Senin, 29 April 2013

Posting Bareng BBI: Along for the Ride

Judul: Along for the Ride
Pengarang: Sarah Dessen
Bahasa: Inggris
Halaman: 399
Tahun terbit: 2009
Penerbit: Speak
Harga:  USD 9.99 (The Book Depository) // Rp. 93.000 (Ak.sa.ra)


Karena dimaksudkan untuk posting bareng BBI bulan April bertema Perempuan, maka saya akan menulis review ini dalam bahasa Indonesia, walau buku yang saya baca adalah edisi bahasa Inggris (dan belum ada terjemahan bahasa Indonesianya).

Sejak kecil Auden tidak pernah menjadi anak yang menyusahkan. Status sebagai anak pencari perhatian sudah dimiliki oleh kakak lelakinya, Hollis, sedangkan Auden adalah si dewasa dan penurut. Ayah-ibu Auden selalu menyukai Auden namun lebih memperhatikan Hollis. Hollis tumbuh menjadi seorang petualang yang gemar backpacking ke berbagai macam negara dan ceria sementara Auden hidup sebagai si anak pintar yang dingin dan kurang peduli sekitar. Ia tidak memiliki teman dan lebih suka sendirian.

Perpisahan orang tuanya yang didahului perkelahian di malam hari membuat Auden mengalami insomnia dan kerap berkeluyuran di malam hari. Hal ini terus terjadi walau kini ayahnya telah menikah dengan Heidi dan memiliki seorang bayi, Thisbe.

Pada satu liburan musim panas sebelum Auden kuliah, Auden memutuskan untuk menghabiskan musim panas di rumah ayahnya di Colby. Awalnya Auden tidak mau peduli melihat kesibukan ibu tirinya, Heidi, mengurus adik tirinya, Thisbe, dan ketidakpedulian sang ayah terhadap keluarga barunya tersebut. Auden hanya ingin sendirian. Namun, akhirnya Auden malah membantu Heidi mengelola keuangan toko pakaiannya, Clementine, serta menjaga Thisbe. Di Clementine, Auden berkenalan dengan tiga penjaga toko, Maggie, Esther, dan Leah, serta bertemu seorang lelaki penjaga toko sepeda, The Bike Shop, yang letaknya di sebelah Clementine bernama Eli. Eli ternyata memiliki masa lalu yang pahit dan juga mengalami insomnia. Auden dan Eli kemudian bersahabat dan saling jatuh cinta.

Waktu yang dihabiskan Auden di Colby membuatnya perlahan-lahan berubah menjadi perempuan yang terbuka dengan keadaan sekitar dan belajar banyak hal yang selama ini ia lewatkan karena terlalu banyak menghabiskan waktu dengan buku pelajaran. Ia mulai bisa menikmati hidup. Namun sayang, pertemuannya kembali dengan seorang lelaki dari sekolahnya serta percakapannya dengan sang ibu membuat Auden sadar kalau ia telah kehilangan fokusnya. Ditambah lagi, ternyata ayahnya masih belum berubah, masih sama seperti ayah yang menjadi alasan Auden menjadi seperti Auden sebelum datang ke Colby.

Mampukah Auden berubah?


Suka banget dengan kisah Auden!!

Banyak yang bilang kalau cerita Along for the Ride sangat mirip dengan kisah-kisah yang sudah ditulis Sarah Dessen sebelumnya. Saya memang melihat kemiripan sih antara novel ini dengan novel This Lullaby (yang juga saya suka), yaitu mengenai tokoh utama yang sama-sama dituntut untuk dewasa sebelum waktunya dan kakak lelaki si tokoh utama yang sama-sama "ngasal" namun akhirnya mendapatkan jodoh yang bertolak belakang sama sekali dengannya. Selain itu, setting kota pantai Colby juga digunakan di novel Keeping the Moon. Namun begitu, saya tetap merasakan keunikan novel ini dan saya tetap menikmatinya.

Alur cerita ini terasa lambat sekali pada awalnya. Saya sempat merasa ingin meletakkan buku ini dan menggantinya dengan buku lain yang lebih menarik. Selain itu, tokoh Auden yang memutuskan untuk cuek dan enggan menolong orang-orang di sekitarnya yang sebenarnya bisa ia tolong terasa menyebalkan. Apa salahnya sih membantu orang yang membutuhkan? Namun, semakin saya membaca saya makin tersedot pada kisah Auden. Ternyata ada alasan kenapa Auden menjadi pribadi yang demikian. Kepribadian itu terbentuk secara perlahan-lahan seiring bertambahnya umur Auden dan akhirnya saya pun menjadi simpati terhadap Auden. Kehadiran tiga sahabat Maggie, Leah, dan Esther semakin meramaikan cerita lewat sifat mereka yang saling bertolak belakang dan interaksi baik antara satu sama lain maupun dengan cowok-cowok di Colby. Favorit saya adalah Maggie yang ternyata menyimpan banyak kejutan.

Cerita tambah menarik lagi setelah Auden mengenal Eli. Lelaki ini selalu memiliki ide-ide yang menarik dan berhasil mengajak Auden untuk lebih santai dan berani mengambil resiko. Kegiatan yang mereka lakukan sepanjang malam membuat saya iri karena terlihat begitu menyenangkan. Hubungan Auden dan Eli kemudian berkembang dari sekedar dua orang insomnia yang kebetulan bertemu dan memutuskan untuk mencari kegiatan bersama, menjadi sahabat, dan kemudian keduanya jatuh cinta. Hubungan Auden dan Eli terasa manis dan tidak romantis berlebihan. Saya suka sekali dengan karakter Eli yang tidak mengumbar-umbar perasaannya tapi lebih banyak membuktikan perhatiannya ke Auden dengan melakukan hal-hal kecil yang ia tahu dibutuhkan oleh Auden. So sweet!!!! Dan, ya Eli, kamu berhasil menggeser posisi Dexter sebagai cowok terfavorit di novel Sarah Dessen saya.

