Jumat, 28 September 2012

Chemistry Cinta di Wakatobi

Judul: Chemistry Cinta di Wakatobi
Pengarang: Dedi Oedji
Jumlah Halaman: 325
Penerbit: Elex Media Komputindo
Harga: Rp.49.800





Bagas, si mahasiswa abadi yang sibuk menjadi fotografer majalah kampus dan juga aktivis kampus, tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengadakan penelitian skripsi di Wakatobi, Sulawesi Tenggara, setelah temannya sesama aktivis kampus yang sekarang bekerja di salah satu NGO internasional, Anisa, menawarkan hal tersebut ke Bagas. Wakatobi adalah kampung halaman Anisa.

Pada mulanya Bagas berpikir bahwa Anisa akan menemaninya melakukan penelitian di Wakatobi. Namun ternyata Anisa harus buru-buru kembali ke Jakarta untuk menghindari pertunangan dengan Zubair, seorang pengusaha, yang secara diam-diam dijodohkan kedua orang tua Anisa kepadanya. Sepeninggal Anisa, Bagas ditemani Wa Dambe, seorang wanita yatim piatu suku Bajo Sampela yang juga menjadi saudara angkat Anisa, untuk berkeliling Wakatobi. Keberadaan Wa Dambe sangat membantu Bagas karena selain sebagai penunjuk jalan dan penerjemah, Wa Dambe juga memperkenalkan Bagas dengan kehidupan sehari-hari warga Bajo.

Suatu hari Bagas menemukan kalau Wa Dambe tidak bisa baca tulis. Berkat bujukan Bagas, akhirnya Wa Dambe mau diajari Bagas membaca dan menulis. Setelah Wa Dambe fasih membaca dan menulis, Wa Dambe mulai mengajari sesama wanita suku Bajo membaca dan menulis. Semangat dan keuletan Wa Dambe tanpa Bagas sadari telah menimbulkan getaran-getaran di hati Bagas. Dengan kameranya, Bagas lantas mengabadikan momen-momen belajar (dan kemudian mengajar) Wa Dambe itu. Foto-foto yang dihasilkan Bagas diikutsertakan ke lomba fotografi di Jakarta.

Sementara mengerjakan skripsinya, Bagas juga mulai berperan aktif dalam menganalisa dan mencari solusi untuk masalah kemiskinan yang dialami suku Bajo, yang walau berada di tengah laut yang kaya hasil bumi malah hidup melarat. Salah satu penyebab kemelaratan itu adalah kurangnya suntikan modal dari pemerintah, menyebabkan masyarakat Bajo harus meminjam uang kepada lintah darat. Bagas tidak menyangka bahwa Zubair, tunangan Anisa, ternyata adalah salah satu lintah darat itu. Selain itu, Zubair juga turut berperan dalam perusakan ekosistem laut di Wakatobi.

Foto-foto Wa Dambe ternyata berhasil membawa Bagas mengantongi juara favorit di lomba fotografi. Sayang, hal ini membuat berang Anisa, yang ternyata merasa posisinya sebagai aktivis kesetaraan gender terancam. Ia merasa Bagas menusuknya dari belakang dengan memberitakan kepada masyarakat kalau ternyata Anisa memiliki saudara angkat yang buta aksara. Seakan belum cukup, kemudian tersiar kabar bahwa Wa Dambe hamil. Bagas kini dituduh sebagai orang yang telah menghamili Wa Dambe. Hubungan Bagas dengan Anisa terancam rusak.

Siapa yang menghamili Wa Dambe? Bagaimana hubungan Bagas dan Anisa selanjutnya? Berhasilkah Bagas menyelesaikan skripsinya?

Baru kali ini saya membaca novel dengan tokoh-tokoh yang berlatar belakang sebagai aktivis kampus atau LSM, dengan setting tempat mayoritas di luar kota besar pula. Dan ternyata saya cukup menyukainya. Mungkin saya memang sudah bosan dengan cerita kehidupan remaja-remaja kota besar yang konfliknya itu-itu saja: keluarga berantakan, cinta segitiga, ngobat, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, novel ini terasa memberikan penyegaran untuk saya.

Saya suka bagaimana pengarang bercerita mengenai keindahan alam Wakatobi, terutama dunia bawah lautnya. Saya suka juga gambaran kehidupan masyarakat Bajo plus makanan utama mereka. Jadi pengen kesana dan ngerasain sendiri hidup di tengah masyarakat Bajo! Hehe. Benar-benar menggambarkan keindahan dan kekayaan yang dimiliki negara ini. Saya juga suka bagaimana pengarang menceritakan kehidupan Bagas dan Anisa sebagai aktivis. Semangat dan idealisme keduanya benar-benar tergambarkan di novel ini.

