Jumat, 19 Oktober 2012

A Love at First Sight - Cinta pada Pandangan Pertama

Judul:  A Love at First Sight - Cinta pada Pandangan Pertama
Pengarang: Jennifer E. Smith
Tahun Terbit: 2012 (Indonesia: 2012)
Jumlah Halaman: 320
Penerbit: Qanita (Mizan)
Harga: Rp. 45.000 (di bukabuku disc 15% jadi Rp. 38.250)



Empat menit bisa mengubah segalanya. Itulah yang terjadi pada Hadley di bandara JFK, Amerika Serikat, hari itu. Gara-gara terlambat 4 menit, pesawat yang seharusnya mengangkutnya ke London, Inggris, meninggalkannya. Dan kini ia harus menunggu penerbangan berikutnya.

Hadley pergi ke London bukan untuk berlibur, melainkan menghadiri pernikahan kedua ayahnya. Beberapa tahun sebelumnya, ayah Hadley pergi ke Inggris untuk mengajar namun tidak pernah kembali. Tak lama, sang ayah malah menceraikan ibu Hadley dan berhubungan dengan wanita lain, Charlotte. Kini, ayah Hadley dan Charlotte akan menikah. Hadley pergi ke London dengan amarah dan kesedihan yang dipendamnya untuk sang ayah.

Selagi menunggu pesawat, Hadley berkenalan dengan seorang pemuda Inggris bernama Oliver. Oliver kuliah di Yale dan akan kembali ke London untuk menghadiri acara keluarga, yang diduga Hadley juga pernikahan. Tak disangka, keduanya cocok satu sama lain. Keberuntungan masih menaungi mereka berdua tatkala Oliver ternyata duduk di sebelah Hadley di pesawat. Keduanya lalu menghabiskan waktu selama penerbangan dengan bercerita, bercanda, dan tertidur. Setelah sampai di London, keduanya berpisah tanpa bertukar informasi mengenai diri masing-masing lebih jauh. Hanya kenangan akan percakapan mereka dan ciuman Oliver di bandara yang mungkin akan bisa diingat Hadley tentang cowok itu.

Suasana pernikahan ayah Hadley terasa asing bagi Hadley walau semua orang yang ada disana sangat ramah, terutama Charlotte. Charlotte sepertinya begitu senang melihat Hadley dan ingin mengenal Hadley. Namun Hadley masih menyimpan kekesalan begitu dalam pada ayahnya. Hadley tidak tahu harus berbuat apa ditengah orang-orang yang terasa asing baginya. Ia hanya ingin bertemu kembali dengan Oliver yang sudah terasa begitu akrab dengannya. Dan tiba-tiba, salah satu tamu membicarakan sesuatu yang mengingatkan Hadley pada cerita-cerita Oliver, yang mungkin mengisyaratkan keberadaan cowok itu. Dan Hadley pun memutuskan untuk mencari cowok itu untuk bertemu dengannya sekali lagi.

Berhasilkah Hadley bertemu Oliver sekali lagi? Lalu bagaimana dengan pernikahan ayah Hadley? Apakah Hadley akan bisa memperbaiki hubungannya dengan ayahnya?

Membaca buku yang sudah lama saya idam-idamkan rasanya campur aduk. Antara senang karena akhirnya bisa membaca ceritanya setelah sekian lama hanya bisa mupeng baca review-review di Goodreads, dan takut kalau ternyata cerita buku tersebut tidak memenuhi ekspektasi saya. Perasaan saya ketika memutuskan membeli buku versi terjemahan Indonesia buku ini awalnya cenderung ke perasaan kedua. Kenapa? Karena saya cukup kecewa dengan keputusan Penerbit Qanita (Mizan) yang memendekkan judul buku dari The Statistical Probability of Love at First Sight menjadi A Love at First Sight saja. Menurut saya, judul A Love at First Sight alias Cinta pada Pandangan Pertama cukup pasaran, tapi tidak dengan The Statistical Probability of Love at First Sight yang tentu akan lebih menimbulkan rasa penasaran. Namun apa daya, sepertinya penerbit punya pertimbangan sendiri. Saya juga cukup kecewa dengan cover serba pinknya yang terkesan anak-anak banget. Namun (lagi-lagi) apa daya, saya sudah terlanjur penasaran, maka saya tetap memutuskan untuk membeli novel ini dan membacanya.

