Minggu, 03 November 2013

Tokyo : Falling

Judul: Tokyo : Falling
Pengarang : Sefryana Khairil
Tahun Terbit: 2013
Penerbit: Gagasmedia
Halaman: 337
Harga: Rp. 53.000 (di bukabuku Rp. 42.400)

Baca Tokyo ditemani segelas Ice Hazelnut Latte Grande

Thalia dan Tora adalah dua orang senasib yang terdampar di Tokyo. Keduanya sama-sama datang ke Tokyo untuk liputan. Keduanya sama-sama datang ke Tokyo untuk menemukan jawaban atas kisah cinta masing-masing yang sepertinya belum selesai. Dan keduanya dipertemukan saat tak sengaja Tora menyenggol Thalia sehingga menyebabkan lensa kamera gadis itu terjatuh dan retak.

Mencari lensa telephoto seperti yang dimiliki Thalia sangat sulit. Dan tidak mungkin Thalia menunggu sampai lensanya diperbaiki di Tokyo. Ia punya jadwal liputan yang padat. Maka, Tora pun menawarkan solusi: mereka bergantian memakai lensa telephoto milik Tora. Dan itu berarti mereka harus menghabiskan waktu di Tokyo bersama-sama.

Kebersamaan yang terpaksa dilewati Thalia dan Tora tidak hanya diwarnai dengan kunjungan-kunjungan ke tempat-tempat yang menjadi tujuan liputan mereka, namun juga diwarnai oleh kisah cinta masing-masing yang belum usai: Thalia dengan Dean, si mantan pacar yang sepertinya masih memberi harapan untuk rujuk kembali, sedangkan Tora dengan Hana, si gadis blasteran Jepang yang tiba-tiba memutuskan hubungan dan kini tersiar kabar kalau ia akan menikah. Perlahan-lahan, Thalia dan Tora saling mengenal dan saling menghibur. Dan pada akhirnya, menimbulkan rasa saling membutuhkan di antara keduanya.

Mungkinkah Tokyo menjadi tempat bagi Thalia dan Tora untuk melupakan masa lalu dan mulai melangkah ke depan?


Ini adalah karya pertama Sefryana Khairil yang saya baca. Dan jujur saja, saya merasa cara bertuturnya sangat cocok dengan selera saya. Tidak sulit untuk terhanyut dalam kisah yang ditulis Sefryana Khairil ini. Walau menggunakan sudut pandang orang ketiga, tidak sulit bagi saya untuk bisa melihat dan mengerti karakter Thalia dan Tora. 

Baik Thalia maupun Tora digambarkan oleh Sefryana sebagai orang-orang yang tidak sempurna. Thalia cenderung meledak-ledak, namun menjadi labil ketika harus berhadapan dengan Dean. Sebaliknya, Tora adalah tipe lelaki yang lebih senang hidup bebas karena pekerjaannya memang menuntutnya untuk pergi ke berbagai negara, namun ketika Hana memilih untuk meninggalkannya, ia tidak  rela. Kedua tokoh utama tampil dengan ketidaksempurnaan mereka dan kadang saya ingin menjambak mereka (terutama Thalia) namun juga terasa manusiawi. Nyata. Dan tentang Dean dan Hana, walau saya hanya bisa melihat mereka dari sudut pandang Thalia dan Tora, saya tidak merasa bisa membenci mereka atas perlakuan mereka terhadap Thalia dan Tora. Lagi-lagi, karena apa yang mereka lakukan tampak nyata bagi saya.

