Jumat, 03 Januari 2014

Tentang Diskon Buku


Diskon buku.

Buat para pecinta buku tentu saat ini jadi saat yang paling dinanti. Kapan lagi bisa belanja buku yang sudah lama bertengger di wishlist kita dengan harga miring? Beberapa acara diskon buku bahkan berani memotong harga buku bukan hanya 30% sampai 50%, namun sebanyak 90% dari harga normal! Wow, bayangkan saja, kalau di saat normal kita membeli buku seharga Rp. 100.000, kini kita bisa membelinya hanya dengan Rp. 10.000! Terakhir, saya membeli buku Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah karya Tere Liye seharga Rp. 20.000 dari harga normal Rp. 72.000. Lalu saya melihat pula buku-buku The Joshua Files yang baru tahun lalu saya beli boxset-nya seharga hampir Rp. 200.000 (berarti per buku sekitar Rp. 40.000) dijual masing-masing Rp. 15.000 saja! *hampir pingsan saya!*

Buat teman-teman yang rajin berburu buku diskon, tentu sudah hapal dong tempat belanja favorit dan momen yang tepat buat berbelanja? Namun buat teman-teman yang termasuk jarang berburu diskonan, seperti saya, nggak perlu takut ketinggalan juga. Toh, sekarang semakin banyak tempat yang menyajikan diskon semacam ini. Bukan di toko buku saja, tapi bisa juga di supermarket dan foodcourt! Carrefour dan foodcourt Plaza Semanggi, misalnya.

Namun sesenang-senangnya saya dengan penawaran diskon yang sangat menggiurkan ini, seringkali terbersit pertanyaan di otak saya: Kok bisa ya? Memangnya diskon-diskon ini tidak merugikan penerbit dan pengarang? Terutama setelah saya mengetahui kalau buku-buku yang dibanting harga bukanlah buku-buku terbitan lama. Rata-rata terbitan tahun 2012, bahkan beberapa buku terbit di akhir 2012! Apakah buku tersebut didiskon karena termasuk ke buku yang cacat produksi atau ex-display? Beberapa buku yang saya beli memang sudah kelihatan lusuh dan ada tanda-tanda sudah sering dibaca, namun banyak juga yang masih dalam keadaan mulus dan tersegel rapi. Di isinya tidak ada halaman cacat, pembatas buku masih ada.

Karena urusan pekerjaan, saya beberapa kali review perjanjian penerbitan dengan beberapa penerbit. Dan dari sana, saya mengetahui kalau biasanya, jika buku-buku setelah jangka waktu tertentu masih terdapat sisa kopi, maka penerbit dapat menjualnya dengan potongan harga. Hitung-hitung menutup ongkos produksi lah istilahnya. Selain itu, ada juga jumlah buku yang memang dialokasikan untuk kegiatan promosi penerbit, misalnya untuk dihadiahkan kepada peresensi, pemenang kuis, dan sebagainya. Namun pengarang tidak mendapatkan royalti lagi atas buku-buku yang disebutkan ini. Apakah memang buku-buku yang dibanting harga termasuk dalam kategori ini?

Selain itu, karena diskon ini semakin marak dan rutin diadakan, saya (dan mungkin pembaca lain juga) jadi merasa malas membeli buku-buku new release yang paling mentok hanya didiskon 15% dari harga toko kalau membeli di toko buku online (tapi masih kena ongkir juga siiih). Kecuali untuk buku yang memang saya penasaran banget dan saya percaya akan langsung saya baca setelah saya beli, biasanya saya mending menunggu satu tahun untuk membeli buku tersebut di rak diskonan yang diskonnya bisa sangat besar itu. Toh kalau saya beli cepat-cepat juga akan berakhir di rak buku saya, mengantri dengan buku-buku lain.

Saya bukannya mengajak teman-teman untuk stop beli buku diskonan. Bukan pula menghimbau penerbit untuk jangan sering-sering kasih diskon besar. Saya pembaca biasa dan pastinya senang bisa mendapatkan buku yang saya inginkan dengan harga amat sangat terjangkau. Namun saya penasaran juga dengan pertimbangan penerbit? Lalu bagaimana dengan kepentingan si pengarang? Jangan sampai apa yang kita anggap kenikmatan saat ini menjadi sumber sengsara di masa berikutnya karena pengarang dan penerbit menjadi bangkrut dan tidak bisa memproduksi buku lagi.

Buat teman-teman yang mungkin bekerja di penerbitan atau punya kenalan dari dunia penerbitan, bisa share pengetahuan?

Buat teman-teman lain, silahkan berbagi pendapat juga ya.


5 komentar:

  1. Kadang memang agak miris ya, mbak kalau udah beli, tau-tau ketemu bukunya di timbunan buku diskon dengan harga yang beda jauh..
    Saya jadinya kadang agak moody kalau mau beli buku.. tunggu diskonan kalau ga quiz.. ;p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa. Kalo begini terus kan penerbitnya yang akan makin rugi, buku-buku new release-nya pada nggak laku, semua nunggu diskonan.. Hehe

      Hapus
  2. Kak, ada book bazaar di periplus.com, aku beli lumayan.

    BalasHapus
  3. Periplus Book Bazaar > http://www.periplus.com/promotion/Book-Bazaar

    BalasHapus

Berikan pendapatmu mengenai post yang kamu baca di sini