Selesai membaca buku ini, walau masih kesal dengan judul dan cover tadi, ternyata saya merasa kekecewaan saya cukup terobati. Terjemahan Qanita ternyata bagus dan enak dibaca. Kualitas kertasnya baik. Ukuran buku yang mungil juga membuat buku ini pas di genggaman. Saya cukup puas. Mengenai ceritanya? Nah mari kita mulai membicarakan ceritanya.

Apa sih yang terlintas dalam benak kamu kalau membaca satu novel berjudul A Love at First Sight dengan sinopsis back cover seperti ini?

Hadley Sullivan seperti mengalami mimpi buruk saat dia ketinggalan pesawat ke London. Tapi Oliver, cowok Inggris yang keren, mengubah kesialan Hadley menjadi sebuah kisah romantis. Mereka bertemu di bandara, secara kebetulan duduk bersebelahan dalam penerbangan susulan Hadley. Dimulailah bincang-bincang yang langsung mendekatkan keduanya: tentang Dickens, kue pretzel, awan kumulus, hingga pernikahan.

Setibanya di London, keduanya terpisah satu sama lain. Namun, Hadley telah merindukan Oliver dan bertekad untuk mencari cowok itu. Permasalahannya, London bukanlah kota kecil, terlebih bertualang dengan kereta bawah tanah dan menyusuri gang-gang tua tak dikenal bukanlah keahlian Hadley. Berhasilkah Hadley menemukan cinta pertamanya?

Mungkin kamu akan berpikir kalau novel ini hanya akan berisi mengenai kisah cinta monyet Hadley yang mengejar-ngejar cowok asing yang ia percaya adalah cinta sejatinya, lengkap dengan segala kekonyolan dan kesialan yang terjadi sepanjang pengejaran itu. Atau mungkin mengenai romansa satu hari yang menggebu-gebu. Namun sebenarnya kisahnya tidak seperti itu. Buat saya, kisah buku ini lebih banyak seputar hubungan keluarga ketimbang percintaan. Hadley sedang mengalami krisis hubungan dengan ayahnya. Perasaan Hadley dipenuhi sakit hati dan kesedihan. Ia merasa tersisihkan. Namun, pertemuan dengan Oliver dan pembicaraan mereka yang tanpa sengaja justru tak disangka berpengaruh banyak terhadap perubahan cara pandang Hadley terhadap ayahnya. Lewat Oliver dan serangkaian kejadian pencarian Hadley terhadap Oliver di London, Hadley banyak  merenung dan bernostalgia dan akhirnya, mengambil keputusan yang penting mengenai bagaimana ia akan menyikapi pernikahan ayahnya dengan Charlotte.

Buat saya, kisah ini bagus karena mengajarkan pembaca bahwa hidup itu memang sulit, namun ketimbang larut dalam kemarahan dan kekecewaan, kita sebaiknya mencoba untuk memaafkan dan menerimanya dengan baik. Lewat nostalgia Hadley sepanjang 24 jam perjalanannya dari Amerika sampai ke acara pernikahan ayahnya di London, pembaca diajak untuk menyelami pikiran Hadley, perasaannya, dan alasan kemarahan Hadley terhadap sang ayah. Kita akan mengerti Hadley dan simpati padanya. Namun bukan berarti lantas kita akan membenci ayah Hadley. Tidak ada tokoh antagonis dalam novel ini. Semua tokohnya hanyalah orang-orang biasa yang punya kelemahan masing-masing. Oleh karena itu, membaca novel ini terasa sangat realistis.

Mengenai hubungan Hadley dengan Oliver, sebenarnya buat saya porsi romantisnya kurang, tapi ya mau bagaimana lagi, setting novel ini hanya 24 jam. Justru aneh kalau dalam waktu 24 jam saja Hadley dan Oliver bisa memiliki hubungan yang lebih dari yang diceritakan novel ini. Tapi saya sudah cukup dibuat meleleh oleh karakter Oliver ini. Oliver... oke dia memang digambarkan tampan dengan segala pesona Britishnya, namun yang membuat saya jatuh hati pada Oliver adalah interaksinya dengan Hadley. Oliver awalnya tampil sebagai cowok sempurna yang setiap omongannya selalu bisa menghibur Hadley dan tanpa disangka Hadley bisa klop dengannya, namun selanjutnya kita akan melihat bahwa karakter Oliver juga tidaklah sesempurna itu. Ia juga memendam sakit hati kepada ayahnya. Oliver ternyata bukan cowok yang sempurna dan Hadley melihatnya. Dan endingnya.... Duh Oliver ini... *ngeringis sambil megangin pipi kanan-kiri*

