Jumat, 20 September 2013

Rona Hidup Rona

Judul: Rona Hidup Rona
Pengarang: Mia Arsjad
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2007
Halaman: 320
Harga: Rp. 29.000 (e-book dari Gramediana)


Rona yang berumur 28 tahun baru saja batal menikah dengan tunangannya, Tion. Menjelang pernikahan, Rona menyadari kalau ternyata Tion itu tipe cowok posesif dan suka kasar. Di tengah patah hatinya, Rona bertemu dengan adiknya, Nena, dan kecengan adiknya, Tama, di sebuah bioskop. Setelah itu, dalam beberapa kesempatan, Rona seperti berjodoh dengan Tama. Cowok berusia 19 tahun namun dewasa itu bahkan juga menolong Rona menjadi pacar pura-pura Rona ketika Rona harus menjamu klien asal Jepang yang genit. Rona tidak dapat mengingkari bahwa ia memiliki perasaan lebih pada Tama, cowok yang 9 tahun lebih muda darinya dan juga... kecengan adiknya.

Masa sih Rona harus rebutan cowok dengan adiknya sendiri?

Ini adalah karya pertama Mia Arsjad yang saya baca. Sebelumnya, saya sudah pernah membaca review beberapa teman atas karya-karya Mia Arsjad yang lebih baru, Jun! dan Runaway Ran. Kebanyakan mereka mengatakan bahwa Mia Arsjad memiliki cara bertutur yang cepat, blak-blakan, dan jenaka. Tipe kesukaan saya banget! Kebetulan, suatu hari saya menemukan review mengenai novel Rona Hidup Rona ini. Saya lupa review-nya siapa, yang pasti dari Goodreads, dan seketika saya pun tertarik dengan tema yang diangkat.

Percintaan dengan beda umur 9 tahun. WOW!! Yah, mungkin sekarang hal tersebut bukan sesuatu yang mengejutkan lagi ya, dengan adanya pasangan Demi Moore-Ashton Kutcher dan Yuni Shara-Raffi Ahmad (yang sayangnya, keduanya sudah tidak bersama lagi). Namun, tetap saja hal ini menjadi pembicaraan dan perdebatan yang heboh. Pasalnya, ada teori yang mengatakan kalau wanita itu lebih cepat dewasa daripada pria sehingga tentu aneh jika seorang wanita berpacaran dan bahkan menikah dengan pria yang lebih muda. Gimana cara menjembatani jalan pikiran keduanya? Sebenarnya saya sudah pernah baca novel dengan tema serupa sebelumnya, yaitu Noah karya Elizabeth Reyes dan On the Island karya Tracey Garvis Graves, namun belum pernah membaca karya penulis lokal, yang pastinya hidup di tengah nilai-nilai yang sama dengan yang saya anut. Jadi, begitu mendapati novel ini, saya langsung tertarik buat baca dan mengikuti cara pandang penulisnya.

Novel ini, pada awalnya, saya dapati cukup menarik. Dengan gayanya yang ceplas-ceplos, Mia Arsjad pertama memberikan kesempatan kepada pembaca untuk berkenalan dengan si tokoh utama, Rona. Bagaimana sifat Rona, bagaimana kariernya, bagaimana kehidupan keluarganya, bagaimana kisahnya dengan Tion, si mantan tunangan, sebelum membangun chemistry antara Rona dan Tama serta konflik antara Rona dengan Nena. Mia Arsjad, menurut saya berhasil menuliskan kisah yang bisa membuat pembacanya simpati dengan Rona alih-alih merasa tingkahnya seperti tante girang. Sosok Tama juga dihadirkan sebagai sosok yang dewasa walau kadang terasa pula emosinya masih suka meledak-ledak. Membaca interaksi Rona-Tama membuat kita bisa mengerti perasaan keduanya dan berdiri di pihak yang sama dengan keduanya alih-alih menentang. 

Namun, semakin ke belakang, saya merasa Mia Arsjad mulai mencoba bermain aman. Konflik yang seharusnya bisa dibuat lebih serius dan mengajak pembaca berpikir lebih dalam soal isu "Pacaran dengan lelaki yang lebih muda" perlahan-lahan dibelokkan ke arah yang memungkinkan penyelesaian konflik yang lebih simpel. Di bagian akhir, alur pun dipercepat. Saya tidak mengerti kenapa Mia Arsjad melakukan hal ini, apakah memang karena keterbatasan jumlah halaman yang diberikan penerbit atau memang takut memancing perdebatan panas? Yang pasti sih saya merasa ekspektasi saya di awal tidak terpenuhi.

Cara bercerita yang ceplas-ceplos pun kerap saya dapati sebagai sesuatu yang mengganggu. Di awal cerita, gaya bercerita ini cocok karena suasananya masih santai. Namun, ketika gaya bercerita seperti itu masih digunakan di tengah konflik yang seharusnya membutuhkan suasana yang serius dan menguras emosi tokoh-tokohnya, hal itu malah tidak sesuai.

Secara keseluruhan, sebenarnya novel ini cukup menghibur dan cara Mia Arsjad membangun chemistry para tokohnya cukup baik namun tidak sesuai dengan ekspektasi saya. Jika kalian pecinta metropop dan ingin membaca novel yang ringan dan menghibur, saya rasa novel ini bisa menjadi pilihan.

4 komentar:

  1. Baca buku ini saat SMA kelas satu >.< Waktu itu suka banget si dengan jalan ceritanya ._.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku jg suka jalan cerita dan idenya, cuma pilihan penyelesaian konfliknya yang kurasa terlalu digampangkan.

      Hapus
  2. Begitu lihat covernya menarik, dan setelah baca reviewnya jadi makin penasaran sama ceritanya,.. Buku kak Mia ini memang menarik, dan aku memang mengatahui banyak orang yang menilai bahwa kak mia memiliki gaya penulisan yang blak-blakan :) Entah, memang buku ini yang menarik? Penulisnya memang keren? atau reviewnya ini yang menarik? atau kak ketiganya?? Hm,.. entahlah.

    Suka dengan genre metropop (apalagi kak aliaZalea) namun belum sampai tahap yang cinta mati. Dan kurasa buku ini cocok untuk dibaca diwaktu senggang. Penasaran sama kelanjutan kisahnya.

    BalasHapus
  3. Konflik sama adik sendiri gara gara satu cowok? Hm, kayaknya seru.
    Selama ini aku takut akan kejadian kayak gitu. Apalagi jarak antara aku dan adikku hanya 5 tahun. Tidak meunutup kemungkinan kalau aku sampai bisa suka sama cowok yang disukai adikku juga kan? Hm, semoga saja tidak..................

    BalasHapus

Berikan pendapatmu mengenai post yang kamu baca di sini