Rabu, 07 September 2016

Pride & Prejudice

Judul: Pride & Prejudice
Pengarang: Jane Austen
Penerbit: Qanita
Tahun Terbit: 2014 (edisi ke-2)
Halaman: 585
Harga: Rp. 62.000 (disc 20% jadi Rp. 49.600 di bukabuku)


Keluarga Bennet adalah keluarga terpandang pemilik estat Longbourn yang, sayangnya, terancam kehilangan kekayaan mereka. Mr. Bennet tidak memiliki anak laki-laki yang dapat menjadi ahli waris kekayaannya, melainkan lima anak perempuan. Setelah meninggal dunia nanti, kekayaan Mr. Bennet akan jatuh ke tangan keponakannya, Mr. Collins. Mrs. Bennet yang panik lalu berniat menjodohkan putri-putrinya dengan lelaki kaya raya, agar kelak kehidupan mereka terjamin.

Jawaban atas keresahan Mrs. Bennet hadir dalam bentuk Mr. Bingley dan kerabatnya, orang-orang terpandang yang menyewa Netherfield Park. Mrs. Bennet pun buru-buru memperkenalkan kedua putri tertuanya, Jane dan Elizabeth. Mr. Bingley memang berkepribadian hangat dan ceria, dan dengan cepat menjadi dekat dengan Jane. Sayang, Mr. Bingley datang bersama temannya yang sinis dan tidak bersahabat, Mr. Darcy. Bahkan di satu kesempatan, Elizabeth mendengar Mr. Darcy merendahkannya. Elizabeth segera melancarkan kata-kata pedas kepada Mr. Darcy, yang dibalas tak kalah sinis oleh pria itu.

Kebencian Elizabeth kepada Mr. Darcy semakin bertambah ketika Elizabeth mendengar bahwa Mr. Darcy pernah memperlakukan tidak adil Wickham, seorang tentara yang sedang bertugas di daerah tempat tinggal Elizabeth, yang adalah anak pembantu keluarga Mr. Darcy. Wickham terkenal sebagai pribadi yang ramah dan baik hati, berbeda dengan Mr. Darcy.

Tak lama setelahnya, Mr. Collins datang ke Longbourn untuk mengunjungi Mr. Bennet, calon pewarisnya. Selain itu, Mr. Collins juga berniat ingin memilih salah satu dari gadis Bennet untuk menjadi istrinya. Mr. Collins lalu memilih Elizabeth. Namun, karena tidak menyukai perangai Mr. Collins, Elizabeth menolaknya, membuat syok Mrs. Bennet. Mr. Collins lalu malah menikah dengan sahabat Elizabeth, Charlotte Lucas. Sementara itu, kedekatan Jane dan Mr. Bingley ternyata harus berakhir karena Mr. Bingley beserta rombongannya mendadak meninggalkan Netherfield tanpa harapan akan kembali dalam waktu dekat.

Segala rencana Mrs. Bennet terancam gagal, namun Elizabeth yang optimis tetap menjalankan hidupnya seperti biasa. Dalam kunjungannya ke rumah Mr. Collins dan Charlotte di Kent, ia tak sengaja bertemu dengan Mr. Darcy dan keluarganya. Bibi Mr. Darcy, Lady Catherine de Bourgh, merupakan bangsawan setempat sekaligus patron Mr.Collins. Dari keluarga Mr. Darcy, Elizabeth malah mendapatkan cerita yang berbeda mengenai sejarah keluarga Mr. Darcy dan Wickham. Elizabeth merasa dirinya telah salah menilai Mr. Darcy. Selain itu, Elizabeth juga mengetahui bahwa apa yang membuat Mr. Bingley dan Mr. Darcy menjauhi Longbourn adalah karena kurangnya tata krama dari keluarga Elizabeth sendiri.

Selagi merasa terpukul atas kenyataan kurang baik mengenai keluargnya, Elizabeth mendapat kabar bahwa telah terjadi masalah di keluarganya. Adik bungsu Elizabeth, Lydia, kawin lari bersama Wickham dan diketahui bahwa Wickham ternyata berutang di mana-mana. Keluarga Bennet kalut. Nama baik keluarga telah tercemar. 

Apakah selama ini ternyata penilaian Mr. Darcy terhadap keluarga Bennet benar? Bagaimana nasib Elizabeth selanjutnya? Apakah ia masih bisa mempertahankan nama baik keluarganya?