Mengenai konflik yang diangkat dalam cerita, menurut saya juga sangat menarik. Novel ini memotret realitas yang terjadi di negara ini, bukan cuma di Wakatobi sebenarnya, namun juga di tempat lain, dimana kesejahteraan masyarakat ternyata tidak bisa dirasakan dengan merata. Bantuan pemerintah pun ternyata tidak sampai pada sasarannya. Sebagai intermezzo, saya ingat, salah satu teman saya yang baru berwisata backpacking ke Manado mengatakan kalau ada seorang bapak disana yang bilang ke dia: "Kita sih nggak hidup di Indonesia. Indonesia itu cuma Jawa aja!" saking merasa kalau perlakuan pemerintah ke daerah-daerah lain di luar Jawa sungguh tidak adil. Kembali ke cerita di novel.. Ada Wa Dambe yang menggambarkan betapa ternyata pendidikan itu masih sulit diakses oleh warga-warga di pedalaman. Ada nelayan-nelayan yang terpaksa mencari ikan hias dengan obat bius yang merusak ekosistem karena desakan ekonomi. Selain itu, sosok Anisa juga menggambarkan betapa seseorang yang pada mulanya idealis dan bertujuan baik bisa melenceng menjadi hanya mementingkan ambisi dan nama baiknya sehingga mengorbankan apa yang semula menjadi tujuan hidupnya.

Sayangnya, konflik yang sudah dibangun sedemikian bagusnya di awal tidak tergarap dengan cukup baik. Saya merasa penyelesaiannya seperti dipercepat sekali. Seharusnya konflik ini bisa digarap lebih mendalam dan kompleks. Saya menginginkan lebih banyak mengenai hubungan Anisa dan Zubair, si aktivis LSM yang idealis dan vokal yang bertunangan dengan perusak ekonomi rakyat kecil dan ekosistem laut. Saya juga menginginkan lebih banyak peran Bagas dalam pemberdayaan masyarakat Wakatobi. Dan tentu saja, karena judulnya Chemistry Cinta, saya juga menginginkan kisah cinta yang lebih mendalam antara Bagas dengan Wa Dambe (dan juga Anisa). Sayangnya, hal ini tidak saya dapatkan di novel ini. Seandainya percakapan-percakapan ngalor-ngidul Bagas-Anisa di bagian depan buku bisa sedikit dipotong guna menyisakan lebih banyak halaman di belakang untuk pengembangan cerita, novel ini bisa lebih baik lagi.

Satu kekurangan lagi menurut saya dan saya mendapati ini cukup mengganggu, adalah penggunaan bahasa Inggris yang berlebihan dan suka salah grammar atau vocabulary di novel ini. Hampir di tiap halaman novel ini terdapat kata yang di-italic alias kata asing. Saya kurang mengerti apakah memang beginilah bahasa yang digunakan pengarang dalam percakapan sehari-hari, karena terus terang saya tidak berkomunikasi seperti itu, sehingga inilah cara pengarang membuat pembicaraan antar tokohnya senatural mungkin untuk dapat dinikmati pembaca. Namun sebaiknya jangan terlalu banyak menggunakan bahasa Inggris, terutama jika di bahasa Indonesia sudah ada padanannya. Beberapa penggunaan bahasa Inggris yang saya nilai salah adalah:
"...that's right?" seharusnya "...is that right?" karena berupa pertanyaan.

" food dan bevarage yang tadi dipesan." seharusnya "food and beverage" atau  "makanan dan minuman" saja.
"Doi meng-approved judul penelitian.." seharusnya "Doi meng-approve judul penelitian.." karena kata approve bersifat aktif, bukan pasif, atau tulis saja "Doi menyetujui judul penelitian.."
"Apalagi menggunakan kapal kayu. Lebih adventureious!" seharusnya "adventurous".
"Of course! Don't worry. It's can be okay." seharusnya "Of course! Don't worry. It's okay."
Dan masih ada beberapa sebenarnya. Tapi ya sudahlah. Hehe.

Namun begitu, pada kesimpulannya, novel ini sangat layak dibaca kok. Cara bertutur pengarang sudah cukup bagus. Idenya unik dan baru. Pesan moralnya tersampaikan ke pembaca. Buat teman-teman yang sudah tertarik baca buku ini, jangan membatalkan niat membeli hanya karena baca kritikan saya untuk buku ini. Buku ini bisa membuat teman-teman lebih mencintai dan peduli terhadap Indonesia. Buat pengarang, jangan jadikan kritik saya sebagai sesuatu yang membuat patah semangat ya, karena saya tidak berniat menjatuhkan malah ingin memberi masukan. Saya menunggu karya anda selanjutnya, penasaran dengan bagian Indonesia mana lagi yang akan diangkat menjadi setting lokasi cerita.

Recommended untuk para pembaca yang ingin tahu lebih banyak mengenai negara Indonesia.


28 komentar:

  1. pertama baca judul ada kata 'WAkatobi' langsung masukin ke wishlist, dan ternyata emang bagus ya. Sip, bakalan berburu di tobuk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe. langsung beli kalo gitu. Gramedia masih ada disc 20% nih pake BCA sampe 30 September saja.. *promosi*

      Hapus
    2. Yoii..buruan beli..hehe..reviewnya bagus ya Mbak Nana..oo..smpe tgl 30 toh? Kirain sampe tgl 21 kemaren aja..hehe..

