Sabtu, 02 Februari 2013

Cintapuccino

Judul: Cintapuccino
Pengarang: Icha Rahmanti
Tahun Terbit: 2004
Jumlah Halaman: 257
Penerbit: Gagasmedia
Harga: Rp. 32.000


Pernahkah kamu terobsesi dengan satu cowok segitu dalamnya, sampai-sampai rasanya apapun yang kamu lakukan selalu berkaitan dengannya?

Rahmi mengalami obsesi kronis terhadap seniornya semasa SMA, Dimas Geronimo atau Nimo. Segitu parahnya sampai 10 tahun kemudian, ketika Rahmi bahkan hampir menikah dengan pacarnya yang serba perfect, Raka, hati dan otaknya masih belum bisa melupakan Nimo. Padahal bukannya pernah ada sesuatu yang romantis antara Rahmi dan Nimo lho. Nimo yang terkenal playboy dan kerap gonta-ganti pacar sepertinya tidak pernah menaruh perhatian lebih pada Rahmi. Hanya Rahmi yang tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari lelaki itu. Ia bahkan rela kuliah dan bekerja di tempat yang sama dengan Nimo hanya untuk merasa patah hati berkali-kali karena kesempatannya untuk berdekatan dengan Nimo tidak pernah datang.

Suatu hari, di sebuah restoran, karena sebuah pemantik api, Rahmi bertemu kembali dengan Nimo. Lalu seperti sudah ditakdirkan saja, pertemuan secara kebetulan itu terus berlanjut, memorakporandakan hati Rahmi, bahkan membuatnya ragu untuk menjalani masa depannya dengan Raka. Apalagi kali ini jelas-jelas Nimo mendekatinya.

Apakah Nimo benar-benar jodoh Rahmi? Atau ia hanya sekedar obsesi masa SMA-nya?

Dulu, ketika saya pertama kali baca novel ini, saya baru masuk kuliah. Dan saya dulu juga punya cerita yang mirip cerita Rahmi dan Nimo masa SMA. Waktu itu, saya merasa bisa relate dengan kisah SMA Rahmi, tapi bukan masa-masa setelahnya, karena saya belum mengalaminya. Saya hanya bisa membayangkannya, apakah begini cara berpikir dan cara hidup wanita dewasa yang telah berkarir? Waktu baca novel ini dulu, rasanya WAH banget! GUE banget! Dan... bertanya-tanya juga.. Mungkinkah kisah Rahmi akan bisa terjadi pada saya juga nanti? Buku ini membawa saya berimajinasi mengenai masa depan saya dan "dia". Mungkinkah? Mungkinkah? Mungkinkah?

Namun, ketika saya membaca buku ini lagi saat ini, ketika umur saya lebih tua dari Rahmi (tapi belum ada tanda-tanda mau nikah. Bleh!), kesan yang saya dapat malah berbeda. Rahmi berubah menjadi sosok yang amat sangat konyol buat saya. Buat saya obsesinya itu berlebihan. Sakit. Semua orang mengalami cinta monyet seperti yang dialami Rahmi, tapi apakah sampai 10 tahun kemudian perasaan itu masih segitu besarnya? Padahal ini ngomongin cowok yang bahkan nggak pernah mencoba menarik perhatian or kasih clue apapun ke dia lho. Kok sampai segitu penasarannya? Kok sampai segitu berpengaruhnya ke otaknya? Apakah orang seumur Rahmi masih memiliki jalan pikiran seperti itu?

Tentu pemikiran saya ini subjektif sifatnya. Mungkin saya saja yang kurang romantis. Saya pun merasa demikian. Dari sekian tokoh di novel Cintapuccino, saya merasa paling mirip dengan tokoh Raka, tunangannya Rahmi, walau saya belum sesukses dia di karir. Raka itu pribadi yang lebih banyak menggunakan logika ketimbang perasaan. Semua dihitung baik-baik untung-ruginya. Ia selalu kalem menghadapi masalah, bahkan saat orang lain di sekitarnya panik. Ia bahkan rela mengorbankan perasaannya kalau itu untuk sesuatu yang dia anggap lebih baik buatnya dan buat orang yang dicintainya. Rahmi, di lain pihak, adalah tipikal orang yang lebih banyak dikuasai perasaan dari otaknya. Lihat saja pertimbangannya untuk memilih jurusan kuliah dan tempat kerja (yang mengikuti Nimo, tapi ternyata dia nggak jodoh juga. Dekat di mata jauh di hati, hehe). Lalu keputusan impulsifnya untuk berhenti bekerja. Rasanya saya kok ya jauh banget dari sifat Rahmi. Jadi, kalau pembaca review ini ada yang berpikiran lain, harap maklum ya. Ini murni subjektif.