Sementara banyak orang mengagung-agungkan kisah Pride & Prejudice sebagai kisah romantis sepanjang masa dengan Elizabeth dan Mr. Darcy digadang-gadang sebagai pasangan romantis sepanjang masa, saya justru mendapati kisah Pride & Prejudice sama sekali jauh dari kata romantis. Saya merasa bahwa Jane Austen, dalam novel ini, sebenarnya bukan ingin menekankan pada perkembangan hubungan Mr. Darcy dan Elizabeth melainkan untuk memberikan gambaran betapa dangkalnya pemikiran masyarakat Inggris pada masa itu.

Pada masa Jane Austen hidup atau pada masa Pride & Prejudice, masyarakat Inggris belum terbiasa menghargai kekayaan yang didapat dari kerja keras, melainkan dari harta warisan. Gelar kebangsawanan Inggris (yang juga menentukan pendapatan yang diterima) diteruskan turun temurun lewat garis darah, namun hanya kepada anak lelaki tertua, sedangkan saudara-saudaranya yang lain tidak mendapatkan gelar bangsawan namun tumbuh dan hidup ala bangsawan. Akhirnya, setelah bergenerasi-generasi, muncullah keluarga-keluarga jauh bangsawan yang memiliki gaya hidup dan harga diri tinggi ala bangsawan namun tidak memiliki penghasilan yang cukup tinggi. Satu-satunya cara agar mereka dapat mempertahankan gaya hidup mereka hanyalah menikah dengan orang-orang sederajat yang lebih berharta tanpa melihat lebih jauh mengenai kepribadian mereka. Keluarga Bennet adalah salah satu contoh keluarga ini. 

Elizabeth, si anak kedua sekaligus tokoh utama cerita, adalah orang yang lugu. Selama hidupnya, ia percaya bahwa keluarganya adalah keluarga terpandang dengan citra baik, walau ibunya terkadang suka menuntut dan adik-adiknya yang termuda, Kitty dan Lydia, agak genit dengan para tentara. Kakak Elizabeth, Jane, terkenal cantik dan lembut kepribadiannya. Ia sendiri juga terkenal ceria dan disukai. Maka tak heran, ketika mendapati Mr. Darcy menjelekkannya, Elizabeth langsung sakit hati. Apalagi, sikap Mr. Darcy yang dingin memang sudah membuatnya sulit disukai. Segala hal yang berhubungan dengan Mr. Darcy pun sepertinya hanya membuat Elizabeth semakin benci dengan pria itu.

Perjalanan hidup Elizabeth kemudian membuatnya belajar untuk lebih bijaksana dan bahwa ternyata kepribadian manusia bisa begitu berlapis dan tak bisa dinilai dengan cepat. Mr. Darcy, Mr. Collins, dan Wickham merupakan contoh orang-orang yang bisa mengubah penilaian awal Elizabeth begitu Elizabeth mengenal mereka lebih jauh. 

Masih sama dengan novel-novel Jane Austen yang saya baca sebelumnya, Emma dan Persuasion, Pride & Prejudice bercerita dengan alur yang lamban dan penuh dengan deskripsi kehidupan masyarakat pedesaan Inggris pada masa itu. Keseharian Elizabeth yang diisi dengan kunjungan ke rumah-rumah kerabat, pesta dansa dan jamuan makan menghiasi hampir seluruh buku. Selain itu, sopan santun yang terlalu berbasa-basi dan tidak to the point cukup membuat gregetan. Agak membosankan sih jadinya, mengingat tebal buku ini yang lebih dari 500 halaman. Namun menarik juga, jika ingin belajar mengenal kehidupan masyarakat Inggris pada kurun waktu abad 18-19. Jane Austen tidak sekadar menulis fiksi ketika menulis karya-karyanya melainkan juga potret kehidupan pada masanya. Tak heran, jika novel ini terasa seperti kritik pribadinya terhadap masyarakat pada masa itu. 

Jika kalian berminat membaca Pride & Prejudice karena penasaran dengan kisah romance Elizabeth dan Darcy (yang di film-film biasanya dibuat terlalu romantis--sama seperti film-film adaptasi Jane Austen lainnya!), saya bilang sih siap-siap saja kecewa. Lebih baik membaca Emma yang jenaka dan manis. Namun, kalau kalian juga penasaran dengan detail kehidupan masyarakat Inggris pada abad 18-19, silakan baca buku ini. 

3 komentar:

  1. Nkce review kak, aku juga udah baca Pride & Prejudice (yang panjaangg). Baru tau ada Blog ini, thanks (:

    BalasHapus
  2. btw apa hubungan karya sastra pride and prejudice dengan pengarangnya..??

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hubungannya? Pengarangnya (Jane Austen) yang mengarang Pride and Prejudice.

      Hapus

Berikan pendapatmu mengenai post yang kamu baca di sini