Minggu, 03 Maret 2013

Hanami

Judul: Hanami
Pengarang: Fenny Wong
Tahun Terbit: 2012
Jumlah Halaman: 447
Penerbit: GagasMedia
Harga: Rp. 53.000 (Bukukita Rp. 45.050 // Bukabuku Rp. 42.400)



Nishikado Sakura tidak pernah mengetahui asal usulnya. Sejak kecil, ia telah dirawat oleh Kawaguchi Keigo, pria yang 10 tahun lebih tua darinya, tanpa mengetahui ada hubungan keluarga apa sebenarnya dirinya dengan Keigo. Yang ia tahu, Keigo selalu merawat dan menjaganya dengan baik. Namun, seiring dengan bertambah dewasanya Sakura, rasa penasarannya semakin berkembang dan ia pun kerap frustrasi ketika mendapati Keigo tidak pernah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaannya seputar masa lalu keluarganya. Yang Sakura punya hanya selembar foto dengan wajah ibunya yang tengah membawa dango beserta nama Tsubaki yang tertera pada foto itu.

Suatu hari, ketika sedang berjalan-jalan dengan teman-teman sekolahnya, Sakura bertemu dengan seorang nenek penjual dango. Tak disangka, nenek itu mengenal Tsubaki dan menganggap Sakura mirip dengan Tsubaki. Tempat dango sang nenek ternyata adalah tempat dango yang sama yang menjadi latar foto Tsubaki milik Sakura. Melalui sang nenek, Sakura mengetahui kalau ternyata ia memiliki keluarga yang lain: ayah bernama Sakamura Kyosuke dan kakak lelaki bernama Sakamura Jin. Sakura tahu ibunya telah meninggal dunia. Tapi kemana ayah dan kakaknya?

Penyelidikan Sakura akhirnya membawanya menemui kakak laki-lakinya, Jin. Jin kini bekerja sebagai bartender di bar Zenith dengan nama Silver. Penampilannya urakan dan tindakannya kasar. Sayang, ia menolak mengakui kalau ia adalah kakak Sakura. Ia malah menganggap kalau Sakura adalah penyebab kematian ayahnya dan kesengsaraan dirinya.

Kebingungan Sakura bertambah tatkala ia tak sengaja mendengar Keigo menelepon seseorang yang dipanggilnya "Ayah". Siapakah ayah itu? Apakah Keigo dan Sakura selama ini memiliki seorang ayah? Kalau demikian, kenapa Keigo menutup-nutupinya dari Sakura? Dan kenapa Jin mengatakan kalau Sakura adalah pembunuh ayahnya?

Bagaimana kisah Sakura selanjutnya? Misteri apa yang selama ini ditutup-tutupi darinya? Berhasilkah ia mengungkap masa lalu keluarganya?

Agak bingung juga memberi penilaian untuk novel ini. Sebenarnya saya merasa novel ini unik. Seru. Saya suka bagaimana Fenny Wong menyusun alur cerita ini sehingga satu demi satu, rahasia demi rahasia terkuak. Saya suka twist-nya. Saya juga suka suasana Jepang di novel ini. Hanami-nya berasa banget dan sukses membuat saya ingin merasakan hanami sambil makan dango juga. Namun, saya merasa kurang "kena" dengan tokoh-tokohnya. Rasanya kurang hidup dan saya kurang bisa menangkap jalan pikiran dan perasaan para tokohnya. Padahal sih, bukannya penulis tidak menuliskan pikiran-pikiran si tokoh. Nah, untuk ini, saya akui, mungkin karena saya terbiasa membaca novel terjemahan yang menggunakan sudut pandang orang pertama alias cerita diceritakan oleh si "aku" yang juga tokoh utama cerita sementara di novel ini, pencerita berada di luar tokoh-tokoh dalam buku alias dari sudut pandang orang ketiga, jadi mungkin inilah alasan saya merasa kurang dekat dengan tokoh-tokohnya. Bagian romance-nya pun menurut saya kurang greget. Kurang chemistry. Rasanya prosesnya terlalu instan.

