Sabtu, 14 Juli 2012

Bukan Salah Bintang Jatuh

Judul buku: Bukan Salah Bintang Jatuh
Pengarang: Aisha Yuliana
Tahun terbit: 2012
Jumlah halaman: 222 halaman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Harga: Rp. 37.000 (bukabuku.com Rp. 31.500)


Melly adalah anak dari artis terkenal, Sarah Dominique.Walau hidupnya berkecukupan, Melly selalu kesepian. Mamanya selalu sibuk. Melly tidak mengenal ayahnya. Melly menginginkan keluarga yang lengkap dan hangat seperti yang dimiliki teman-temannya. Suatu hari, termakan omongan teman-temannya, Melly kemudian mengucapkan permohonan kepada bintang jatuh. Pertama, ia memohon agar memiliki keluarga. Esok harinya, ia kembali mengucapkan permohonan berupa pacar keren tapi baik hati.

Setahun kemudian, tragedi menimpa hidup Melly. Mamanya meninggal dunia karena overdosis obat. Ternyata Mama Melly meninggalkan banyak hutang. Seluruh harta mereka disita. Melly kini jatuh miskin. Ia juga kerap menjadi sasaran tabloid gosip karena berita kematian Sarah Dominique yang menggemparkan.Yang lebih menyedihkan, bahkan sahabat-sahabatnya pun kini meninggalkannya. Melly sebatang kara dan makin kesepian. Untung Om Ferdy, manajer Mama, membantu Melly bertemu Om Wira. Melly diberi tahu kalau Om Wira adalah ayah kandung Melly, yang bahkan tidak pernah Melly dengar kabarnya dari Mama. Melly harus pindah ke Surabaya untuk hidup bersama Om Wira, istri Om Wira yaitu Tante Puspa, dan dua anak mereka, Rio dan Chika.

Di Surabaya, Melly memulai kehidupan yang baru. Ia kini memiliki sahabat baru dan Josh, idola sekolah, yang terang-terangan menyukai Melly dan ingin menjadi pacarnya. Sayang, Melly malah jatuh cinta kepada Rio, saudara tirinya yang suka jutek namun diam-diam perhatian pada Melly.

Bagaimana kisah Melly selanjutnya? Akan terwujudkah permohonan Melly kepada bintang jatuh seluruhnya?

Membaca novel ini sebenarnya bukan pengalaman yang mengasyikan untuk saya. Maaf sekali, tapi saya harus jujur mengatakan kalau banyak sekali kekurangan dalam novel ini. Saya tahu kalau ini merupakan novel pertama Aisha Yuliana yang diterbitkan dan saya tidak bermaksud mematahkan semangat (seandainya pengarangnya membaca posting ini). Bisa jadi banyak orang yang menyukai novel ini dan hanya saya yang memiliki selera melenceng.

