Sabtu, 18 Januari 2014

A Letter of Mary (Surat dari Maria Magdalena)

Judul: A Letter of Mary (Surat dari Maria Magdalena) (Mary Russell #3)
Pengarang: Laurie R. King
Penerbit: Qanita
Tahun Terbit: 2013
Halaman; 343
Harga: Rp. 49.000 (Rp. 41.650 di Gramedia)


Sudah dua tahun Mary Russell menikah dengan Sherlock Holmes dan kini, ia dan Holmes sama-sama sedang dilanda kebosanan karena tidak adanya kasus yang menarik. Russell kembali tenggelam dengan pekerjaannya menerjemahkan naskah-naskah Ibrani sementara Holmes asyik mengganggu Russell agar tidak terlalu fokus pada pekerjaannya yang membosankan itu. Suatu hari, Russell menerima kunjungan dari kenalannya, seorang arkeolog dari Palestina, Dorothy Ruskin. Ms. Ruskin memberikan Russell sebuah kotak berisi papirus tua yang dipercaya merupakan surat dari Maria Magdalena, murid Yesus. Ia meminta Russell dan Holmes meneliti, apakah surat itu asli atau palsu.

Tak lama setelah Ms. Ruskin pergi dari Sussex--rumah Holmes dan Russell-- ke London, Russell menerima kabar kalau Ms. Ruskin meninggal dunia tertabrak mobil. Rumah Holmes dan Russell kemudian didapati telah digeledah oleh orang-orang asing. Diduga, mereka membunuh Ms. Ruskin untuk mendapatkan gulungan papirus tua, yang--untungnya--telah disimpan di tempat rahasia oleh Holmes. 

Dengan petunjuk berupa apa yang dilakukan Ms. Ruskin di saat-saat terakhir hidupnya, Homes dan Russell, dibantu Scotland Yard, kemudian menyelidiki dua orang yang diduga memiliki motif untuk membunuh Ms. Ruskin. Yang pertama adalah Mrs. Rogers, adik Ms. Ruskin, yang mengirimkan surat yang ditemukan di kamar hotel Mrs. Ruskin dan mengaku didatangi oleh orang Arab yang mencari Ms. Ruskin. Yang kedua adalah Kolonel Dennis Edwards, yang ditemui Ms. Ruskin tepat pada malam sebelum ia ditabrak dan meninggal. Holmes dan Russell kemudian berpencar untuk menyamar dan mendekati kedua orang tersebut.

Benarkah Ms. Ruskin dibunuh? Apa motif pembunuhnya, apakah benar untuk mencuri papirus yang bisa menggegerkan dunia Kristen apabila terbukti kebenarannya atau untuk hal lainnya? 

Akhirnyaaa... Russell menikah juga dengan Holmes. Ya, sebenarnya saya juga sudah tahu sih kalau mereka pada akhirnya memang akan menikah. Toh, di akhir buku kedua, A Monstrous Regiment of Women, juga sudah disebut. Namun, tetap saja, ketika membaca buku ini saya bengong: "Lucu amat sih pernikahan mereka!!" Hihi. Jangan mengharapkan Holmes akan jadi lebih romantis pada istri sekaligus muridnya itu, karena nggak, perlakuan Holmes ke Russell sama sekali nggak berubah. Lihat saja, panggilan mereka ke satu sama lain tetap tidak berubah: Holmes dan Russell, bukan Sherlock dan Mary. Tapi kini pembaca bisa melihat beberapa kali mereka saling menyebut "suamiku tersayang", "istriku tercinta", dan sebagainya. Dan terasa juga betapa Russell sangat hapal dengan kebiasaan Holmes dan Holmes juga sangat peduli pada istrinya yang masih muda itu. Menurut saya, keputusan Laurie R. King untuk menggambarkan pernikahan Holmes-Russell yang seperti ini justru sangat tepat, karena tidak keluar dari karakter Holmes dan Rusell. Mereka cukup menikmati pernikahan mereka walau mungkin orang lain menganggapnya "dingin".


