Sabtu, 24 Mei 2014

White Fang

Judul: White Fang
Pengarang: Jack London
Penerbit: Gagasmedia
Tahun terbit: 2014
Halaman: 329
Harga: Rp. 49.000 (di Bukabuku Rp. 39.200)


White Fang adalah seekor serigala yang lahir dan tumbuh di alam liar Northland. Semasa hidup di alam liar, ia hanya mengenal dua serigala lain: Ibunya yang berbulu cokelat, dan ayahnya, One Eye, yang kemudian mati. Hidup sangat berat di alam liar karena pada masa itu, makanan sangat susah didapat. Empat saudara White Fang mati karena kelaparan.

Setelah lebih besar, White Fang dan ibunya berjalan mendekati kemah Indian, dan bertemu dengan majikan sang ibu. Ibu White Fang ternyata adalah peranakan serigala-anjing dan dulunya merupakan milik orang Indian bernama Grey Beaver. Karena ibunya segera patuh dengan panggilan Grey Beaver, maka White Fang pun ikut patuh dan keduanya menjadi piaraan Grey Beaver. Di kemah Indian, White Fang kerap di-bully oleh sekelompok anjing yang dipimpin oleh Lip-lip. Namun, White Fang adalah serigala yang kuat dan pintar. Dengan cepat, ia belajar berkelahi dengan efisien dan kelincahannya segera menjadi tiada tanding. Seluruh anjing, kecuali Lip-lip, tunduk padanya. Walau sudah hidup bersama manusia, pertarungannya dengan Lip-lip dan anjing-anjing lainnya membuat White Fang memilih untuk hidup sendiri, tidak dalam kawanan. Bahkan ketika menarik kereta salju, ia hanya mau di depan.

White Fang terpaksa berpisah dari Grey Beaver setelah Grey Beaver diperalat seorang kulit putih yang gila dan licik bernama Beauty Smith. Beauty Smith, yang melihat keganasan White Fang, berambisi memiliki serigala itu untuk kepuasannya. White Fang dikurung, dianiaya tanpa bisa melawan, dan dipaksa bertarung dengan anjing lain sebagai tontonan dan alat penghasil uang. White Fang semakin menambah kebenciannya pada anjing dan pada manusia. Namun demikian, darah anjingnya membuatnya tahu kalau ia harus selalu patuh pada dewa manusia yang memilikinya, tak peduli sebenci apapun dia pada dewa manusia itu.

Dalam satu pertarungan, White Fang kalah, namun ia diselamatkan oleh seorang dewa manusia kulit putih bernama Weedon Scott. Weedon Scott merawat White Fang dan memperkenalkan sesuatu yang baru pada hidup White Fang: cinta. White Fang tidak lagi mengenal tangan sebagai alat pukul melainkan untuk membelai dan menyayangi. Nalurinya yang setia membuat White Fang bertekad untuk mengabdi pada Weedon Scott dan menjaga apapun yang berharga bagi dewa manusianya. Suatu hari, Weedon Scott membawa White Fang pindah ke California yang panas, kembali ke keluarga Scott. Keadaan sangat berbeda di California ketimbang di Yukon, tempat lama White Fang. Kini ia harus menghadapi banyak dewa manusia beserta hewan-hewan ternak yang menggiurkan namun tak boleh dimakan. Selain itu, orang-orang menyangsikan kejinakan White Fang dan masih menganggapnya sebagai ancaman.

Apakah kali ini White Fang akhirnya berhasil mendapatkan tempat yang tepat? Bisakah seekor serigala liar menjadi jinak dan penuh kasih?

Saya sebenarnya bukan peminat novel klasik. Buat saya, novel klasik itu ribet, saya nggak ngerti bacanya. Selain itu, kisahnya membosankan. Namun, ketika main ke kantor Gagasmedia dua bulan lalu dan ditawarkan untuk memilih dua buku klasik: Black Beauty atau White Fang, saya merasa tertarik untuk membaca White Fang. Selain covernya yang cantik, saya dulu pernah menonton film White Fang yang diperankan oleh Ethan Hawke dan cukup menyukainya. Oleh karena itu, membaca kisah aslinya saya rasa akan menyenangkan juga dan ternyata, memang betul begitu.

Kisah White Fang unik karena mengambil sudut pandang si serigala, bukan manusia. Dan bukan seperti fabel di mana serigala dapat berpikir dan berkata-kata seperti manusia, dalam White Fang, White Fang diceritakan sebagaimana layaknya serigala memandang dunia. Bagaimana ia belajar apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan melalui rasa sakit, bagaimana ia belajar berburu, bagaimana ia belajar pembagian kelas dan siapa yang harus dituruti dan tidak, dan bagaimana ia beradaptasi dengan perubahan-perubahan dalam hidupnya. Minim percakapan pastinya, namun buat saya tidak membosankan. Malah sebaliknya, cukup page-turning

Karakter White Fang sangat kuat. Harga dirinya sangat tinggi, setinggi semangat hidupnya. Hidupnya menyedihkan, namun ia tidak menyerah. Ia malah belajar dengan cepat. Kehidupan memang kejam, namun White Fang membuktikan bahwa memang, untuk lolos seleksi alam dibutuhkan kegigihan dan kepintaran yang di atas rata-rata. Saya rasa, hal ini cukup aplikatif juga untuk manusia. Ada orang yang hidupnya selalu sulit, namun berhasil menjadi orang yang berguna dan "besar". Ada pula yang sejak lahir hidupnya nyaman-nyaman saja namun justru menjadi rusak dan tidak berguna. Hal yang bisa kita petik dari kisah White Fang adalah, untuk maju, kita harus berani menghadapi tantangan di depan kita dan jangan kehabisan semangat untuk melewatinya.

Untuk kualitas terjemahan, saya cukup puas. Entah apa karena gaya bercerita Jack London yang simpel atau karena terjemahannya yang baik, cerita sangat mudah dinikmati. Saya terus terang tidak sadar kalau sedang membaca karya klasik yang diterbitkan pertama kali tahun 1906. Rasanya seperti membaca buku jaman sekarang dengan setting jaman dulu. Kalau semua buku klasik memiliki gaya bahasa seperti ini, rasanya saya bisa membaca semuanya.

Sayang, sepertinya saya belum pernah menemukan buku ini atau Black Beauty di toko buku manapun. Rasanya penerbit masih fokus untuk menjual novel-novel pop yang lebih laku dan sudah punya nama di pasaran. Seharusnya novel-novel klasik terjemahan juga mendapatkan kesempatan yang sama karena tentu sayang untuk dilewatkan--selain sayang karena sudah diterjemahkan.

4 komentar:

  1. Iya kak, covernya bagus. Kayaknya juga keren ditulis dari sudut pandang serigala. Tapi ngelihat White Fang di cover, kok rasanya mirip Hachiko ya? hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Whaaa Hachiko mah anjing Jepang yang mukanya lebih friendly dan kayaknya empuk gitu. Ini mah serigala. Hihi.. Bagus lho ceritanya. Hidupnya White Fang sedih, tapi White Fangnya juga yang angkuh berwibawa gitu. Anjing maskulin banget deh!

      Hapus
  2. awalnya agak bertele-tele, baru baca pas bagian One Eye mati, sedih juga T.T

    BalasHapus

Berikan pendapatmu mengenai post yang kamu baca di sini