Karakter Melly sebagai "aku" di novel ini menurut saya kurang kuat. Saya tidak dapat merasakan keunikan pribadi Melly selama membaca novel ini. Melly adalah seorang anak orang kaya yang cantik namun kesepian. Hatinya kosong karena Mamanya selalu sibuk syuting. Namun, tidak ada aktivitas yang menunjukkan Melly mencari pelampiasan atas kekosongan hatinya. Biasanya, dalam keadaan seperti Melly, seorang anak akan menjadi anak gaul banget, doyan shopping, clubbing, nongkrong sampe pagi bersama clique-nya atau malah jadi antisosial yang menenggelamkan diri dalam hobi yang ia geluti, apakah itu menulis fashion blog, melukis, baca buku, atau apalah yang intinya bisa membuat dia melupakan kekosongan hidupnya. Alih-alih, Melly malah terasa seperti anak rumahan baik budi yang cuma bisa merengek meminta perhatian Mamanya. Dan setelah Sarah Dominique meninggal, Melly sepertinya santai saja pindah ke Surabaya untuk tinggal bersama orang tak dikenal yang dikatakan sebagai papa kandungnya (yang padahal Melly sendiri dalam hati kecilnya tidak percaya kalau orang itu Papa kandungnya). Ya kali deh, kalo situ disekap terus dijual jadi simpenan siapaaa gitu gimana coba??? Mbok ya kritis sedikit, tanya-tanya dulu mana buktinya, gimana sejarah pertemuan Om Wira dengan mamanya. Lalu, setelah di Surabaya, beberapa kali saya merasa kalau Melly ini memang orang yang terlalu mudah termakan omongan orang. Ketika teman barunya, Fiona dan Gizi, mengatakan kalau gank populer di sekolah itu menyebalkan karena suka berlaku genit dan centil, Melly langsung menyatakan ketidaksukaannya pada gank tersebut. Lah, kenal aja belum! Begitu juga ketika Melly dikejar-kejar Josh. Hanya karena omongan Rio kalau Melly harus menjaga diri apabila bersama Josh, serta merta Melly langsung merasa Josh sebagai orang jahat, namun bagaimanapun ia masih juga ikut tatkala Josh mengajaknya pergi bersama.

Mengenai logika, beberapa bagian dalam cerita ini seperti bertentangan dengan logika saya. Yang pertama adalah mengenai kepercayaan Melly kepada Om Wira yang membawanya ke Surabaya tadi. Yang kedua adalah mengenai Melly langsung membuang sim card dan menjual Blackberry-nya di satu bab namun di bab berikutnya dia sudah memiliki handphone baru. Lah, kalau memang masih ingin menggunakan handphone, kenapa kemarin Blackberry-nya dijual? Beli aja sim card baru kalau memang tidak mau dihubungi orang dari masa lalu. Habis perkara! Ketiga, ketika Melly meminta penjelasan dokter atas alasan meninggalnya Mama. Melly, menurut saya, terlalu pasrah untuk orang yang tadinya penasaran banget mencari penyakit yang disembunyikan Mamanya. Rasa penasarannya tidak diikuti oleh tindakan yang menggambarkan hal tersebut. Terakhir, setelah mendekati ending ketika Melly akhirnya bertemu lagi dengan teman-temannya di Jakarta. Saya tidak bisa mengungkapkan apa sebenarnya maksud saya karena akan jadi spoiler, tapi saya bisa bilang: "Ya kali deh!!!"

Untungnya, bagi yang hobi mendata typo error, buku ini memiliki typo error yang minimal. Sepenghitungan saya hanya ada 2 buah di bagian akhir buku. Mohon diralat kalau ternyata ada lebih dari 2. Salut untuk penulis dan editornya. Selain itu, untuk pembaca novel pemula, saya rasa penulisan buku ini mudah diikuti dan tidak membuat bingung karena kalimatnya yang pendek-pendek dan mudah dicerna.

Recommended untuk pendata typo error dan pembaca novel pemula.

8 komentar:

  1. Judulnya sih lucu ya....
    Tapi kok ceritanya seperti ribet...hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. ceritanya sebenernya nggak ribet, cuma karakternya kurang kuat dan plotnya jadi lari-lari kemana-mana. Hehe.

      Hapus
  2. Hahahah, Rio ini saudara tiri seayah, emang legal yah pacaran? xD

    BalasHapus
  3. Saya hanya punya 1 novel gramedia jenis teenlit. dan membaca resensi di sini saya penasaran dengan jenis novel ini. Untuk karakter Melly, hem? kalo ini novel debut, wah, sayang sekali, tidak membuat pembaca pertamanya berkesan....padahal kenalan pertama harusnya berkesan biar ke depannya dikenang

    BalasHapus
  4. Emang sih Kak, kalo ngomongin logika, ini banyak yang ngga masuk akal. Tapi waktu aku baca ini, enjoy aja hehe :D

    BalasHapus

Berikan pendapatmu mengenai post yang kamu baca di sini