Minggu, 18 Maret 2012

Ti Amo, Tia Amoria

Judul buku: Ti Amo, Tia Amoria
Pengarang: Karla M. Nashar
Tahun terbit: 2011
Jumlah halaman: 344 halaman
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama



Tia Amoria, seorang ibu tunggal yang pindah ke Bali karena tuntutan pekerjaan, bertemu dengan seorang pria aneh dan terkesan seperti gelandangan di airport. Siapa sangka, pria aneh itu adalah tetangga satu bungalownya di Frangie, resort tempat Tia bekerja di Bali. Namanya Marco Dante, arsitek sekaligus pemilik resort itu. Awalnya Tia merasa ngeri terhadap Marco karena setiap pertemuan Tia dengan lelaki itu selalu menimbulkan kesalahpahaman. Namun ketika Alila, anak Tia yang berusia 3 tahun, malah cepat akrab dengan Marco, Tia pun akhirnya bisa belajar mengenal Marco dan tahu kalau lelaki itu ternyata tidak seperti bayangannya.

Tia dan Marco sama-sama menyimpan luka lama. Ibu dan kakak Tia sama-sama meninggal karena dikecewakan laki-laki, membuat Tia berjanji tidak akan mau tunduk pada laki-laki dalam hidupnya, apalagi laki-laki Italia yang merupakan kebangsaan laki-laki yang telah menyakiti ibu dan kakaknya. Marco pernah batal menikah karena tunangannya direbut laki-laki lain di Italia. Pertemuan mereka secara terus menerus lama kelamaan menimbulkan cinta di hati Marco dan Tia, namun bayang-bayang masa lalu selalu mengganggu mereka. Berhasilkan Tia dan Marco sama-sama melangkah meninggalkan masa lalu dan bersama-sama meraih masa depan mereka?


Tadinya saya mengira buku ini karangan pengarang luar. Makanya, kaget juga ketika membaca ada nama Wayan, lalu setting Bali di dalamnya. Ooohohoho ternyata ini karangan pengarang dalam negeri. Habis, cover-nya kayak cover novel-novel luar sih. Cantik. Mana judulnya juga menggunakan bahasa Italia!

Ceritanya sendiri juga bagus menurut saya. Sangat dewasa dan "dalem". Karakter Tia dan Marco, kedua tokoh utama, digambarkan sangat real dan apa adanya, bukannya mendramatisir. Sifat mereka, cara berpikir mereka, semua dituliskan dengan sangat jelas dan alami oleh Karla M. Nashar, sang pengarang. Tanpa deskripsi berlebihan, pembaca bisa lebih mengenal kedua tokoh seiring bertambah banyaknya halaman buku yang dibalik. Tia tampil menjadi sosok ibu tunggal yang kuat, tegar, namun di satu sisi lembut dan suka kagok juga menghadapi ulah dan pertanyaan Alila yang pinter banget itu. Benar-benar menghibur. Di sisi lain, Marco.. Haduuh.. Mudah sekali jatuh cinta dengan karakter cowok yang satu ini. Cowok yang selalu mencintai dengan tulus dan sepenuh hati (walau awalnya kok agak sinting ya?) meskipun sudah pernah disakiti. Tapi, buat saya, yang paling menonjol justru karakter Alila. Dengan gayanya yang polos tapi juga sok akrab, Alila berhasil menjadi karakter favorit saya di novel ini. Ia juga yang menjadi perekat antara Tia dengan Marco. Dan ketika Alila menyangka ia tidak punya ayah karena ia telah berbuat nakal.. Aduuh.. Rasanya ikut sakit deh bacanya.

Inti cerita yang saya dapat kurang lebih untuk dapat terus melangkah ke depan, untuk selalu optimis, tidak peduli seberapa kelam masa lalu yang kita punya. Sebuah tema yang applicable sekali untuk kehidupan sehari-hari.

Yang saya suka dari buku ini ada dua: Pertama, kepiawaian pengarang untuk menggambarkan setting-setting yang dipakai: Bali, Singapura, Italia. Saya suka cara pengarang mendeskripsikan pemandangan dan suasana di tempat-tempat tersebut, membuat saya juga bisa membayangkan dan menikmatinya. Kedua, kepiawaian pengarang menjelaskan profesi Tia (manager properti resort) dan Marco (arsitek) secara detail tanpa merusak jalan cerita. Kedua hal ini sangat membantu saya untuk merasakan realitas kehidupan Tia dan Marco, dan membuat saya mudah merasa dekat dengan karakter Tia dan Marco tersebut.

Kekurangan buku ini mungkin lebih ke persoalan selera saya pribadi ya. Saya sebenarnya mengharapkan keeksentrikan Marco bisa terus hadir di seluruh cerita. Di awal cerita, Marco digambarkan sebagai orang yang tidak peduli pada pendapat orang lain tentang dirinya dan hanya melakukan hal yang ia suka. Namun, ketika ia memutuskan untuk kembali ke kehidupannya yang normal, serta merta ia langsung berubah menjadi seorang cowok romantis yang selalu mempertimbangkan perasaan orang lain dalam bertindak. Memang sih, kelakuan dia di awal buku mungkin dimaksudkan pengarang untuk menggambarkan kestressannya pasca ditinggal tunangannya, namun akan lebih asyik jika ke-ngasal-annya itu juga masih disisakan sedikit di sisa cerita sebagai karakter khasnya Marco.

Yah tapi itu hanya masalah selera pribadi. Menurut saya, buku ini sudah menghadirkan cerita yang sangat menarik. Beruntung saya telah memilih buku ini sebagai bacaan weekend saya kali ini.

Recommended !!

6 komentar:

  1. Iya, setting2 yg detil mampu membangun suasana, tapi secara plot aku kok kurang greget ya~ chemistrynya rendah :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha.. Kalo chemistry sih buatku gak masalah, tapi yang aku sayangin ya.. itu.. kenapa si Marco sarapnya cuma bentar. Coba kalo dia tetep gelo sampe akhir cerita, kan ceritanya jadi lebih seru. hihihi..

      Hapus
  2. ih..ngejar2 buku ini belum dapat juga :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe. Iya, aku juga nggak pernah nemu di toko buku deket rumah. Dulu sempet nyari. Tau-tau di rental depan kantor ada bukunya.

      Beli online aja mbak kalo gitu.

      Hapus
  3. wah..resensi yang menarik. jadi pengin baca buku ini :D
    nanti ah, kalau jalan-jalan ke Gramed saya cari

    BalasHapus
  4. waahhh novelnya keren, yang baca sampai terbawa suasana n ngebayangin bgmn wajah si Marco n Tia.. aku aja sampai nangis bacanya... ta' kasih jempol dech :) (y) (y) (y)

    BalasHapus

Berikan pendapatmu mengenai post yang kamu baca di sini