Meme ini diadakan oleh blog Books To Share punya Mbak Astrid. Kalau mau ikutan, bisa lihat caranya dan link Wishful Wednesday teman-teman lainnya DISINI. Untuk tahun ini katanya bakal ada giveaway berdasarkan entry-entry kita lho.. Tunggu tanggal mainnya, follow blognya!! *blog Mbak Astrid, bukan blog saya. Tapi kalo mau follow blog saya, saya juga nggak keberatan kok ^_^*
PULANG
karya Leila S. Chudori
Sinopsis:
Pulang adalah drama keluarga, persahabatan, cinta dan
pengkhianatan berlatar belakang tiga peristiwa bersejarah: Indonesia 30
September 1965, Prancis Mei 1968, dan Indonesia Mei 1998.
Paris, Mei 1968.
Ketika revolusi mahasiswa berkecamuk di Paris, Dimas Suryo seorang eksil politik Indonesia bertemu Vivienne Deveraux, seorang mahasiswa Prancis yang ikut demonstrasi melawan pemerintah Prancis. Pada saat yang sama, Dimas menerima kabar dari Jakarta: Hananto Prawiro, sahabatnya, ditangkap tentara dan dinyatakan tewas. Dimas merasa cemas dan gamang. Bersama puluhan wartawan dan seniman lain, dia tak bisa kembali ke Jakarta karena paspornya dicabut oleh pemerintah Indonesia. Sejak itu mereka mengelana tanpa status yang jelas dari Santiago ke Havana, ke Peking dan akhirnya mendarat di tanah Eropa untuk mendapatkan suaka dan menetap di sana.
Di tengah kesibukan mengelola Restoran Tanah Air di Paris bersama tiga kawannya: Nug, Tjai, dan Risjaf—mereka berempat disebut Empat Pilar Tanah Air—Dimas, terus-menerus dikejar rasa bersalah karena kawan-kawannya di Indonesia satu persatu tumbang, dikejar, ditembak, atau menghilang begitu saja dalam perburuan Peristiwa 30 September. Apalagi dia tak bisa melupakan Surti Anandari—isteri Hananto—yang bersama ketiga anaknya berbulan-bulan diinterogasi tentara.
Mei 1998.
Lintang Utara, puteri Dimas dari perkawinan dengan Vivienne Deveraux, menyatakan keinginannya untuk ke Indonesia dan merekam pengalaman keluarga korban tragedi September 30 sebagai tugas akhir kuliah. Apa yang terkuak oleh Lintang bukan sekadar masa lalu ayahnya dengan Surti Anandari, tetapi juga bagaimana sejarah paling berdarah di negerinya mempunyai kaitan dengan Ayah dan kawan-kawan ayahnya. Bersama Segara Alam, putera Hananto Prawiro, Lintang menjadi saksi mata apa yang kemudian menjadi kerusuhan terbesar dalam sejarah Indonesia: kerusuhan Mei 1998 dan jatuhnya Presiden Indonesia yang sudah berkuasa selama 32 tahun.
Ketika revolusi mahasiswa berkecamuk di Paris, Dimas Suryo seorang eksil politik Indonesia bertemu Vivienne Deveraux, seorang mahasiswa Prancis yang ikut demonstrasi melawan pemerintah Prancis. Pada saat yang sama, Dimas menerima kabar dari Jakarta: Hananto Prawiro, sahabatnya, ditangkap tentara dan dinyatakan tewas. Dimas merasa cemas dan gamang. Bersama puluhan wartawan dan seniman lain, dia tak bisa kembali ke Jakarta karena paspornya dicabut oleh pemerintah Indonesia. Sejak itu mereka mengelana tanpa status yang jelas dari Santiago ke Havana, ke Peking dan akhirnya mendarat di tanah Eropa untuk mendapatkan suaka dan menetap di sana.
Di tengah kesibukan mengelola Restoran Tanah Air di Paris bersama tiga kawannya: Nug, Tjai, dan Risjaf—mereka berempat disebut Empat Pilar Tanah Air—Dimas, terus-menerus dikejar rasa bersalah karena kawan-kawannya di Indonesia satu persatu tumbang, dikejar, ditembak, atau menghilang begitu saja dalam perburuan Peristiwa 30 September. Apalagi dia tak bisa melupakan Surti Anandari—isteri Hananto—yang bersama ketiga anaknya berbulan-bulan diinterogasi tentara.
Mei 1998.
Lintang Utara, puteri Dimas dari perkawinan dengan Vivienne Deveraux, menyatakan keinginannya untuk ke Indonesia dan merekam pengalaman keluarga korban tragedi September 30 sebagai tugas akhir kuliah. Apa yang terkuak oleh Lintang bukan sekadar masa lalu ayahnya dengan Surti Anandari, tetapi juga bagaimana sejarah paling berdarah di negerinya mempunyai kaitan dengan Ayah dan kawan-kawan ayahnya. Bersama Segara Alam, putera Hananto Prawiro, Lintang menjadi saksi mata apa yang kemudian menjadi kerusuhan terbesar dalam sejarah Indonesia: kerusuhan Mei 1998 dan jatuhnya Presiden Indonesia yang sudah berkuasa selama 32 tahun.
Kenapa buku ini? Simpelnya sih karena bercerita tentang sejarah negara sendiri, Indonesia, yang jarang dibahas, yaitu tentang eksil dan keturunan-keturunannya. Ditambah lagi, buku ini ditulis oleh Leila S. Chudori yang saya suka banget gaya tulisannya di resensi film Tempo. Hehe. Penasaran juga karena banyak yang bilang buku ini bagus dan pas IRF kemarin, saya nggak berhasil dapat gratisannya.
Itu buku yang saya inginkan minggu ini. Apa buku keinginanmu?
Halo mbak, saya sering mampir ke blog ini awalnya krn TMYW... sukaaa bgt header-nya yg baru *salah fokus*
BalasHapussemoga wishlist-nya terkabul ya.. :)
Hai Lulu!!
HapusTenang.. walau TMYW udah nggak ada, tapi tahun ini diusahakan banyak giveaway juga, dan.. beberapa bakal berhadiah voucher. Semoga wishlist kamu juga bisa terkabul. Ehehe.
Thanks yaa udah suka headernya.. tapi tau ukuran header di templatenya jadi nyusut nih. Bingung ganti codingnya. hehe..
wahhh WW nya sama dengan melissa, emang beneran bikin penasaran ya buku ini!
BalasHapusBangedddhhh pake D pake H mbak. Ehehe.. Sama Amba sih satu lagi yang pengen aku baca. Tapi tebel bener dan muahal yak.. IRF taun depan bookwar-bookswap ada yang mau naro buku ini ga ya?? *jauh amat taun depan*
Hapuswuah, sama ama Melisa dong WW-nya, semoga segera dapat :)
BalasHapusAmiin.. tapi entah kapan bacanya mas.. dapetnya nanti2 aja juga nggak apa2. hehehe
HapusPenasaran deh sama buku ini. Joko Anwar bilang bagus. Genrenya juga historical fiction, genre yang kusuka. ^^
BalasHapusSepertinya emang bagus, soalnya Leila S.Chudori sampai riset lumayan lama di Perancis. Makanya makin penasaran. Heehe
Hapus