Lalu deskripsi Tokyo. Hal ini menjadi unsur penting karena toh novel ini merupakan bagian dari serial Setiap Tempat Punya Cerita (STPC) dan judulnya pun Tokyo. Sefryana menurut saya cukup berhasil menggambarkan tiap tempat dengan detail, bahkan sampai ke jenis kereta yang digunakan untuk mencapai tempat tersebut. Penggunaan kata-kata berbahasa Jepang juga cukup banyak, termasuk di penamaan bab. Namun, saya mengharapkan agar kebiasaan-kebiasaan masyarakat lokal mendapat porsi lebih banyak. Karena ini Jepang, negara yang bangga sekali akan keunikan masyarakatnya dan kebudayaan lokalnya sudah mendunia. Seandainya ada adegan Tora dan Thalia ikut upacara minum teh, misalnya, atau main pachinko... Mungkin akan lebih menarik (menurut selera saya). Ada sih adegan dimana mereka berdua karaokean, tapi kenapa waktu Tora menyanyi dipotong begitu saja? Apa yang Tora nyanyikan dan bagaimana gayanya sampai membuat Thalia ngakak? Dan satu lagi, saya sebenarnya berharap akan ada artis-artis terkenal Jepang yang disebut dalam novel ini. Yah tahu sendiri dong gimana industri hiburan Jepang sudah mendunia? Tapi kembali lagi, ini sih persoalan selera pribadi. Mengesampingkan hal-hal ini, buat saya penggambaran Tokyo oleh Sefryana sudah cukup baik.

Mengenai typo error... Nah ini dia... Hehe. Masih banyak sebenarnya, namun saya tidak mencatat karena saya tidak membawa pensil dan kertas saat membaca buku. Untungnya, tidak ada yang cukup fatal sampai mengakibatkan seluruh paragraf (atau seluruh cerita) menjadi aneh. Hanya kurang satu huruf atau pengetikan huruf yang salah.

Akhir kata, saya menyukai novel bercover merah muda-peach (apalah namanya) ini. Kisah tentang dua orang yang terjebak masa lalu dan membutuhkan penutup sehingga dapat melangkah ke depan dengan latar belakang kota metropolitan Tokyo menurut saya sangat menarik untuk dibaca. Dan saya sungguh tidak keberatan dengan ending-nya. Hehehe.

14 komentar:

  1. Seri buku ini rame banget ya di baca >.< penasaran juga si....

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku baru baca Swiss sama Tokyo.. Dan punya Bangkok, tapi belum dibaca karena masih dipinjem temen. Tapi cuma 3 itu sih yang aku tertarik baca. Abis yang lainnya kayaknya terlalu mellow atau absurd kalau baca sinopsis sama review orang-orang.
      Aaanyway.. Tokyo ini seru lho.

      Hapus
    2. Jangan menilai dari sinopsis doang ehehe. First Time in Beijing bagus lho. Coba baca :)

      Hapus
    3. Nggak menilai dari sinopsis doang kok. Sinopsis dan review orang-orang.
      Nanti deh aku coba baca. Aku lagi baca satu buku Riawani Elyta, masih mencoba mengerti gaya berceritanya. hehe

      Hapus
    4. Gaya berceritanya kurang cocok sama Kakak? Hoho.

      Hapus
  2. pengen bacaaaaa, semoga aja bisa mengobati kekecewaanku sama bukunya Sefry sebelumnya yang Tunjuk Satu Bintang >.<

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju sama Suliiiis. Sempat kecewa sama buku yang satu itu. Tapi Tokyo: Falling kayaknya bagus yak. *maksa adik buat beli soalnya dia fanatik novel berbau Jepang* :p

      Hapus
    2. Menurutku bagus. Aku kayanya cocok dengan gaya ceritanya Sefryana Khairil. cuma ada yang bilang kalo cerita Tokyo mirip Roma. Aku belum baca Roma, jadi buatku ya fine aja tapi gak tau deh kalo yang udah baca Roma gimana pendapatnya

      Hapus
    3. Ya mendingan Tokyo daripada Roma. Aku sih kecewa banget sama Roma huhu.

      Hapus
  3. Oh, Kakak suka sama yang gaya penulisannya kayak gini? Beda selera ya hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya soalnya deket ke pembaca. Aku suka nggak dapet emosinya kalo gaya bahasa penulisnya terlalu berbunga-bunga.

      Hapus
    2. Berbunga bunga? Contohnya Kak?

      Hapus
  4. Anyway, dari bukunya bakal ada serial terbaru ya... Huft, belum baca yang ini udah mau yang lain aja :3

    BalasHapus
  5. Wah belum punya bukunya. Tapi ceritanya kerasa keren banget. penasaran

    BalasHapus

Berikan pendapatmu mengenai post yang kamu baca di sini