkapkan perasaannya kepada sahabatnya itu. Bagaimana jika Ning menolaknya? Akan jadi apa persahabatan mereka setelah ini?

Berhasilkah Gilang mengungkapkan perasaannya kepada Ning? Siapakah sebenarnya Goldilocks itu?

 Ini adalah novel kedua Windry Ramadhina yang saya baca setelah Montase. Setelah agak tidak puas dengan Montase, saya bisa bilang kalau saya SANGAT puas dengan novel London ini. Bukan hanya gaya berceritanya yang lebih mengalir dan dewasa, konfliknya diramu dengan sangat baik dan menyatu. Dan risetnya--menurut saya--dilakukan dengan serius dan memperkaya cerita tanpa membuat cerita jadi berat dengan terlalu banyak informasi yang tidak relevan dengan cerita.

Kalau membaca sinopsis di atas, mungkin akan terkesan bahwa novel ini hanya bercerita mengenai kisah cinta Gilang kepada sahabatnya sejak kecil, Ning. Memang hal ini merupakan konflik utama novel ini. Namun sebenarnya cerita tidak hanya berkutat di sana. Apa yang terjadi terhadap Gilang dan orang-orang di sekitarnya selama Gilang berjuang memenuhi misinya di London justru yang paling menarik dan banyak memberikan pelajaran di novel ini. Dan merupakan bagian yang saya sangat nikmati membacanya. Memang pada akhirnya, pertanyaan utama yang dijawab dalam novel ini adalah apakah Gilang akan berhasil mendapatkan Ning, namun proses ke sananya justru yang seru dan mempengaruhi pandangan Gilang kepada Ning dan hubungan mereka. Dan itu menurut saya ditulis Windry dengan cara yang bagus banget.

Lalu mengenai riset. Hal yang saya suka adalah bahwa Windry tidak  memperkenalkan London ke pembaca seperti seorang turis membicarakan objek-objek wisata di tempat yang didatanginya. Windry memperkenalkan London dengan porsi sebagaimana seorang Gilang akan melihat London dalam waktu satu minggu di tengah misinya. Gilang yang seorang penulis dan bookaholic, datang ke London dengan maksud bertemu Ning yang penggila seni, bukan berwisata. Maka, tempat-tempat yang ia datangi pun terbatas seperlunya dan sesempatnya. Tidak ada wisata ke Buckingham Palace, Tower of London dan sebagainya karena Gilang memang tidak berniat untuk wisata. Dan kepergian Gilang ke London Eye dan Shakespeare Globe's Theatre adalah dalam rangka misinya itu. Sebaliknya, Windry justru lebih banyak berbagi mengenai sejarah sastra dan seni di Inggris serta spot-spot terkait kedua hal tersebut, sesuai dengan minat Gilang dan Ning. Buat saya, hal ini justru tepat karena justru memperkuat background Gilang dan Ning serta menghidupkan keduanya.

Mengenai karakter, sebenarnya saya tidak terlalu menyetujui bahwa Gilang menyebut beberapa karakter dengan nama samaran. Dum dan Dee, si kembar yang menyerupai Tweedledum dan Tweedledee dalam cerita Alice in Wonderland. Hyde, teman Gilang yang katanya berkepribadian ganda menyerupai Dr. Jeckyll dan Mr. Hyde, dan sebagainya. Buat saya aneh saja bahwa Gilang tidak ingin berbagi nama-nama teman dekatnya. Kalau untuk Goldilocks saya tidak keberatan, karena Gilang memang tidak tahu nama asli wanita itu sehingga mengasosiasikannya dengan tokoh fiksi yang berciri khas mirip. Namun untuk orang lain yang ia kenal, sebaiknya tidak begitu. Kesannya jadi tidak menghargai. Tapi mengesampingkan masalah ini, saya sebenarnya sangat menikmati cara Windry menghidupkan tiap karakternya. Semua tokoh memiliki sifat masing-masing baik kekurangan maupun kelebihannya. Dan semuanya tampil dalam porsi pas untuk memperkuat jalan cerita. Ada beberapa tokoh yang terasa menyebalkan, namun saya bisa mengerti dan merasakan mereka nyata di kehidupan sehari-hari.

Kekurangan mungkin hanya di penyebutan mister. Setahu saya, penyebutan mister hanya dilakukan kalau diikuti nama belakang orang tersebut, misalnya Mister Lowesley, Mister Bean, dan sebagainya. Apabila tidak diikuti nama, maka sebutannya menjadi sir, misalnya, "yes, sir" bukannya "yes, mister."