Wah reviewnya sudah cukup panjang ya ternyata. Yah intinya sih, novel ini cukup ringan dan menghibur. Novel ini juga memiliki nilai moral yang baik, bahwa semua orang itu tidak ada yang sempurna, bahkan orang tua kita dan sebenarnya yang perlu kita perlukan hanya menerima dan memaafkan kesalahan mereka untuk bisa move on. Memang judul dan sinopsisnya sedikit menipu, tapi hasil akhirnya nggak mengecewakan. Saya senang akhirnya saya bisa membaca buku ini. Semoga Qanita bisa menerbitkan novel-novel young adult seperti ini lagi di masa depan, walau kalau bisa covernya dibuat sedikit lebih dewasa (hehe.. Peace!)

Recommended, untuk pecinta kisah young adult yang ringan namun tetap bermakna.

24 komentar:

  1. yeaay ini novel emang bagus banget Nana aku juga setuju :))
    btw covernya sweet hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tifa udah baca juga ya?
      Iya covernya manis, tapi jadi terlalu kekanak-kanakan, padahal Hadley udah 17 dan Oliver 18. Tapi ini selera pribadi siih.. hehe

      Hapus
  2. Aku juga lebih setuju kalau judulnya tetap The Statistical Probability of Love at First Sight. Keren! Ada statistical probability-nya. Jadi inget dosen mtk semester kemarin(?). Hahaha. :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya kaya pelajaran matematika or akuntansi gitu..

      Hapus
  3. Aku suka buku iniii :D Oliver+++++
    Tadinya juga bingung pas liat judulnya berubah dan covernya ganti jadi pinky banget gitu, eh ternyata The Statistical Probability of Love at First Sight

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa Oliverrr.. Gila jadi pengen naek pesawat sendirian. Ngarep ktemu cowo ky Oliver gitu ahahahahaha

      Hapus
  4. covernya manis
    wuaaahhhh gk pernh baca loh buku ini masukin daftr wishlist dh XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya manis, walau menurutku terlalu ngepink. Hehe. Bagus ceritanya. Okelah buat bacaan ringan

      Hapus
  5. wah, bisa jadi referensi novel young adult yah sepertinya. sip sip.

    BalasHapus
  6. covernya menarik perhatianku, reviewnya menarik minatku.

    BalasHapus
  7. Iya nih, setuju banget kalau covernya diganti :))

    BalasHapus
  8. covernya manis, eh emang boleh ya kalau judulnya diganti dari judul asli? kalau diterjemahkan mungkin maklum, baru kali ini tahu kalau judul bisa diganti

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh aja sih ganti judul asal diperjanjikan pas penerbit sini beli hak penerjemahan dan penerbitan terjemahannya.

      Hapus
  9. Sebenarnya pertama baca judul dan liat warna pink di sampul buku ini, aku gak tertarik. Tapi gambar menara jamnya aku suka banget :D

    BalasHapus
  10. Langsung bayangin kalau ceritanya jadi film, haha...

    BalasHapus
  11. kaya semacam drama keluarga ini ya ?
    mau baca ini ah.

    tapi Covernya terlalu pink ini >,<

    BalasHapus
  12. iyaa, harusnya judulnya tetep aja "The Statistical Probability of Love at First Sight"...ada "statistical probability"nya itu lho, jadi menambah rasa penasaran, apalagi buat mahasiswa statitstika (saya)..hihihi ^^a

    BalasHapus
  13. "Oliver ternyata bukan cowok yang sempurna dan Hadley melihatnya. "

    Now that's new. :D
    Covernya ciamik banget, romantic pop London gitu berasanya. Hihihi.

    BalasHapus
  14. Oh man! Pengen banget baca buku ini >.< keren n romance lg!! Oh my oh my oh my! :D

    BalasHapus
  15. jadi pengen baca... secara saya lulusan statistika...dan saya pernah mengalami peristiwa love at the first sight di bandara..cuma yah gitu deh, krn kondisi gak mendukung...sampe sekarang pun perasaan itu masih ada Y_Y

    BalasHapus

Berikan pendapatmu mengenai post yang kamu baca di sini