Minggu, 15 November 2015

Arabella

Judul: Arabella
Pengarang: Georgette Heyer
Penerbit: Noura Books
Tahun Terbit: 1949/ 2015 (terjemahan Indonesia)
Halaman: 432


Arabella Tallant adalah anak kedua sekaligus putri pertama dari delapan anak pendeta Henry Tallant di Heythram. Walau masih memiliki darah bangsawan, hidup Arabella dan keluarganya tidak mewah, malah pas-pasan. Anak banyak menuntut pengeluaran yang banyak pula, belum lagi sifat ayah Arabella yang sederhana. Namun demikian, anak-anak Tallant memiliki fisik yang rupawan.

Suatu hari, Arabella diundang ibu baptisnya, Lady Bridlington, ke London untuk mengikuti season alias musim pesta alias musim mencari jodoh. Arabella diharapkan ibunya bisa mendapatkan jodoh yang dapat membantu keluarganya. Maka, berbekal tabungan ibunya dan beberapa pakaian mewah koleksi ibunya yang dipermak habis-habisan, Arabella pun dengan semangat pergi ke London.

Di tengah perjalanan, kereta kuda yang ditumpangi Arabella rusak sehingga memaksa Arabella dan Ms. Blackburn--perempuan tua yang menemani Arabella sampai London--menunggu di rumah terdekat. Rumah terdekat--sebuah rumah berburu mewah--adalah milik Mr. Beaumaris, yang ternyata orang yang cukup tersohor di London. Sayangnya, Mr. Beaumaris begitu sinis dan menganggap Arabella hanya satu dari sekian gadis yang mengincarnya dan bahwa kereta rusak hanyalah alasan yang dibuat-buat. Arabella yang mencuri dengar omongan Mr. Beaumaris ini kepada temannya, Mr. Fleetwood, kesal dan tidak pikir panjang. Dia lantas berbohong dengan mengatakan kalau dia sebenarnya berasal dari keluarga yang kaya dan dia lelah dikejar-kejar para pemburu harta. Arabella berpikir, kebohongannya hanya akan berakhir saat itu karena dia tidak akan bertemu Mr. Beaumaris lagi.

Sampai di London, Arabella disarankan ibu baptisnya untuk mendekati seorang pria terpandang agar bisa menaikkan popularitasnya. Siapa sangka kalau pria dimaksud adalah Mr. Beaumaris! Pertemuan kembali Arabella dengan Mr. Beaumaris awalnya canggung dan kaku, namun dengan segera keduanya menjadi dekat. Mr. Beaumaris, walau memiliki reputasi sebagai pria yang dingin dan sulit berkomitmen dengan wanita, begitu cocok dengan Arabella. Mr. Beaumaris selalu menanggapi pikiran aneh-aneh Arabella dengan pengertian dan humor.

Arabella dengan cepat mendapatkan popularitasnya di London. Semua orang berbondong-bondong ingin mengenal Arabella dan beberapa lamaran pun dengan cepat ia dapat. Namun kemudian, Arabella mengetahui bahwa kabar ia adalah perempuan kaya raya sudah menyebar. Ternyata alasan popularitasnya bukan semata-mata karena kedekatannya dengan Mr. Beaumaris, tapi juga karena kebohongannya telah berdampak luas!

Semakin dekat dengan Mr. Beaumaris, semakin Arabella sadar kalau di antara semua pria yang mendekatinya, hanya Mr. Beaumaris yang membuatnya paling nyaman. Namun, ketika akhirnya pria itu melamarnya, Arabella teringat akan kebohongannya. Ia tidak bisa menikah atas dasar kebohongan. Tapi, menolak lamaran Mr. Beaumaris atau pria lain yang mengiranya kaya raya sama saja mengecewakan ibunya.

Bagaimana kisah Arabella di London selanjutnya?

Jenaka dan asyik dibaca. Itulah pendapat saya tentang novel Arabella ini. Ceritanya ringan dan gaya berceritanya tidak terasa kuno walau novel ini diterbitkan pertama kali tahun 1949. Biasanya, ketika mendengar kata "klasik", saya akan langsung berpikir mengenai bacaan yang tata bahasanya sulit dimengerti dan ceritanya kaku banget. Yaah... semacam cerita-ceritanya Jane Austen gitulah. Perlu usaha ekstra untuk bisa menikmati ceritanya. Tidak heran, ketika akan memulai membaca Arabella, saya pun sudah menyiapkan otak untuk bekerja ekstra. Tapi ternyata, saya bisa menikmati Arabella dengan cepat dan nyaman.

