Senin, 15 Juli 2013

Camar Biru

Judul: Camar Biru
Pengarang: Nilam Suri
Penerbit: Gagasmedia
Tahun terbit: 2012
Halaman: 279
Harga: Rp. 45.000


Berawal dari camar biru dari kertas origami yang sudah kusut. Adith menagih janji Nina sepuluh tahun yang lalu bahwa apabila 10 tahun semenjak itu mereka masih single, maka dua sahabat sedari kecil itu akan menikahi satu sama lain.

Banyak hal terjadi dalam kurun waktu 10 tahun. Nina, tetangga Adith sedari kecil, dulu merupakan putri gulali yang selalu dilindungi 3 orang pengawal: Naren--kakak lelaki Nina, Sinar--kakak lelaki Adith, dan Adith sendiri. Nina yang cantik, manja dan populer di kalangan cowok. Semua berubah sejak kecelakaan mobil yang menewaskan Naren terjadi. Nina disalahkan oleh ibunya, yang memang selalu menganggap Nina sebagai pengganggu, dan harus keluar dari rumah. Nina perlahan menutup diri dan berubah menjadi gadis yang cuek. Sinar pun pergi ke Inggris, menjauh dari kenangan pahit di rumah. Tinggal Adith yang tinggal untuk menemani Nina.

Rencana Nina dan Adith untuk menikah membawa Nina dan Adith kembali menyusuri masa lalu. Kembali mengingat kenangan-kenangan lama yang menyakitkan dan berusaha dilupakan, dan juga perasaan cinta yang telah ada sejak lama.

Apakah pernikahan Nina dan Adith akan terlaksana? Sanggupkah Nina berbaikan dengan masa lalunya? 

Pada awalnya, saya mengira kisah Camar Biru ini hanya akan sekedar menjadi satu dari sekian banyak novel yang menggunakan tema From Best Friends to Lovers. Seperti pernah saya tulis dalam review novel Refrain karya Winna Efendi, novel yang mengangkat tema itu sudah banyak. Diperlukan kreativitas tinggi agar tidak membuat bosan pembaca. Nah, Camar Biru ini merupakan contoh bentuk kreativitas yang saya maksud. Pernikahan antar sahabat, tidak seperti pada novel CoupL(ov)e karya Rhein Fathia, bukan merupakan inti dari cerita. Memang sih, beberapa kali topik ini diangkat dalam percakapan para tokohnya dan, melalui flashback, pembaca juga dapat melihat perkembangan perasaan keduanya. Namun inti cerita lebih ke bagaimana Nina akhirnya berani untuk mengkonfrontasi masa lalu yang selama ini dia coba lupakan, untuk bisa melangkah ke masa depan.

Walau menggunakan narator dua orang secara bergantian yaitu Adith dan Nina, sebenarnya cerita lebih berpusat pada kehidupan Nina. Kehidupan Adith bisa dibilang hanya berputar di sekitar Nina, baik dulu ketika mereka masih kanak-kanak, maupun setelah mereka bekerja. Hal ini menurut saya ada sisi positif dan negatifnya. Positifnya, untuk eksplorasi karakter Nina, karena pembaca jadi bisa melihat Nina dari dua sisi: sisi Nina sendiri, dan sisi orang lain yang memandangnya yaitu Adith. Namun, negatifnya, karakter Adith seperti hanya tampil sebagai pengawal Nina. Adith hanya membicarakan Nina, sedangkan Nina malah lebih banyak membicarakan tokoh-tokoh yang lain ketimbang menceritakan hubungannya dengan Adith. Hubungan mereka terasa manis namun di sisi lain juga terasa timpang. Namun saya tidak menganggap ini sebagai kelemahan novel ini, karena hal ini terasa realistis. Toh, di dunia nyata memang tidak ada hal yang sempurna. Jadi kalau Adith memang ikhlas menjadikan Nina sebagai poros hidupnya, ya itu sah-sah saja.

Konflik yang diangkat juga menarik, karena mengangkat dampak "kepergian" seseorang yang sangat disayangi terhadap orang-orang yang ditinggalkan. Naren adalah sosok yang sempurna, baik sebagai anak, saudara, maupun teman. Ia anak kesayangan ibunya namun tidak lantas menjadi sombong, malah membagi kasih sayang itu ke adiknya yang kurang disayang oleh ibunya. Ia juga sahabat yang baik bagi Sinar. Ketika tiba-tiba ia meninggal karena kecelakaan, orang-orang yang paling tersakiti: ibunya, Nina, dan Sinar, malah memutuskan untuk mengatasi perasaan itu dengan cara masing-masing ketimbang bekerja sama untuk mengatasinya.

Camar Biru merupakan novel debut yang sangat bagus dari Nilam Suri. Saya cukup menikmati kisah yang disampaikan pengarang. Namun, saya sebenarnya sedikit berharap seandainya chemistry antara Nina dan Adith bisa lebih digali. Karena seperti sudah saya tulis sebelumnya, rasanya hubungan mereka sedikit timpang. Adith yang lebih banyak peduli terhadap Nina dan tidak sebaliknya. Nina kesannya hanya pasrah saja menerima lamaran Adith.

Selain itu, saya juga berharap, ketimbang menyelipkan kata-kata berbahasa Inggris, ada baiknya untuk Adith menggunakan kata-kata atau istilah Jepang. Toh dia adalah dosen Sastra Jepang dan bahkan disebut "otaku" oleh Danish, teman Nina. Atau bisa juga Adith memiliki panggilan sayang ke Nina "Hime" atau "Maruko-chan" atau apa lah selain "beruk", "kunyuk" dan "monyet" yang kesannya kok merendahkan harkat dan martabat manusia banget. Penggunaan bahasa gado-gado Inggris-Indonesia pada karakter Adith, karena Nina juga gaya bicaranya begitu, juga beberapa kali sempat membuat saya bingung, siapa narator bab yang sedang saya baca ini sebenarnya?

Akhir kata, novel ini bisa kamu coba baca jika kamu menginginkan cerita yang punya konflik lebih dalam dari sekedar cinta-cintaan namun tetap ringan untuk dinikmati.

Review ini ditulis dalam rangka event UnforgotTEN Gagasmedia. Terima kasih atas kiriman novel yang menarik ini.


6 komentar:

  1. aku suka novel ini. agak gloomy tapi sweet :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. benar agak gloomy tapi isinya menarik. Hehe

      Hapus
  2. menarik nih dari reviewnya. awalnya ga tertarik, skarang jadi makin penasaran. soal yg sastra jepang, setuju nih sama pendapat mbak~ :3 aku juga suka jepang, malah temen2 dekatku aku kasih nama panggilan pake bahasa jepang, apalagi seorang dosen sastra jepang. hehehe :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ide ceritanya oke menurutku. Aku juga awalnya gak tertarik baca. Untung dpt gratis dari penerbit, jadi bisa baca dan ternyata oke juga ceritanya.
      Hihi iya kaan.. Aku juga punya beberapa teman pecinta Jepang soalnya, jadi tau.

      Hapus
  3. tema yang umum tapi dikemas dengan apik, pasti hasilnya ya sebagus Camar Biru ini, heheh

    BalasHapus
  4. Manggil kunyuk? Hmm kalo dipanggil sama orang kesayangan ya fine fine aja :D

    BalasHapus

Berikan pendapatmu mengenai post yang kamu baca di sini