Akhirnya.. sampai ke soal judul dan cover buku yang menggambarkan sepeda. Dalam novel Along for the Ride ini, sepeda memang memiliki banyak peranan. Bukan saja karena Eli adalah atlet bersepeda freestyle dan ada adegan dimana Auden belajar naik sepeda, namun juga karena filosofi sepeda yang digunakan dalam kisah ini. Buat saya, hal ini menarik, bagaimana Sarah Dessen bisa membuat pembacanya belajar mengenai hidup melalui sepeda. Misalnya dari ucapan Adam ketika bercerita mengenai luka-luka yang didapatkan Eli dari bersepeda kepada Auden:
"And the bottom line is, what defines you isn't how many times you crash, but the number of times you get back on the bike. As long as it's one more, you're all good."
Recommended banget untuk dibaca. Saya sangat mengharapkan buku ini bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia karena isinya yang inspiratif sekali untuk para remaja. Dan kenapa saya memilih buku ini sebagai buku untuk posting bareng BBI tema perempuan? Bukan hanya karena novel ini dikarang oleh perempuan dan bertokoh utama perempuan, namun juga karena isinya sesuai sekali untuk perempuan, baik remaja maupun yang sudah berstatus sebagai ibu.

17 komentar:

  1. hmm.... penasaran...
    intinya along for ride, bukan cuma soal belajar sepeda, namun juga kehidupan

    kilasbuku.blogspot.com

    #kilasbukublogwalking

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe iya. Ternyata dari sepeda bisa belajar banyak hal

      Hapus
  2. Sarah Dessen termasuk penulis YA yang lmyn populer ya, blm pernah baca sich, jadi penasaran dgn novel-novelnya setelah baca review Nana, termasuk bacaan ringan yang menarik ya .... masukin wishlist :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya kalo dibanding novel-novel Contemporary YA lain, cerita di novel-novel Sarah Dessen termasuk biasa aja. Alurnya lambat dan konfliknya sehari-hari banget. Tapi justru disitu letak kekuatannya, karena Sarah Dessen bisa memotret kehidupan remaja sehari-hari dan katanya sih di Amerika sana banyak remaja yang merasa tertolong setelah baca novel Sarah Dessen.

      Hapus
  3. Belum pernah baca Sarah Dessen, tapi tertarik banget utk baca...yang recommended untuk pertama kali apa na? penasaran nih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku baru baca 4 buku, semuanya udah direview. Pilih aja tag pengarang: d. So far yang menurutku paling bagus tuh This Lullaby dan Along for the Ride. This Lullaby udah ada terjemahan Indonya tapi banyak typo. Kalo Keeping the Moon lumayan tapi ngegantung akhirnya. Kalo Someone Like You aku ga suka. Ehehe. Tapi kalo ngeliat review orang-orang, Lock and Key sama The Truth About Forever banyak yang suka juga.

      Hapus
    2. The Truth About Forever wajib bangeeettt dibaca. Aku punya novelnya. Nana ato mbak Astrid mo pinjem?

      Hapus
    3. Eh kalo ada yg mau pinjem buku ini juga silahkan lhoo.. Tinggal bilang. Aduh mbak Dewi thx tawarannya tp aku blom bisa baca dlm waktu dekat. Masih berkutat dengan timbunan. Ini buku aja aku belinya tahun lalu. Ehehe

      Hapus
  4. Sering baca review Sarah Dessen di blog Nana tapi sekalipun blm baca
    Thanks for sharing, I think I know what makes SD's books very appealling :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nanti pasti ada kesempatan Ky. Setelah timbunan habis *kapaaaan????* ihihi

      Hapus
    2. Itu dia Na, kapaaaaan ya timbunan abis? Yang ada malah makin tinggi tumpukannya

      Hapus
  5. Btw pendapatmu yang bilang plot novelnya mirip-mirip itu emang bener sih, Na. Tapi buatku Dressen itu udah jadi semacam kewajiban untuk dibaca. Jadi yah...bakal memasukkan ini ke list to-read juga kalo gitu. Thanks infonya

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihi iya mirip. Karakter ceweknya pun biasanya tipe-tipe yang kalem, independen, dan nggak drama queen.

      Hapus
  6. belum pernah baca SD
    mungkin nunggu terjemahannya kali ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dua terjemahan Sarah Dessen, Just Listen dan This Lullaby, sih menurutku terjemahannya gak terlalu bagus. Aku belum baca Just Listen sih, tapi kata orang-orang terjemahannya tidak memuaskan. This Lullaby diterjemahin Elex dan banyak typo error. Setelah itu gak pernah liat lagi buku2 SD diterjemahin. Elex kayaknya lebih milih nerjemahin Susane Colasanti. #towelElex

      Hapus
  7. Aku udah pernah baca ini... :D Tapi menurutku aku lebih suka Dreamland karangan Sarah Dessen juga. Disitu benar-benar ngena banget isunya. :D I love Sarah Dessen though.

    Salam kenal yaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai salam kenal juga!! Aku udah denger sih kalo Dreamland bagus, tapi juga paling dark. SD sendiri juga bilang kalo itu novel tersulit yg pernah dia bikin. Pengen baca juga.

      Hapus

Berikan pendapatmu mengenai post yang kamu baca di sini