 Akhir kata, buat saya Windry Ramadhina berhasil menghadirkan suasana London yang antik dan magis lewat buku ini. Saya sangat menikmati tiap saat saya membacanya. Ditunggu karya-karya Windry yang secantik ini selanjutnya.

Special thanks to Sulis dari Kubikel Romance atas kiriman bukunya *peluk sampe mejret*

23 komentar:

  1. wakakaka, bisa kurus ntar aku kalo dipeluk sampe mejret
    btw, buku ini bakal ada lanjutannya, mungkin baru terbit tahun depan secara baru ditulis tahun ini XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh begitu? Wooow!!! Nungguin aah

      Hapus
    2. Ada lanjutannya Kak?????? Seriussssssss? :O Asik!

      Hapus
  2. Wah reviewnya lengkap banget :D Iyasih kak, kurang sreg sewaktu Gilang memanggil temannya dengan nama julukan semua. Tapi rasanya lebih unik dan lebih penasaran, nyari tahu tentang tokoh-tokoh itu :D

    Terus setuju dengan London yang diperkenalkan dari tempat-tempat bersejarah dan seni. Jadi lebih tahu kalo London itu nggak hanya punya London Eye, Buckhingham Palace, ataupun Bigben saja. Tapi punya tempat-tempat lain yang tidak kalah menarik.

    BalasHapus
  3. Aku suka banget karya Kak Windry yg London ini, bernuansa hujan suka dan cuaca mendung, juga romantis abis... buku STPC pertama yg kubaca ^^

    BalasHapus
  4. windry kalau bikin novel selalu keren ;D

    BalasHapus
  5. Wah, penasaran sama Gilang dan Ning. Mereka itu sosok-sosok kayak apa yak? Maklum belum baca. Saya baru baca karya Mbak Windry yang MONTASE aja, hehe

    BalasHapus
  6. Baru ngeh sama nama ANGEL nya, ternyata nama dari tokoh-tokohnya toh... *baru sadar*

    BalasHapus
  7. Aku juga sangat puas dengan novel ini :D Btw, kenapa ngga puas dengan montase Kak? Kan juga bagus tuh, walopun emang ngga sebagus ini sih....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ceritanya bagus, tapi logikanya kurang kena aja di aku. Hehe
      Baca reviewku di sini: http://readinginthemorning.blogspot.com/2013/05/montase.html

      Hapus
    2. Iya sih Kak, logikanya emang kurang kena ._.

      Hapus
  8. Penasaran sama novel ini, tapi belum kesampaian ><
    Gilang sama Ning gimana kelanjutannya? Spoiler dikit dong kak xD
    Ohhh jadi judul ANGELnya itu dari kelima tokohnya? Astaga... Keren!

    BalasHapus
  9. Saking sukanya sam tulisan Windry Ramadhina yang ini, saya ngasih bintang 5 setelah membacanya. Kamu?

    BalasHapus
  10. Setuju. Aku masih penasaran sama Bangkok yang katanya juga bagus. Bukunya udah ada tapi belum sempet baca.

    BalasHapus
  11. untuk seri STPC baru baca Bangkok dan Melbourne... Tertarik dengan buku ini nih.. mungkin bakal beli ini sama Paris.. Apalagi ada si Goldilocks, jadi penasaran.. ;)

    BalasHapus
  12. bagus nih bukunya, pengen banget punya seri STPC yang satu ini

    BalasHapus
  13. Ceritanya bagus nih jadi penasaran sama Goldilocks :D

    BalasHapus
  14. Masuk wishlist udah lama, tapi belum juga ke beli. Lihat review nya tambah bikin ngiler #eh. :D

    BalasHapus
  15. Wahh, jangan-jangan Goldilocks berpengaruh besar di kehidupan Gilang sampai dia ragu mau mengungkapkan perasaannya ke Ning. *soktau

    Bdw aku cukup puas baca review kakak, tapi kak rasanya ada yang kurang. Coba deh kak ditambahkan sedikit penggalan dialog di novel itu, biar pembaca makin bertanya-tanya tentang sutuasi yang terjadi di novel itu. So, pasti kalau udah penasaran, pasti ingin baca lebih lengkapnya ;)
    Maaf ya kak, itu menurut pendapat aku aja....hehehe :D :D

    BalasHapus
  16. Hebat, reviewnya lengkap sekali dan mungkin akan lebih lengkap kalau diberi spoiler cerita. Dapat berupa penggalan dialog dalam cerita itu :D Untuk keseluruhan, good!

    BalasHapus
  17. Yang dimaksudkan Angel di judul itu Goldilocks-nya ya ?

    BalasHapus
  18. *ikutan peluk Sulis sampe mejret*
    #salahfokus

    BalasHapus

Berikan pendapatmu mengenai post yang kamu baca di sini