Sabtu, 15 Juni 2013

Metamorfosa Oase

Judul: Metamorfosa Oase
Pengarang: Retni SB
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2006
Jumlah Halaman: 247
Harga: Rp. 38.000



"Oase. Itulah arti persahabatan bagi tiga perempuan beda usia, beda adat, beda karakter, dan beda komposisi akal sehat! Tapi perbedaan itu justru saling melengkapi. Membuat kaya. Memunculkan beraneka rasa. Asyik. Juga damai."

Zerlin, April, dan Bunga adalah tiga sahabat yang dipertemukan 8 tahun lalu di sebuah kos-kosan di bilangan Kampung Melayu. Ketiganya berasal dari lingkungan yang berbeda dengan sifat yang berbeda. Zerlin si blak-blakan dan trendi, April si seniman yang nyeleneh dan lebih suka ngelamun ketimbang menulis, dan Bunga yang pendiam tapi ternyata memiliki masa lalu pahit. Ketiganya mencoba berjuang hidup di tengah kejamnya rimba Jakarta. Ketiganya saling menghibur dan menguatkan di saat susah.

Kini, 8 tahun kemudian, ketiganya masih bersahabat dan memiliki permasalahan yang sama, yaitu cinta. Zerlin sudah ngebet ingin melepas status lajangnya, dan rasanya cowok yang mobilnya ia tabrak beberapa waktu yang lalu cukup berpotensi untuk menjadi pasangan hidup. Bunga mendadak kedatangan pria dari masa lalu yang sangat dibencinya. Dan April.. Duh kenapa ia harus jatuh cinta pada orang yang salah?

"Mereka menangis. Merasa persahabatan jadi seperti tirani!"

Pada akhirnya, persahabatan Zerlin, April, dan Bunga diuji lewat kehadiran pria-pria di hidup mereka. Mereka tidak bisa lagi menjadi diri mereka seperti dulu, yang saling terbuka dan membagi suka dan duka. Mereka kini menyimpan rahasia yang dapat menyakiti perasaan satu sama lain.

Berhasilkah Zerlin, April, dan Bunga mempertahankan persahabatan mereka yang kini sudah bermetamorfosis?

Metamorfosa Oase. Sebuah judul yang menggelitik rasa penasaran. Apa pula metamorfosa oase? Apakah metropop ini bersetting di Arab? Hehehe garing ya? Tapi itulah yang saya pikirkan ketika membaca judul novel ini. Apalagi ternyata sinopsisnya tidak menyinggung arti oase sama sekali. Baru ketika membaca ceritanya saya mengerti artinya. Sebuah judul yang catchy dan cerdik, menurut saya, dan sangat sesuai dengan isinya.

Metamorfosa Oase merupakan cerita mengenai tiga orang wanita lajang Jakarta yang, ditengah hiruk pikuk dan ruwetnya kehidupan mereka, menemukan persahabatan yang sejati yang memberi mereka semangat dan kekuatan untuk terus menjalani hidup. Persahabatan itu telah berhasil melewati usia 8 tahun. Selama waktu tersebut, Zerlin, April dan Bunga tidak selalu bersama-sama. Tuntutan pekerjaan membuat mereka kerap kali harus berada di jalan yang berbeda, namun, mereka tetap berusaha untuk meluangkan waktu. Namun kini ujian datang lagi dan berusaha untuk mengubah persahabatan mereka.

Saya suka tema yang diangkat dan saya juga suka betapa di eksekusinya, novel ini ternyata berhasil tetap fokus bercerita mengenai perkembangan persahabatan para tokohnya, tidak jatuh ke romance. Bagian romance ada, namun tidak mengambil alih tema. Ia hanya menjadi pendukung tema utama.

Saya suka gaya bercerita mbak Retni SB yang mengalir dan ceplas-ceplos. Rasanya persis seperti mendengarkan teman bercerita langsung di hadapan saya. Kocak, penuh emosi, dan juga seru. Namun entah kenapa saya merasa gaya bahasanya agak kuno. Agak mengingatkan saya pada cerpen-cerpen Femina tahun 80-an yang dibundel Mama saya dan suka saya baca kalau saya lagi niat ngaduk-ngaduk lemari. Buat saya pribadi sih tidak terlalu mengganggu karena saya sudah biasa namun entah ya kalau dibaca oleh orang lain yang lebih modern (jiah modern!) dari saya. Yang agak ganggu mungkin ketika mbak Retni SB menggambarkan tokoh Nandaz seperti Rudy Salam waktu muda. Iya sih mungkin dulu (duluuuu banget) Rudy Salam ganteng (walau setelah saya google ya, seganteng-gantengnya tetap saja old school. hehe). Kenapa Rudy Salam sih mbak? Kenapa bukan Anjasmara? Kenapa bukan Jeremy Thomas? Kenapa bukan Gunawan? Atau paling mentok Onky Alexander deh? Saya percaya generasi Zerlin cs lebih familiar dengan artis-artis sinetron tahun 90-an ketimbang Rudy Salam. Kalau saya sih mendengar nama Rudy Salam yang kebayang bapak-bapak kumisan di sinetron-sinetron. Atau paling mentok di ingatan adalah sitkom Ada-ada Saja, dimana Rudy Salam juga sudah kumisan.

Nandaz seganteng Rudy Salam? Hmm..

Cukup dengan Rudy Salam dan kembali ke cerita..

Yang saya sukai selanjutnya adalah penokohannya. Mbak Retni SB tidak membuat tokoh-tokohnya serba perfect, serba cantik, serba berduit, dan serba-serba lainnya. Ketiga tokoh utama digambarkan memiliki sifat berbeda dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Zerlin yang cablak terlihat selalu pede tapi sebenarnya dia merasa overweight dan berusaha mengurangi berat badannya. April yang cuek selalu berusaha membuat nyaman suasana dengan menyimpan perasaannya sendiri. Bunga dari luar terlihat paling dewasa dan kalem, namun ternyata ia sangat emosional dan ingin melarikan diri dari masalah. Buat saya, interaksi ketiga tokoh ini, dengan segala kekurangan dan kelebihan masing-masing, menjadi nilai positif untuk buku ini. Tokoh-tokoh pria dalam buku ini juga digambarkan cukup menarik, terutama Nandaz dan Aria. Aria digambarkan sebagai bajingan pada awalnya namun, seperti juga di kehidupan nyata, semua orang bisa berubah. Dan Nandaz.. yah sebenarnya ia pria yang cukup menarik walau sepanjang cerita saya malah membayangkan Rudy Salam seperti foto di atas.

Sayang, saya tidak begitu puas dengan endingnya. Kok ya begitu saja? Saya ingin lebih!!!

Sebagai penutup, perkenalan pertama saya dengan buku mbak Retni SB memberikan kesan yang baik. Walau masih nggak sreg dengan Rudy Salam tadi (udah deh Naaa...), rasanya saya jadi ingin membaca novel-novel mbak Retni SB yang lebih baru juga. Semoga ada kesempatan. Bolehlah dicoba oleh penggemar metropop.

Terima kasih untuk Rhein Fathia atas hadiah bukunya. Hehe.


2 komentar:

  1. Ya ampun mbak Nana. Ngakak aku baca bagian Rudy Salam >.<

    BalasHapus
    Balasan
    1. Abis... gengges.. Buku tahun 2006 kok referensinya Rudy Salam.

      Hapus

Berikan pendapatmu mengenai post yang kamu baca di sini