Mengenai alur, saya masih tetap mengacungkan jempol kepada Icha Rahmanti karena berhasil membuat alur yang memikat dan membuat buku ini sulit ditinggalkan barang sedetik pun. Alur maju mundur dan flashback yang penuh dengan warna kehidupan remaja saat itu menurut saya benar-benar bagus. Segank naik Starlet, lagu Titi DJ, DocMart... Saya bisa membayangkan kalau saat itu yang sedang ngetop pasti kemeja putih gombrong dan rok span abu-abu yang mini banget, beda dengan jaman sekarang dimana anak-anak perempuan SMA lebih memilih kemeja pas badan dan.. rok.. panjang. Rok panjang sih bukan pilihan ya, tapi memang diwajibkan sekolah. Ihihihi! Sayang, di akhir kok seperti ada lubang di alurnya. Endingnya terlalu dipaksakan untuk berakhir cepat. Seandainya Icha Rahmanti mau bercerita lebih banyak tentang Nimo, apa yang dia pikirkan di rentang 10 tahun cerita.. Bagaimana perasaannya sebenarnya ke Rahmi dan apa alasannya mengencani cewek-cewek secara random (Rahmi membuat list pacar-pacar Nimo, tapi nggak nemu pattern-nya sama sekali. Tipe cewek yang dipacari Nimo itu selalu beraneka ragam!) mungkin cerita akan dapat berakhir lebih smooth dan pembaca akan bisa lebih mengerti karakter Nimo, di luar Nimo versi obsesi Rahmi.

Sayang, banyak kesalahan penulisan di novel ini. Cukup ganggu kenikmatan membaca saya saking banyaknya. Namun saya lalu ingat kalau di masa novel ini pertama terbit, novel genre ini belum terlalu menjamur dan penerbitnya sepertinya juga masih baru. Dulu sepertinya setiap beli buku pasti terbitan Gramedia. Gagas Media? Apaan tuh? Hehehe.. Jadi, saya bisa maklum untuk kesalahan ini. Semakin ke sini toh kualitas terbitan Gagas Media sudah membaik. Ya kan? Ya kan?

Menutup review ini... Mungkin saya agak nggak cocok dengan karakter Rahmi, tapi itu saya, bukan pembaca lain. Di luar ketidakcocokan itu, saya merasa buku ini sangat asyik untuk dibaca, apalagi oleh generasi 90-an sampai awal 2000-an. Generasinya Panji Manusia Millenium. Hehehe. Kamu akan bisa bernostalgia dengan membaca buku ini. Recommended banget. Oh iya, buku ini sudah difilmkan dengan pemain Sissy Priscilia, Miller, dan Aditya Herpavi. Bagi yang mau menonton silahkan lho, tapi saya sarankan untuk baca novelnya terlebih dulu. Lihat cuplikannya DISINI.

Eh iya lupa!!! Ini adalah salah satu dari hadiah buku dari Mbak Rhein Fathia karena saya berhasil menang lomba review di blognya. Thanks mbak! Sukses buku CoupL(ov)e-nya!!

9 komentar:

  1. Eh, aku pernah tuh terobsesi sama temen cowok jaman SMP dulu, cukup ngendon lama di kepala, sampe kuliah, meski ngga pernah ketemu, cuma dengar kabar selentingannya saja. Tapi aku ngga segila Rahmi yg sampe put aside calonnya hanya demi cowok dengan perasaan ngga jelas :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi.. Kayaknya bagian obsesi itu emang smua orang pernah punya. Makanya banyak yang bilang buku ini "gue banget". Tapi sejauh apa obsesinya, itu yang beda2. Nah Rahmi ini udah tingkat kronis. Ihihi

      Hapus
  2. Sebenernya Rahmi terobsesi dengan Nino sampe 10 tahun itu karena dia penasaran sama Nino, sebegitu kerenkah Nino? Tapi toh pada akhirnya waktu sama Nino, juga biasa biasa aja kan... Aku banget sih, tapi belom sampe 10 tahun, dan jangan sampe wks.

    BalasHapus
  3. Keren banget nih novel bahkan filmnya juga oke. sip lah

    BalasHapus
  4. novel romance pertama yg aku baca..emang jadul tapi khas. filmnya jg bagus

    BalasHapus
  5. Belum pernah baca buku ini... kayana menarik banget dari review kk.... semoga bisa baca secepetnya :D

    BalasHapus
  6. Ya ampun Rahmi >< sampai sebegitunya :o
    tapi pas kakak buat recommen banget saya pengen baca *labil hiihi pantang liat kata recomen pasti pengen baca :D*

    BalasHapus
  7. Sampai detik ini aku masih terobsesi sama teman SMAku
    Aku tau semua tentang dia karena aku terobsesi bangat
    5 tahun aku selalu berharap ewh malahan dia pacar banyak bangat😭😭
    Tapi sesungguhnya hati ini masih mencintainya
    Aku tidak tau knapa😭

    BalasHapus

Berikan pendapatmu mengenai post yang kamu baca di sini