Yang membuat kisah Arabella ini nikmat diikuti menurut saya ada dua: karakter tokoh-tokohnya dan gaya bercerita Heyer yang penuh sindiran tapi disampaikan dengan humor.

Untuk karakter tokoh-tokohnya, sebenarnya hero dan heroine novel ini sih standar historical romance banget, but somehow it still works. Arabella adalah tipikal perempuan yang cantik dan baik hati, tapi juga keras kepala, spontan, dan mudah panik. Intinya, bukan tipe wanita kebanyakan di masanya. Mr. Beaumaris tampil serbasempurna: tampan, kaya, panutan, tapi merasa bosan dengan hidupnya dan suka mencari sensasi agar memperoleh hiburan. Ketika kedua orang ini disatukan, ya sudah terbayanglah ceritanya akan bagaimana (baca: kehebohan, perdebatan seru, tapi juga ada percik-percik asmara). Namun demikian, hal-hal kocak yang terjadi seiring interaksi mereka tetap menghibur untuk dibaca. Yang paling bikin saya ketawa sih waktu Arabella memaksa Mr. Beaumaris mengadopsi anjing kampung yang dianiaya--yang kemudian diberi nama Ulysess--dan berakhir dengan anjing itu menjadi anjing yang saaaaaa....ngat setia pada Mr. Beaumaris. 

Selain tokoh utama, tokoh pendukung juga sangat beraneka ragam dan memperkaya cerita, seperti Mr. Fleetwood, sahabat Mr. Beaumaris yang terlihat baik hati dan supel namun ternyata seorang golddigger, lalu Lady Bridlington yang hanya baik terhadap kaumnya tapi tidak mau peduli terhadap nasib pekerjanya yang malang, dan berbagai bangsawan lainnya yang tampil dengan kecongkakan yang kerap dijadikan mainan oleh Mr. Beaumaris. Lewat berbagai tokoh bangsawan dan segala tingkah polah mereka, bisa dibilang Heyer mengkritik orang-orang yang lebih mementingkan gengsi dan reputasi ketimbang hati nurani. Lalu, ada pula tokoh Bertram, adik Arabella yang memenangkan judi dan larut dalam kemewahan hidup London sampai akhirnya jatuh bangkrut, mencerminkan tipe orang yang mudah tergoda dan tidak bisa mengontrol diri mereka dalam menghadapi kenikmatan semu. Untungnya, masih ada orang-orang seperti orangtua Arabella, yang masih menggunakan otaknya dan tidak mementingkan harta--walau Mr. Tallant sangat kolot dan kaku. Sayangnya mereka hanya muncul sedikit di awal cerita. Saya sih berharapnya Arabella ini hanyalah cerita pembuka dari serial anak-anak Tallant, tapi nampaknya tidak begitu.

Gaya bercerita Heyer sedikit banyak mengingatkan saya akan gaya bercerita Julia Quinn, pengarang historical romance favorit saya. Mungkin Julia Quinn terinspirasi dari Heyer ya. Mungkin itu juga sebabnya saya menyukai novel Arabella ini. Tapi yang membuat saya lebih menyukai novel ini, karena romance-nya termasuk bersih (dari adegan "kipas", maksudnya). Saya suka membaca kisah-kisah historical romance, tapi kadang suka risih dengan penggambaran hubungan seksual yang terlalu rinci dan memakan porsi sekian lembar kertas. Nah, di novel ini, adegan itu tidak ada. Tapi siapa bilang ceritanya jadi kurang seru? Buat saya justru chemistry Arabella dan Mr. Beaumaris cukup terbangun dan membuat gregetan.

Recommendation: 
Jika kalian suka baca novel-novel historical romance, tak ada salahnya mencoba Arabella. Walau mendapat label "Classic Romance" dari Noura Books, ceritanya mudah diikuti, ringan, dan gaya bahasanya tidak se-jadul novel-novel Jane Austen. Semoga kalian juga menikmatinya seperti saya menikmatinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan pendapatmu mengenai post yang kamu baca di sini