Kamis, 01 November 2012

Circa

Judul:  Circa
Pengarang: Sitta Karina
Tahun Terbit: 2008
Jumlah Halaman: 198
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp. 32.000


Almashira Raiz adalah remaja yang beruntung. Ia mendapatkan kesempatan magang di perusahaan kosmetik favoritnya, Circa. Cewek yang hobi tenis dan punya segudang talenta ini memang punya ambisi untuk menjadi ahli kosmetik. Sayang, disana ia harus berpartner dengan anak pemilik perusahaan yang tengil dan juga musuh kakak Alma, Genta. Genta dan Alde, kakak Alma, tadinya bersahabat namun kini bermusuhan tanpa alasan yang diketahui Alma dengan jelas.

Genta terkenal playboy dan pemalas. Kerjanya hanya menghambur-hamburkan uang Babeh (sebutan Genta ke ayahnya). Kerjanya pun suka bolos, membuat Alma kewalahan. Namun, dengan tekad baja, Alma berusaha mengubah Genta agar bisa serius bekerja. Kegigihan Alma membuat Genta kemudian tertarik padanya. Sayang, kakak Alma, Alde, menentang kedekatan Alma dengan Genta.

Suatu hari, ayah Genta meninggal dunia karena serangan jantung. Circa heboh. Sebagian BOD ingin agar Circa dilelang saja karena tidak percaya Genta dapat memimpin perusahaan menggantikan ayahnya. Alma tidak ingin perusahaan kosmetik yang sangat disukainya itu ditutup, maka ia dan Genta berjuang mempertahankan Circa.

Berhasilkah Alma dan Genta mempertahankan Circa? Apakah Genta sanggup berubah menjadi bertanggung jawab?

Baru kali ini saya membaca stand alone novel dari Sitta Karina. Sebelumnya, saya selalu membaca serialnya, yaitu Hanafiah dan Aerial. Novel Circa bergenre teenlit dan menurut saya, untuk ukuran teenlit, temanya cukup unik karena tidak saja tentang cinta-cintaan tapi juga mengangkat tema kerja keras remaja dalam mencapai cita-citanya. Sayang, menurut saya, Sitta Karina kurang mengeksplor seluk beluk perusahaan kosmetik dan lebih banyak menceritakan masalah personal para tokohnya di luar Circa. Selain itu, plot novel ini juga bercabang terlalu banyak. Sejarah persahabatan ibu Genta dan Alma, sejarah persahabatan Genta dan Alde yang rusak, kisah persahabatan Alma dengan Sai, sahabatnya, lalu tentang Trudi si blasteran Amerika yang gaul... Menurut saya itu semua terlalu banyak untuk diceritakan di sebuah novel yang hanya setebal 198 halaman, dengan font besar pula. Akibatnya, subplot-subplot tersebut tidak mendapatkan porsi cukup dan terkesan sekedar tempelan. Seandainya Sitta Karina memperbanyak halaman novelnya, mungkin hal ini bisa menjadi lebih baik.

Gaya bercerita Sitta Karina masih seperti biasanya, ringan dan mengalir. Salah satu kekuatan penulisan Sitta Karina (selain pengetahuannya yang luas, jadi setiap baca bukunya saya pasti selalu dapat pengetahuan baru) menurut saya adalah cara bertuturnya yang mudah diikuti. Namun penggunaan kata-kata bahasa Inggris yang suka timbul di antara bahasa Indonesia yang biasa dipakai Sitta Karina untuk kali ini terasa agak mengganggu karena, tidak seperti dalam serial Hanafiah, tokoh-tokoh dalam novel Circa bukanlah orang-orang yang memiliki pergaulan tingkat atas dan internasional. Percakapan gado-gado bahasa Inggris-Indonesia malah jadi terkesan janggal.

Walau demikian, jalan cerita Circa cukup menarik dan unik untuk saya. Saya suka membaca kisah remaja yang benar-benar berjuang untuk meraih cita-citanya. Bacaan ini dapat memberi motivasi bagi pembacanya. Saya rekomendasikan novel ini untuk remaja terutama yang memiliki cita-cita dan minat di bidang fashion dan kecantikan.

4 komentar:

  1. Wah, kapan ya terakhir Baca teenlit local? Kalo ngga salah tulisannya Orizuka yang Infinitely Yours. Tahun berapa gitu hehehe.... Boleh juga buku ini direkomen ke murid2 cewekku yang tergila2 drama Korea, biar ada selingan baca buku gitu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karya Orizuka yang ga tentang Korea kayak I For You juga bagus. High School Paradise series juga kayaknya bagus klo liat review org2 *pengen baca juga nih*. Aku juga suka Dyan Nuranindya sama Esti Kinasih. Bisa dicoba. Hehe

      Hapus
  2. Dikit banget, Mbak, cuman 198 halaman. Biasanya kalau buku yang setipis itu kurang puas bacanya. -,-
    Btw, nice review, Mbak. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya tipis. Makanya menurutku subplotnya kebanyakan. Penyelesaiannya jadi terkesan buru2. Padahal kalo lebih tebel mungkin twistnya bisa digarap lebih seru.

      Hapus

Berikan pendapatmu mengenai post yang kamu baca di sini