      Hapus
    3. Haha. ternyata emang cuma sampe tanggal 21. Barusan ke Gramedia dibilangin gitu. Akhirnya cuma dapet disc 10% karena pake BCA bayarnya. ngok!

      Hapus
  2. Aku kemarin uda megang2 buku ini Na, tapi ga jadi tak ambil~

    Langsung masukin wishlist!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wishlistnya kayaknya banyak banget tuh Ky. Ahahahaha..

      Hapus
  3. Wah Wakatobi~ salah satu kampung halamannya Adel temen sekampusku, dia sering cerita2 Wakatobi itu bagus banget pantainya hehe. Dan setelah aku baca review di atas sepertinya memang patut di coba deh baca buku ini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaah enak banget kampung halamannya di Wakatobi!! Iriii.. Eh brarti kamu bisa numpang nginep gratis kalo kesana. Heheheh..

      Hapus
    2. Hehehe iya, temenku pulangnya setahun sekali sih karena jauh memang dari Surabaya dan butuh dana lebih buat ke sana, kalo ada rejeki bisa di coba tuh main2 ke Wakatobi :D

      Hapus
  4. Wow wakatobi~ sepertinya bagus ya novelnya walaupun tadi seperti yang Nana bilang tentang grammar hehe jadi siapa yang menghamili si itu?? *mikir sendiri*

    BalasHapus
    Balasan
    1. Baca novel ini emang bikin ngiler.. pengen liburan ke sana. kkk..

      Hapus
  5. Semakin pengen ke wakatobi jadinya...
    Thank you reviewnya..

    BalasHapus
  6. awalnya saya kurang tertarik sama novel ini, tpi begitu liat review ini bayak yg komen positif jdi penasaran :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku malah nggak tau sama sekali tentang novel ini, sampe si Erta ngasih tau di Tell Me Your Wish kemaren. Jadi penasaran trus beli deh. Hehe..

      Hapus
  7. saya tertarik banget dengan kehidupan Suku Bajo, terutama setelah baca buku "Orang Bajo", karya dari antropolog Francois Robert Zacot. Walaupun belum pernah ketemu langsung tapi saya penasaran banget sama kehidupan mereka yang sangat dekat dengan laut. Abis baca review ini baru tahu kalau ada novel dgn latar belakang suku Bajo. Sepertinya menarik, jadi tambah referensi novel yang setting-nya di luar Jawa. Semoga juga bisa ke Wakatobi beneran :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya di novel ini banyak diceritain mengenai kehidupan sehari-hari orang Bajo. Seneng bacanya, jadi nambah pengetahuan tentang bagian lain Indonesia yang sebelumnya aku nggak tahu

      Hapus
  8. aku tahu wakatobi itu karena temenku pernah ngetag fotonya, busyet indah banget. Sejaka itu aku selalu tertarik dengan wakatobi, dan novel ini membahas cerita tentang wakatobi, jadi pengen beli, thanks reviewnya Kak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama.
      Iya aku juga jadi tertarik banget. Kalo beli bukunya, sebagian royaltinya bakal disumbangin untuk membantu Suku Bajo lho. Ada tulisannya di covernya. hehe.

      Hapus
  9. Bukunya menambah pengetahuan tentang Indonesia juga =)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Aku juga jadi pengen baca lebih banyak novel2 Indonesia yang berlatar luar Jawa. Seru, banyak dapet pengetahuan baru. Kayak di buku ini aja, udah dapet panduan tur sampe belanja murah segala. hehe

      Hapus
  10. Bosen baca terjemahan, kayaknya ini bagus buat pengganti. Lumayan buat nambah pengetahuan tentang Indonesia. :D
    Tapi bahasanya nggak berat, kan, Mbak? ._.

    BalasHapus
    Balasan
    1. nggak, malah terlalu ringan menurutku. Soalnya pake bahasa sehari-hari. Ceritanya mudah diikuti.

      Hapus
  11. Membaca review ini saya langsung teringat dengan program Indonesiaku yang ditayangkan oleh Trans7 setiap sore pukul 5 PM (atau setengah 6? eh, setengah 6 Orang Pinggiran, ding). Dan di acara itu, selalu ditayangkan daerah-daerah yang... seperti setting tempat di novel yang di review sobat Nana :)

    #maafbilasedikitOOT heheh

    BalasHapus
  12. aku punya ini (dikasih) tapi ragu mau baca karena kisah cinta di blurp-nya sinetroniyah :s
    tapi kayanya bagus ya

    BalasHapus
  13. Aih, ada adegan menghamilinya ya? inget cerita ayat-ayat cinta. jadi penasaran sama karakter Bagas itu kayak apa? hoho, jadi incaran lah......

    BalasHapus
  14. Waduw..., Wakatobi, mulai mencintai surga Indonesia ini semenjak ada event disana *eh salah fokus* Anisa itu antagonis ya? Duh dari blurbnya udah bikin greget ;3

    BalasHapus
  15. Wah sepertinya bagus ni.... pengen deh ke wakatobi , sambil membaca novel ini membayangkan berada disana ^^

    BalasHapus

Berikan pendapatmu mengenai post yang kamu baca di sini