Tapi jangan diartikan kalau saya lantas mengatakan novel ini tidak bagus lho. Tidak. Tidak sama sekali. Ini adalah novel pertama karya Fenny Wong yang saya baca dan saya salut dengan kemampuannya menyusun alur yang bisa membuat pembaca penasaran untuk membaca novelnya sampai tuntas. Dengan cepat pula. Sejujurnya, saya adalah pembaca yang lambat. Saya biasa menghabiskan waktu satu minggu hanya untuk membaca novel 200-an halaman. Namun, untuk novel setebal 447 halaman ini, saya hanya butuh waktu satu setengah hari. Saya baru mulai membaca novel ini kemarin dan sore ini, saya telah menyelesaikannya. Ada beberapa bagian yang membuat saya bosan karena, yah itu tadi, saya merasa kurang bisa menyelami pikiran tokoh-tokohnya dan ada bagian yang saya rasa kurang greget. Namun, misteri-misteri yang menunggu untuk diungkap berhasil mengalahkan kebosanan saya dan membuat saya terus membalik halaman demi halaman sampai ke yang terakhir. FYI, saya sama sekali tidak skip halaman ketika membaca novel ini lho.

Nah, sekarang mari bicara tentang kemasan buku. Buku ini memiliki cover yang cantik sekali dan, saya akui, I DO judge a book by its cover. Lha iya toh, kalau nggak, apa gunanya cover designer? Kasih aja cover polos, ketik judul pakai font Times New Roman atau Century Gothic deh yang kerenan sedikit. Habis perkara. Tapi kan kenyataannya nggak begitu. Memangnya kita hidup di negara komunis dimana semuanya harus serba seragam? Jadi, selama penerbit masih hire cover designer, marilah kita menghargai kerja mereka dengan membeli buku-buku yang cover-nya memanjakan mata *Ih ini apaan sih? Kok jadi OOT begini??* Tapi sayang, sinopsis backcover-nya sama sekali tidak memberikan informasi soal isi ceritanya. Ini sering saya temui di buku-buku terbitan GagasMedia dan, terus terang, membuat saya terkadang malas menyomot bukunya di toko buku. Soalnya saya seperti membeli kucing dalam karung. Untung ada Goodreads, jadi sebelum memutuskan untuk beli atau baca satu buku, saya bisa baca review teman-teman terlebih dahulu di sana. Sekedar masukan, sebaiknya sinopsis benar-benar menggambarkan isi cerita, bukannya membuat puisi  atau cerita baru di sana. Pilihan kertas, font, dan desain isi buku menurut saya sangat baik, memanjakan mata. Kesalahan penulisan masih ada. Yang lumayan membuat bingung adalah di Bab 17, pada adegan dimana Sakura yang sedang berada di Tokyo bersama Jin harus segera kembali ke Nara untuk menemui Keigo. Kenapa di beberapa percakapan malah seakan-akan Sakura dan Jin berada di Nara dan hendak pergi menemui Keigo di Tokyo? Hmm....

Secara keseluruhan, saya cukup menyukai kisah Hanami. Untuk pembaca yang juga menggemari budaya Jepang dan suka bermain ala detektif mungkin bisa mencoba membaca novel ini.

Terima kasih Sabrina Zheng yang telah memberikan saya buku ini.

6 komentar:

  1. Glad you like the book, Nana :)
    Setuju sih, aku kurang bisa connect sama tokoh2nya. Tapi mungkin emang bukan tipe karakter kesukaan kali ya hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks banget Sabrina bukunya! Ehehe.. Iya, kayaknya tokohnya kebanyakan diam dan pasrah dengan keadaan. Tapi twistnya oke lah. Bikin penasaran nebak-nebak. ehehe

      Hapus
  2. pengen baca buku ini >.<

    BalasHapus
  3. Wah, saya baru baca ini sekarang. Makasih reviewnya, Nana. :) Glad you enjoyed it!

    BalasHapus
  4. Kalau mau beli buku ini dimana ya? Agak susah nyarinya sekarang.

    BalasHapus

Berikan pendapatmu mengenai post yang kamu baca di sini