Kembali ke cerita... Menurut saya kali ini ceritanya nggak ribet-ribet banget. Action-nya makin berkurang dibanding buku kedua (yang sebenarnya sudah berkurang juga dibanding buku pertama, Beekeeper's Apprentice) tapi lebih menyenangkan untuk dibaca ketimbang buku kedua yang dipenuhi khotbah-khotbah agama dan Russell yang bekerja sendiri tanpa bantuan Holmes. Kali ini akhirnya pembaca bisa melihat Russell sebagai mitra yang sepadan untuk Holmes. Keduanya bekerja sama memecahkan kasus. Ada saat di mana mereka harus berpencar, melakukan penyelidikan masing-masing, lalu bertemu secara diam-diam untuk saling bertukar informasi dan menarik kesimpulan. 

Cerita masih diceritakan berdasarkan sudut pandang Russell, sehingga ketika Russell bekerja secara terpisah dengan Holmes, kita hanya mengetahui sejauh mana penyelidikan Holmes berjalan dari apa yang Holmes ungkapkan kepada Russell serta dari kesimpulan yang diambil Russell. Kita lebih banyak menikmati apa yang dilakukan Russell dalam penyelidikannya. Bagaimana Russell mempersiapkan karakter samarannya, yang dilakukan Russell guna menarik hati objek penyelidikannya, dan fakta-fakta apa yang ia dapat dan kesimpulan yang diambilnya. Menarik. Apa yang dilakukan Russell tentu berbeda dengan yang dilakukan John Watson dalam serial Sherlock Holmes versi Conan Doyle, di mana Watson kebanyakan hanya duduk sebagai pengamat dan mendokumentasikan apa yang diperbuat sahabatnya itu.

Sayang, ending cerita ini cukup membuat saya melongo dalam arti "lha kok begitu doang?" Tidak bermaksud untuk membocorkan akhir kisah, cuma terus terang saja, ketika melihat judul buku ini saya sudah berharap kalau sedikit banyak ceritanya akan setipe dengan kisah Robert Langdon di The Da Vinci Code karena toh sama-sama mengenai misteri Maria Magdalena dan perannya sebagai murid Yesus. Namun memang, tampaknya Laurie R. King sudah memutuskan untuk menjadikan novel ini sebagai novel detektif semata dan aman dari perdebatan agama. Tapi ya kenapa ending-nya harus begitu juga??? *pembaca kesel* 

Ya sudahlah.

Intinya, kisah Russell kali ini cukup menyenangkan untuk dinikmati dan saya berharap buku seterusnya akan dapat diterbitkan lagi oleh Qanita walau sepertinya serial ini kurang populer di Indonesia. Padahal, di luar negeri, serial Mary Russell ini sudah mencapai buku kedua belas. Yah, mari kita lihat saja.

6 komentar:

  1. Aaaaakkk...makin gak sabar pengen baca! Iya, di sini kayaknya gak terlalu disukai ya? Padahal aku jadi suka sama Holmes justru gara2 buku ini, hahaha! *dikepruk Sherlockians*
    Btw Na, kalo mau, silakan submit link review ini ke linky Readalong lho, kan kamu bacanya bulan ini juga. Lumayan buat ngomporin yg lain... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Udah kumasukin ya mbak. Tapi aku ga ikutan clubnya, soalnya aku kayaknya nggak bakal posting banyak lagi di sini.. Lagi mau pindahan blog. Nanti kalo blog barunya udah beres, mungkin aku ikutan clubnya, soalnya aku ada buku Jeffery Deaver nunggu dibaca juga. Hehe.

      Hapus
  2. Tadinya pengen kenalan sama Holmes lewat serial luar negerinya, tapi belum kesampaian. Dan sampai saat ini nggak tau kenapa dengan setting jaman dulu, saya belum pengen baca novelnya walaupun beberapa orang bilang menarik, Huft

    BalasHapus
  3. wah, aku suka sherlock sejak baca conan. sherlock yang ini aku belum baca tapi seri Sherlock Holmes lainnya http://resensi.ilarizky.com/2014/03/resensi-buku-sherlock-holmes-laskar.html udah :D makin penasaran kalo ada kasus baru. hehe

    coba nyari nanti deh kali aja qanita ada diskon :D makasih sharingnya, kak

    BalasHapus
  4. Ternyata memang kurang populer ya. Waktu itu sempet liat di gramed, buku biru ini, tapi ttp lebih milih beli yang Conan Doyle.. ^__^"

    BalasHapus
  5. Wah jadi penasaran sama ceritanya dan kasus-kasus yg slalu bisa dipecahkan.

    BalasHapus

Berikan pendapatmu mengenai post yang kamu baca di sini